Rembesan Dampak Perang Tarif ke China Perlu Diwaspadai
JAKARTA, investortrust.id - Tim Ekonom Bank Mandiri mengingatkan dampak (spillover) dari perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan perang dagang ini bisa langsung memberi dampak terhadap perdagangan China, yang pada akhirnya akan ikut berdampak pada Indonesia yang memiliki porsi ekspor ke China sebesar 22.1% dari total ekspor.
“Bisa juga dari negara lain. Misalnya AS ke Eropa, Eropa ke China dan China ke Indonesia. Itu kemudian bisa memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia,” kata Andry, saat paparan Mandiri Economic Outlook Q2 2025, yang digelar daring, Senin (19/5/2025).
Andry mengatakan ekspor Indonesia ke China memiliki porsi sebesar 4,2% terhadap PDB. Sementara, jika dilihat dari total ekspornya, Indonesia mengarahkan ekspornya sebesar 22,1% ke China.
Selain faktor langsung ke ekspor Indonesia, Andry juga memaparkan dampak tak langsung yang akan menghambat neraca perdagangan Indonesia. Jika perang dagang benar-benar berlanjut dan tidak ada kemajuan dalam negosiasi antara China dan AS, akan muncul kekhawatiran mengenai lonjakan masuknya komoditas asal China ke Tanah Air.
Baca Juga
Arah Dana Asing Pasca-Perang Dagang AS-China Mereda, Bisakah Pasar Modal Menangkap Peluang?
“Kita lihat di sini bukan cuma perlambatan dari permintaan China, tapi adanya kemudian trade diversion dari China ke AS, kemudian China ke negara-negara lain termasuk ke Indonesia,” ujar dia.
Jika kondisi ini berlangsung, Andry khawatir Indonesia akan mengalami penajaman defisit neraca dagang dengan China. Selama periode Januari-Maret 2025, defisit neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 4,23 miliar.
Menurut Andry, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan China karena impor bahan baku penolong yang digunakan industri dalam negeri. “Jadi memang kalau untuk yang raw materials masih bisa dimengerti,” ucap dia.
Tetapi, Andry mengkhawatirkan karena barang-barang yang masuk adalah barang jadi. Jika produk jadi asal China tersebut masuk, produk dari manufaktur lokal akan bersaing.
“Terutama yang industri padat karya. Jadi ini yang kita lihat tantangan berikutnya dari perang dagang,” kata dia.

