Rupiah Menguat ke Rp 16.424/USD, Simak Sentimennya
JAKARTA, investortrust.id - Kurs rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Jumat (16/05/2025) sore. Berdasarkan data Jisdor Bank Indonesia (BI), kurs rupiah menguat 111 poin (0,67%) ke level Rp 16.424 per dolar AS.
Pada perdagangan valas di pasar spot yang dilansir Yahoo Finance, mata uang Garuda juga menguat 74 poin (0,45%) ke level Rp 16.435 per dolar AS. Hari sebelumnya, kurs rupiah berada di posisi Rp 16.509 per dolar AS.
"Secara umum, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari ini sekitar Rp 16.445 per dolar AS. Itu mengukuhkan penguatan yang signifikan dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya," kata Presiden Komisaris HFX International Berjangka Sutopo Widodo kepada Investortrust, Jumat (16/05/2025).
Pada perdagangan valas di pasar spot yang dilansir Yahoo Finance, mata uang Garuda juga menguat 74 poin (0,45%) ke level Rp 16.435 per dolar AS. Hari sebelumnya, kurs rupiah berada di posisi Rp 16.509 per dolar AS.
"Secara umum, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari ini sekitar Rp 16.445 per dolar AS. Itu mengukuhkan penguatan yang signifikan dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya," kata Presiden Komisaris HFX International Berjangka Sutopo Widodo kepada Investortrust, Jumat (16/05/2025).
Ia mengatakan, dinamika positif ini didukung jalinan sinergi sentimen global yang konstruktif. Hal ini dipicu oleh data inflasi harga produsen AS untuk April 2025 yang melampaui ekspektasi pasar ke bawah.
Perkembangan tersebut menghidupkan kembali optimisme mengenai potensi perubahan kebijakan moneter Federal Reserve menuju pelonggaran suku bunga. Hal ini secara inheren cenderung mereduksi daya tarik solar AS di kancah mata uang global, termasuk tertekan terhadap rupiah.
"Senada dengan meredanya tekanan inflasi AS, indeks dolar AS turut terdepresiasi. Ini membuka koridor penguatan bagi mata uang lainnya, termasuk rupiah," kata Sutopo.
Baca Juga
Modal Asing ke Negara Berkembang
Lebih lanjut, tandas dia, meredanya kekhawatiran inflasi di Amerika Serikat dan prospek perubahan kebijakan The Fed memungkinkan kembalinya arus modal asing menuju pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Ini khususnya ke instrumen saham dan obligasi.
"Injeksi dana asing ini secara langsung meningkatkan permintaan terhadap rupiah. Ini memberikan dorongan tambahan sebagai apresiasinya," ujarnya.
Lebih lanjut, tandas dia, meredanya kekhawatiran inflasi di Amerika Serikat dan prospek perubahan kebijakan The Fed memungkinkan kembalinya arus modal asing menuju pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Ini khususnya ke instrumen saham dan obligasi.
"Injeksi dana asing ini secara langsung meningkatkan permintaan terhadap rupiah. Ini memberikan dorongan tambahan sebagai apresiasinya," ujarnya.
Baca Juga
Moody’s Turunkan Peringkat Kredit AS, Soroti Beban Utang Pemerintah yang Membengkak

