Kurs Rupiah Menguat ke Rp 16.493/USD usai Rilis Inflasi Turun
JAKARTA, investortrust.id - Kurs rupiah ditutup menguat dalam perdagangan hari Jumat (02/05/2025), usai Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi turun menjadi 1,17% secara bulanan atau month-to-month. Data Jisdor Bank Indonesia (BI) menunjukkan kurs rupiah menguat signifikan 186 poin (1,11%) ke level Rp 16.493 per dolar Amerika Serikat.
Kurs rupiah juga menguat dalam perdagangan di pasar spot valas yang dilansir Yahoo Finance. Nilai tukar mata uang Garuda bergerak menguat tajam hingga 165 poin (0,99%) ke level Rp 16.429 per dolar AS. Kurs rupiah tercatat berada di posisi Rp 16.594 per dolar AS dalam penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara itu, BPS melaporkan inflasi April 2025 sebesar 1,17% secara bulanan (month to month/mtm), 1,56% secara tahun kalender (year to date/ytd), serta 1,95% secara tahunan (year on year/yoy). Inflasi ini terjadi karena kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 107,22 pada Maret 2025 menjadi 108,47 pada April 2025.
“Tingkat inflasi pada April 2025 lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya,” kata Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, di kantor pusat BPS, Jakarta, Jumat (02/05/2025).
Baca Juga
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar adalah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Inflasi kelompok ini sebesar 6,6% dengan andil inflasi 0,98%. “Komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok ini, yaitu tarif listrik dengan andil sebesar 0,97%” kata dia.
Komoditas lainnya yang memberikan andil inflasi, yaitu emas perhiasan dengan andil inflasi 0,16%, bawang merah dengan andil 0,06%, cabai merah dengan andil inflasi sebesar 0,04%, dan tomat dengan andil inflasi 0,03%.
Baca Juga
Inflasi 2% Tahun Ini
Sementara itu, Ekonom Senior PT Bank Permata Tbk Faisal Rachman mempertahankan ekspektasi inflasi IHK utama akan tetap berada di kisaran 2% pada akhir tahun 2025. "Ke depan, inflasi akan tetap berada dalam kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) sebesar 1,5 – 3,5% pada akhir tahun 2025. Depresiasi rupiah diantisipasi akan berkontribusi terhadap inflasi impor," katanya kepada Investortrust, Jumat (02/05/2025).
Selain itu, ia mengungkap inflasi sisi penawaran telah melampaui inflasi sisi permintaan, yang menandakan potensi risiko inflasi yang berkelanjutan. Ekonom Bank Permata itu memperkirakan laju inflasi akan naik menjadi sekitar 2,33% pada akhir tahun 2025, meningkat dari 1,57% pada akhir tahun 2024.
Melihat adanya potensi dampak depresiasi rupiah terhadap inflasi impor, ia juga memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga BI pada level saat ini sebesar 5,75% dalam jangka pendek. Hal ini untuk mendukung stabilitas.
"Namun jika ketidakpastian global, khususnya terkait perang dagang, mereda dan rupiah stabil, kami melihat potensi penurunan suku bunga BI sebesar 50 bps untuk sisa tahun ini. Kekhawatiran atas melambatnya pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) juga dapat memperluas ruang untuk penurunan suku bunga," tuturnya.

