Dolar Loyo, Kurs Rupiah Menguat ke Rp 16.535
JAKARTA, investortrust.id - Kurs rupiah ditutup menguat pada perdagangan Kamis (15/5/2025) hari ini, imbas indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang bergerak loyo. Berdasarkan data Jisdor Bank Indonesia (BI), kurs rupiah menguat 33 poin (0,19%) ke level Rp 16.535 per dolar AS. Sebelumnya Jisdor BI mencatat kurs rupiah melemah di posisi Rp 16.568 per dolar AS.
Pada penutupan perdagangan pasar spot valas, data Yahoo Finance menunjukkan kurs rupiah bergerak melemah 35 poin (0,21%) ke level Rp 16.510 per dolar AS. Data Yahoo Finance sebelumnya menunjukkan kurs rupiah ditutup di posisi Rp 16.545 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan, kegembiraan atas kesepakatan perdagangan AS-China juga tampak mereda, mengingat kedua negara secara drastis mengurangi tarif perdagangan mereka terhadap satu sama lain minggu in. Pasar kini menantikan penarikan tarif lebih lanjut antara raksasa ekonomi, sementara pembicaraan perdagangan AS dengan negara lain juga menjadi fokus untuk isyarat yang lebih positif.
Baca Juga
Rupiah Tergelincir Hari Ini, tetapi Kenapa Investor Justru Optimistis?
"Fokus sekarang tertuju pada serangkaian pembacaan ekonomi AS yang akan datang, serta pidato Powell dari Fed, untuk isyarat lebih lanjut tentang ekonomi terbesar di dunia," ungkapnya dalam laporan tertulis, Kamis (15/5/2025).
Sementara itu data inflasi indeks harga produsen untuk bulan April muncul hanya beberapa hari setelah pembacaan indeks harga konsumen yang lebih rendah dari perkiraan. Penurunan inflasi yang berkelanjutan diperkirakan akan meningkatkan taruhan pada pemangkasan suku bunga Fed tahun ini.
"Data penjualan ritel AS akan dirilis pada hari Kamis, memberikan lebih banyak petunjuk tentang belanja ritel dalam menghadapi perang dagang Tiongkok-AS," ujar Ibrahim.
Ketua Fed Powell juga akan berpidato setelah bank sentral mempertahankan suku bunga pada pekan lalu, dan memperingatkan bahwa bank sentral tidak berencana menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Powell diperkirakan akan berbicara tentang kerangka kebijakan moneter, cetak biru yang digunakan Fed untuk memutuskan sasarannya untuk memaksimalkan lapangan kerja, stabilitas harga, dan suku bunga.

