Beruntun Asing Masuk Saham dan Keluar SBN, IHSG Dua Pekan Melonjak 6,70%
JAKARTA, investortrust.id - Dana asing mengalir masuk ke saham domestik dalam empat hari perdagangan beruntun hingga Senin (05/05/2025), sebaliknya di pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencatatkan net sell. Capital inflows ini mendorong indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia melanjutkan penguatan berturut-turut dalam dua pekan total 6,70%, menjadi 6.831,95.
Sementara itu, sejak Selasa lalu (29/04/2025) hingga Senin (05/05/2025), pemodal asing mencatatkan akumulasi net buy Rp 0,36 triliun. Hal itu mengurangi net sell saham secara year to date menjadi Rp 50,50 triliun.
"Pada perdagangan Senin di Bursa Efek Indonesia, investor asing mencatatkan net buy Rp 0,08 triliun. Sedangkan secara year to date tercatat net sell Rp 50,50 triliun atau US$ 3,08 miliar," papar manajemen BEI dalam keterangan di Jakarta, Senin sore.
Baca Juga
Pertumbuhan Ekonomi di Bawah Rata-Rata 4,87%, Ini Penyebabnya
Ytd, SBN Masih Net Buy
Sedangkan di pasar SBN, data terbaru yang dirilis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) adalah transaksi Jumat (02/05/2025). Non-resident di pasar SBN rupiah yang dapat diperdagangkan mencatatkan penjualan neto Rp 2,11 triliun.
Namun secara year to date, asing masih mencatatkan pembelian bersih Rp 20,91 triliun hingga Jumat lalu, berdasarkan data DJPPR yang diolah Riset Investortrust.
Baca JugaHarga Emas Antam Hari Ini Naik ke Rp 1,905 Juta, Ini Analisis Pasar Terkini
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan, nilai tukar rupiah tercatat juga menguat. Berdasarkan data Jisdor BI, kurs rupiah terapresiasi 72 poin atau 0,44% dari Rp 16.493 per dolar Amerika Serikat pada 2 Mei 2025 ke Rp 16.421 per dolar AS pada 5 Mei 2025 sore tadi.
IHSG Melonjak 6,70%, Meski Pertumbuhan PDB Turun
"Ekonomi Indonesia triwulan I-2025 terhadap triwulan I-2024 mengalami pertumbuhan sebesar 4,87% year on year. Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,52%, dengan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi 1,11%. Namun, sektor Pertambangan dan Penggalian kontraksi 1,23%, dengan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi sebesar -0,09%," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti di kantor pusat BPS, Jakarta, Senin (05/05/2025).
PDB sektor pertanian melonjak didorong adanya panen raya dan peningkatan permintaan domestik. Tanaman pangan tercatat tumbuh 42,26%, ditopang oleh panen raya padi dan jagung, sementara peternakan tumbuh 8,83% sejalan dengan peningkatan permintaan domestik daging dan telur saat momen Ramadan dan Idulfitri.
Amalia menjelaskan lebih lanjut, sektor Industri Pengolahan (Manufaktur) tumbuh 4,55% yoy, dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,93% yoy. Sektor Perdagangan dan Reparasi tetap tumbuh kuat 5,03% yoy dengan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,66%, disusul sektor Infokom tumbuh sebesar 7,72% dengan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,53%.
"Sektor konstruksi juga tumbuh 2,18% yoy. Sedangkan, kontribusi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,22%," ujarnya.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menilai beberapa faktor mendukung rally IHSG pada beberapa hari terakhir. Ini misalnya net foreign capital outflows mereda, bahkan investor asing mulai berbalik masuk kembali ke bursa saham domestik. Perubahan arah ini seiring penguatan nilai tukar rupiah dan kemajuan negosiasi perdagangan Indonesia dengan AS mengenai tarif resiprositas.
Indonesia yang akan dikenai tarif resiprositas 32% dan banyak negara lain masih ditunda pemberlakuan tarif impor baru tersebut oleh AS hingga 9 Juli 2025. Namun, tarif Presiden AS Donald Trump ini sudah mulai diberlakukan 145% terhadap Cina, meski sejumlah produk elektronik dikecualikan seperti smartphone, laptop, dan komputer.
"Pasar global juga berada dalam tren positif seiring meredanya gejolak akibat kekhawatiran akan perang tarif. Selain itu banyak saham blue chip yang sudah jatuh hingga ke valuasi cukup rendah," ujar Pandhu kepada investortrust.id, Senin (05/05/2025).
Selain itu, Pandhu mengutarakan, laporan kinerja emiten kuartal I-2025 sejauh ini dinilai masih relatif bagus, meski beberapa sektor terdapat kontraksi. Tidak hanya itu, berbagai kebijakan pemerintah seperti aturan buyback yang lebih leluasa dan batas auto reject bawah lebih dekat membuat pasar lebih tenang.
"Kemudian, banyak fund manajer lokal seperti BPJS Ketenagakerjaan dan Taspen menyatakan siap menambah portofolio investasi di saham. Ini termasuk Danantara," tutur dia.
Untuk IHSG mencapai level 7.000, kata Pandhu, tentu peluang terbuka karena tidak terlalu jauh dari posisi sekarang. Selain itu, sejauh ini pasar tampak cukup kondusif dan belum ada tanda-tanda indeks akan balik arah.
"Untuk saham yang jadi pilihan bisa perhatikan beberapa saham yang secara valuasi masih murah, kinerja kuartal I-2025 bagus minimal ada pertumbuhan positif, dan secara teknikal berada dalam tren penguatan. Ini seperti saham BMRI (PT Bank Mandiri Tbk), Dharma Satya Nusantara (DSNG), INKP (Indah Kiat Pulp & Paper), CTRA (Ciputra Development), dan BIRD (PT Blue Bird Tbk). Diversifikasi tetap perlu untuk menjaga risiko sambil mencari petunjuk dampak dari penerapan tarif pada ekonomi ke depan," tuturnya.

