Rupiah Terdepresiasi saat Indeks Dolar AS Melemah
JAKARTA, investortrust.id - Nilai tukar rupiah terdepresiasi pada perdagangan Senin (19/5/2025) saat indeks dolar Amerika Serikat (AS) melemah. Data Jisdor Bank Indonesia (BI) menunjukkan kurs rupiah melemah 31 poin (0,18%) ke level Rp 16.455 per dolar AS pada penutupan perdagangan awal pekan ini.
Di pasar spot, data Yahoo Finance menunjukkan kurs rupiah tergelincir 6 poin (0,04%) ke level Rp 16.425 per dolar AS. Sebelumnya, Yahoo Finance mencatatkan kurs rupiah di posisi Rp 16.419 per dolar AS pada penutupan perdagangan terakhir. Padahal, berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS melemah 0,88%.
Menurut Pengamat PT Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin, melemahnya indeks dolar tidak lepas dari reaksi pasar atas keputusan lembaga pemeringkat utang, Moody's Investors Service, menurunkan peringkat utang AS.
Baca Juga
Update Rating Kredit AS oleh Moody's Bikin Rupiah Tertekan Senin 19 Mei 2025
Moody's memangkas peringkat kredit pemerintah AS dari AAA menjadi AA1 pada Jumat (17/5/2025) waktu AS. Dua lembaga pemeringkat utang lainnya, Standard & Poor's dan Fitch Ratings telah lebih dulu menurunkan peringkat utang Negeri Paman Sam. S&P sebelumnya menurunkan rating AS ke AA+ pada Agustus 2011, disusul Fitch pada Agustus 2023.
Lonjakan beban utang dan meningkatnya biaya bunga mendorong Mood’ys mmengoreksi peringkat utang AS. Moody's memproyeksikan rasio defisit anggaran terhadap produk domestik bruto (PDB) AS akan meningkat dari 6,4% pada 2024 menjadi hampir 9% pada 2035.
Nanang Wahyudin menjelaskan, penurunan rating utang AS tidak lepas dari kekhawatiran terhadap utang pemerintah AS yang meningkat US$ 36 triliun dan kurangnya kebijakan yang jelas untuk mengatasi masalah tersebut.
Kondisi itu, menurut Nanang, bisa membebani sentimen yang dipicu deeskalasi prang tarif AS-China yang mereda sejak akhir pekan lalu, sekaligus mendorong ekspektasi pasar terhadap pelonggaran kebijakan The Fed.
“Itu menjadi beban bagi dolar. Akibatnya, indeks dolar yang sempat menguat di atas 100.60, kini terancam kembali di bawah 100," ungkap Nanang kepada investortrust.id, Senin (19/5/2025).
Baca Juga
Dari dalam negeri, kata Nanang, penurunan Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun dari level 84 ke kisaran 82 menunjukkan persepsi risiko yang menurun terhadap ekonomi Indonesia. Meski demikian, rupiah besok berpeluang masih menguat terhadap dolar dalam rentang Rp 16.350-Rp 16.450.
"Kondisi ekonomi AS yang melemah akibat kebijakan tarif Donald Trump akan menurunkan konsumsi domestik dan meningkatkan ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed," tutur dia.
Nanang Wahyudin menambahkan, pola yield spread antara Surat Utang Negara (SUN) Indonesia dan US Treasury tetap positif. Transaksi SUN juga diperkirakan masih volatil, namun menunjukkan minat investor yang stabil.

