Rupiah Diprediksi Menguat di Perdagangan Rabu 7 Mei 2025
JAKARTA, investortrust.id - Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi kurs rupiah akan bergerak menguat terhadap dolar AS pada perdagangan hari Rabu (7/5/2025). Ia menuturkan kurs rupiah akan melanjutkan tren menguat seperti pada hari ini di mana mata uang Garuda menguat tipis 6 poin ke level Rp 16.449 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp 16.390 - Rp 16.450," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa (6/5/2025).
Menurut Ibrahim, terdapat sentimen global yang mempengaruhi pergerakan mata uang rupiah sepanjang hari ini. Di antaranya seperti pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan pada hari Senin bahwa agenda tarif, pemotongan pajak, dan deregulasi Presiden Donald Trump akan bekerja sama untuk mendorong investasi jangka panjang dalam ekonomi AS, menambahkan bahwa pasar keuangan AS "anti-rapuh" dan akan bertahan dari turbulensi jangka pendek apa pun.
Selain itu, Scott mengatakan kepada CNBC pada hari Senin bahwa ia mengharapkan adanya kemajuan dalam perundingan perdagangan AS-China dalam beberapa minggu mendatang. Sehari sebelumnya, Trump mengatakan AS tengah mengadakan perundingan perdagangan dengan beberapa negara, termasuk China, yang bertujuan untuk mengamankan kesepakatan yang adil dengan Beijing.
Baca Juga
Rupiah Pagi Ini Melemah ke Rp 16.449 Jelang Pengumuman The Fed dan Tarif Dagang AS
"Hal ini terjadi setelah pernyataan Tiongkok pekan lalu bahwa mereka sedang mengevaluasi kemungkinan perundingan perdagangan dengan AS, dengan mengatakan bahwa setiap dialog harus didasarkan pada ketulusan dan penghapusan tarif sepihak," ungkap Ibrahim.
Kemudian, Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap pada hari Rabu karena para pembuat kebijakan telah mengindikasikan pendekatan tunggu dan lihat di tengah kekhawatiran tarif. Fokus akan tertuju pada komentar dari Ketua Fed Jerome Powell untuk wawasan tentang jalur suku bunga Fed di masa mendatang.
"Investor sekarang menunggu data neraca perdagangan dan inflasi indeks harga konsumen negara itu, yang dijadwalkan untuk dirilis pada hari Jumat," lanjut dia.
Sebelumnya, data indeks manajer pembelian swasta yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan sektor jasa China tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan pada bulan April. Hal ini menyusul PMI manufaktur yang lemah dari minggu lalu, serta data produk domestik bruto yang menunjukkan kontraksi tak terduga dalam ekonomi AS.
Sebagai catatan pada perdagangan hari ini, data Jisdor Bank Indonesia (BI) menunjukkan mata uang rupiah justru merosot 51 poin (0,31%) ke level Rp 16.472 per dolar AS.

