Istana Tepis Anggapan Efisiensi Anggaran Jadi Penyebab Ekonomi RI Melambat
JAKARTA, investortrust.id - Istana Kepresidenan melalui Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menepis anggapan yang menyebut efisiensi yang dilakukan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat. Diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2025 hanya tumbuh 4,87% secara tahunan atau year on year (yoy),sedangkan secara kuartalan (qtq) justru minus 0,98% alias terkontraksi.
Prasetyo mengakui pertumbuhan ekonomi terjadi penurunan. Namun, Jubir Presiden Prabowo itu mengingatkan pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor tertentu.
Baca Juga
"Apa yang disampaikan BPS tentang pertumbuhan ekonomi, kalau dari sisi angka, memang betul terjadi penurunan, tetapi kita mesti memahami pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor tertentu," kata Prasetyo Hadi di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (9/5/2025).
Prasetyo membenarkan belanja pemerintah merupakan salah satu faktor melambatnya pertumbuhan ekonomi. BPS mencatat pertumbuhan konsumsi pemerintah minus 1,38% dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 5,88%.
Prasetyo menjelaskan, pada awal tahun, belanja pemerintah belum mencapai puncaknya. Selain itu, kata Prasetyo, efisiensi yang dilakukan pemerintah bukan berarti pengetatan anggaran. Dikatakan, efisiensi hanya merealokasi anggaran ke kegiatan yang lebih produktif.
"Maka melihatnya mohon tidak hanya dari satu sudut pandang, karena dengan proses efisiensi kalau dikait-kaitkan misalnya, meskipun tidak selalu, pasti ada berkaitan secara langsung. Tetapi kemudian saudara-saudara tengok, proses efisiensi itu kan realokasi anggaran, diarahkan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih produktif," katanya.
Baca Juga
Kadin Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Membaik di Kuartal Selanjutnya
Hal itu, kata Prasetyo terbukti dengan pertumbuhan di sejumlah sektor. Salah satunya sektor lapangan usaha pertanian yang tumbuh 10,52% secara tahunan dengan andil 12,86% terhadap PDB. Sektor jasa lainnya tumbuh 9,84% secara tahunan dengan andil terhadap PDB sebesar 2,11%. Sementara, sektor jasa perusahaan tumbuh 9,27% dengan andil ke PDB sebesar 1,98%.
"Di situ kan kemudian BPS juga mencatat pertumbuhan kita dari bidang pertanian mencapai di atas 10%. bidang-bidang yang lain juga tumbuh positif jauh melebihi tahun-tahun sebelumnya. Jadi kira-kira memandang sesuatunya harus secara secara utuh," paparnya.
Prasetyo dalam kesempatan ini juga mengingatkan mengenai pengaruh ekonomi dan geopolitik global. Kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Presiden AS Donald Trump berdampak pada harga sejumlah komoditas seperti emas. Selain itu, konflik Pakistan dan India menambah ketegangan geopolitik.
"Memang sekali lagi ketegangan itu tidak terjadi di negara kita tetapi sebagai sebuah komunitas global sekarang kita mesti mulai menyadari bahwa apa yang terjadi di negara lain sudah pastilah berpengaruh terhadap negara kita," katanya.
Untuk itu, Presiden Prabowo dan jajaran pemerintah dalam berbagai kesempatan selalu menyerukan persatuan bangsa, terutama menyangkut persoalan ekonomi.

