Kadin: 92% Pasar Ekspor Ada di Luar AS, Manfaatkan CEPA
JAKARTA, investortrust.id - Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan dan Perjanjian Internasional Pahala Mansury mengingatkan bahwa kontribusi Amerika Serikat (AS) pada perdagangan global kini hanya sekitar 9%.
Meski AS masih merupakan pasar ekspor terbesar kedua bagi Indonesia, ia mengajak para pemangku kepentingan untuk tidak hanya terpaku pada satu negara.
“Masih ada 92% peluang ekspor lain di luar AS. Kita harus mengembangkan mindset untuk menjadi bagian penting dari rantai pasok global dunia,” tegas dia dalam diskusi strategis bertajuk "Diskusi Optimalisasi CEPA dan Perjanjian Perdagangan International Pasca Liberation Day" di Menara Kadin, Jakarta, Senin (5/5/2025).
Dia menegaskan pentingnya optimalisasi perjanjian perdagangan dan kerja sama ekonomi komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) untuk mendorong pertumbuhan ekspor Indonesia secara signifikan.
Baca Juga
Dorong Ekspor Garmen dan Sepatu ke AS, Kadin Targetkan Bisa Serap 200 Ribu Tenaga Kerja Baru
Menurut Pahala, Indonesia memiliki aspirasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8%. Untuk mencapai target ambisius ini, kontribusi perdagangan internasional dan investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI) menjadi sangat vital. Namun, berdasarkan data historis, kontribusi ekspor neto terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia belum pernah melampaui 4%.
“Jika kita ingin mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, maka kita harus bisa meningkatkan ekspor neto kita secara signifikan,” ujar Pahala.
Pahala juga menyoroti momentum strategis saat ini karena tren global, seperti strategi 'China Plus One' membuka peluang baru bagi Indonesia untuk masuk lebih dalam ke rantai pasok global. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa dampak situasi geopolitik terkini, khususnya pasca-"Liberation Day" di AS yang memengaruhi kontribusi ekspor global terhadap PDB dunia.
Baca Juga
Lebih lanjut, Pahala mencontohkan sejumlah negara yang telah sukses menempatkan diri sebagai bagian integral dari rantai pasok global dan mengajak pelaku industri untuk belajar dari negara-negara tersebut.
Ia juga menyoroti sejumlah CEPA yang telah dimiliki Indonesia dengan Jepang, Korea Selatan, Australia, UEA, Chile, Kanada, hingga EFTA. Namun, implementasinya dinilai belum optimal. (C-13)

