Aliansi Eropa dan Cina Mengadang Arogansi Trump
Oleh Tri Winarno,
mantan Ekonom Senior
Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter
Bank Indonesia
INVESTORTRUST.ID - Perang dagang yang salah arah yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap seluruh dunia dapat menandai awal dari berakhirnya dominasi politiknya dan gerakan "Make America Great Again (MAGA)"– tetapi hanya jika Jerman dan Eropa dapat mengoordinasikan respons internasional yang kuat. Kesalahan terbesar Komisi Eropa dan pemerintah Jerman yang akan lengser adalah memberi sinyal kesediaan untuk mengalah pada tuntutan Trump, yang berpotensi mengubah kesalahan ekonominya menjadi kemenangan politik.
Seharusnya sudah jelas sekarang bahwa menenangkan Trump hanya akan mempercepat keruntuhan sistem perdagangan multilateral. Hal ini semakin merusak tata kelola demokrasi di seluruh dunia.
Tanggapan Uni Eropa akan menjadi sangat penting dalam menentukan apakah pemerintahan Trump (yang bermaksud membongkar tatanan perdagangan multilateral) atau Tiongkok (yang berusaha mempertahankannya) yang akan menang. Para pemimpin Eropa menghadapi pilihan yang jelas: mendukung multilateralisme dan berpihak pada Tiongkok atau berpihak pada Amerika Serikat yang menerapkan MAGA Trump. Tidak ada pilihan ketiga.
Kegagalan UE
Jerman dan Eropa tidak dapat bersikap netral dalam konflik ini. Menyerah pada tuntutan Trump dengan mengejar perjanjian perdagangan bilateral sama saja dengan mendukung berakhirnya multilateralisme.
Kegagalan UE yang terus-menerus untuk melawan kebijakan Trump mencerminkan kepicikan dan kenaifan politik yang mengejutkan. Sementara dampak ekonomi langsung dari tarif Trump terhadap Eropa kemungkinan akan terbatas, konsekuensi jangka panjangnya – terutama bagi model ekonomi Jerman yang didorong oleh ekspor – bisa jadi mengerikan.
Baca Juga
Dijadikan Hub Global, Pabrik Dongsung Chemical di Karawang Rp 1,5 Triliun Diresmikan
Menyerah pada Trump akan mengancam fondasi kemakmuran Jerman. Jerman lebih bergantung daripada negara Eropa lainnya pada perdagangan global terbuka, yang didasarkan pada nondiskriminasi, keadilan, dan persaingan.
Jadi, bagaimana seharusnya Jerman dan Uni Eropa menanggapi tarif Trump? Pemerintah Jerman yang baru – bersama dengan Prancis, Inggris, dan mitra Eropa lainnya – harus mempertahankan multilateralisme dengan bersekutu dengan Tiongkok, dan mengenakan tarif timbal balik pada barang-barang Amerika.
Dalam negosiasi mendatang dengan AS, para pemimpin Eropa juga harus menekankan dua syarat utama. Pertama, mereka harus menyerukan komitmen baru terhadap multilateralisme sebagai fondasi sistem perdagangan global. Itu termasuk tidak hanya mencabut tarif dan hambatan perdagangan lainnya ke tingkat sebelum krisis, tetapi juga merevitalisasi lembaga multilateral seperti Organisasi Perdagangan Dunia, yang secara sistematis dirusak oleh AS dengan menghalangi pengangkatan hakim baru untuk badan bandingnya.
Yang terpenting, fokusnya tidak boleh terbatas pada WTO. Lembaga multilateral lain seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dana Moneter Internasional, dan Bank Dunia juga harus diberdayakan untuk memainkan peran yang lebih aktif, khususnya dalam mewakili dan melindungi kepentingan ekonomi terlemah di belahan Bumi Selatan.
Putusan Pengadilan Google Bangun Monopoli Ilegal
Kedua, Eropa harus mendorong persaingan yang adil dan aturan bersama, khususnya dalam hal mengatur raksasa teknologi yang berbasis di AS. Perusahaan-perusahaan ini membayar sedikit atau bahkan tidak membayar pajak sama sekali, dan secara rutin melanggar hukum dan peraturan Uni Eropa terkait perlindungan data, standar etika, dan persaingan pasar.
Putusan pengadilan AS baru-baru ini yang menyatakan bahwa Google memang telah membangun monopoli ilegal dalam pencarian menggarisbawahi urgensi masalah ini. Seperti yang baru-baru ini diamati oleh Menteri Keuangan Jerman Jörg Kukies, negara-negara Eropa semakin bergantung pada layanan yang disediakan oleh raksasa teknologi AS.
Jika UE gagal bertindak sekarang, ketergantungan yang merugikan ini akan terus bertambah dalam. Hal itu membuat Eropa semakin rentan terhadap pemerasan politik dan komersial ala Trump.
Menghidupkan kembali multilateralisme juga akan membutuhkan konsesi dan reformasi yang signifikan dari Tiongkok, Jerman, dan Uni Eropa secara keseluruhan, untuk membantu memperbaiki ketidakseimbangan global. Melalui subsidi besar-besaran dan bentuk dukungan lain untuk perusahaan domestik, Tiongkok telah berulang kali melemahkan aturan multilateral untuk mendapatkan keuntungan yang tidak adil.
Di sisi lain, Jerman juga harus mengurangi surplus transaksi berjalannya sendiri yang sangat besar. Hal ini sebagian besar didorong oleh peraturan domestik dan hambatan struktural lain yang mempersulit perusahaan asing untuk memasuki pasarnya.
Baca JugaIndonesia’s Fiscal Resilience: Driving Growth Amid Regional and Global Uncertainty
Mengingat bahwa mengatasi distorsi ini dapat memberikan manfaat yang cukup besar bagi perusahaan-perusahaan Amerika, ada alasan yang kuat untuk percaya bahwa perjanjian perdagangan yang seimbang seperti itu mungkin menarik bagi Trump. Hal ini juga dapat mendorongnya untuk mengubah arah.
Meski ada biaya ekonomi, perang tarif global Trump menawarkan Eropa kesempatan untuk memantapkan dirinya sebagai mediator dan pembela multilateralisme di dunia yang semakin multipolar. Sudah saatnya, Eropa membela nilai-nilainya dan mengoordinasikan tanggapan terpadu dengan mitra-mitra seperti Tiongkok, Kanada, Meksiko, Inggris, dan Jepang.
Eropa harus menyadari Trump telah membuat kesalahan perhitungan strategis yang serius, dengan memprovokasi konfrontasi dengan semua ekonomi utama dunia sekaligus. Menolak Trump mungkin merugikan Eropa dalam jangka pendek, tetapi membiarkan Trump menang dan membongkar sistem perdagangan multilateral akan jauh lebih merusak – baik bagi ekonomi global maupun demokrasi.
Solo, 29 April 2025

