IEU-CEPA Segera Selesai, Uni Eropa Fokus ke TKDN dan Mineral Kritis
JAKARTA, investortrust.id - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan Uni Eropa akan fokus beberapa isu terkait kerja sama dengan Indonesia. Salah satunya, Uni Eropa akan mendalami Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Selain itu, Airlangga menyebut Uni Eropa juga akan mendalami sektor otomotif, mineral kritis, dan fasilitas yang dapat diperoleh saat melakukan investasi. Catatan itu sudah disampaikan European Union Commissioner for Trade and Economic Security Maros Sefcovic dan disepakati kedua belah pihak.
“Kesepakatan ini sudah menjadi hal yang kedua belah pihak dan saya juga mengucapkan apresiasi atas kesepakatan terkait trade dan sustainable growth, yaitu perdagangan dan pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar Airlangga saat konferensi pers perkembangan negosiasi Indonesia-EU CEPA, yang digelar daring, Sabtu (7/6/2025).
Baca Juga
Menko Airlangga Perundingan Indonesia-Uni Eropa Berjalan Lama, Ini Alasannya
Dari kesepakatan yang berlangsung, Airlangga mengatakan Indonesia akan berfokus pada sektor industri padat karya. Beberapa subsektor yang menjadi fokus di antaranya alas kaki, tekstil, garmen dan produk tekstil.
“Ditambah produk perikanan. Itu menjadi perhatian yang kita minta buka akses pasar sebesar-besarnya,” ujar dia.
Untuk produk dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Airlangga mengatakan telah mendorong upaya ekspor produk-produk rumahan dengan basis kreativitas dan inovasi.
“Yang tentu yang berbasis kreativitas dan inovasi ini bisa kita dorong karena produk-produk kita sering sebut sebagai produk kriya atau handycraft,” kata dia.
Baca Juga
IEU-CEPA Tahap Akhir, Indonesia dan Uni Eropa Siap Beranjak ke 'Legal Drafting'
Meski demikian, terdapat produk buatan UMKM yang tetap harus disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Sebab, SNI memiliki perbandingan yang sama dengan aturan Uni Eropa.
Dia berharap produk yang dihasilkan UMKM nantinya memiliki comparability ataupun compatibility standar yang sama sehingga memiliki daya saing. Sebab, nantinya produk dan komoditas Indonesia akan bersaing dengan produk-produk dari negara lain yang masuk ke Eropa.
Selama ini, kata Airlangga, produk asal Indonesia tidak berada di playing field yang sama di Eropa. Sebagai gambaran, produk asal Indonesia dikenakan tarif 10-20%, sedangkan negara lain seperti Vietnam hanya dikenakan tarif 0%.
“Dengan 10-20% cost yang lebih tinggi saja, Indonesia bisa masuk ke pasar Eropa,” kata dia.

