Trump dan Xi Bicara 90 Menit, Ini yang Dibahas
WASHINGTON, investortrust.id - Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping kembali berbicara langsung melalui sambungan telepon pada Kamis (5/6/2025), membuka jalan bagi dimulainya kembali perundingan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Panggilan berdurasi 90 menit ini dinilai sebagai langkah positif dalam mengurai ketegangan yang telah menekan rantai pasok global dan menciptakan ketidakpastian pasar sejak awal tahun.
Baca Juga
AS-China Memanas Lagi, Trump Tuding Beijing Langgar Kesepakatan
Trump menggambarkan panggilan tersebut sebagai “sangat baik” dan mengatakan bahwa pembahasan difokuskan “hampir sepenuhnya” pada isu perdagangan. “Panggilan ini menghasilkan kesimpulan yang sangat positif bagi kedua negara,” bebernya dalam pernyataan di Truth Social, seperti dikutip CNBC.
Washington menugaskan Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, serta Perwakilan Dagang Jamieson Greer untuk memimpin tim negosiasi AS. Langkah ini menyusul pertemuan terakhir pada Mei lalu di Jenewa, di mana kedua pihak sempat menyepakati penurunan sementara atas tarif balasan.
Namun, kemajuan di lapangan berjalan lambat. Pemerintahan Trump menuding Beijing belum memenuhi komitmen untuk membuka ekspor tambahan rare earth ke AS—komponen vital dalam sektor energi, pertahanan, dan teknologi tinggi.
“Tidak seharusnya ada lagi keraguan mengenai kompleksitas produk Rare Earth,” tulis Trump usai panggilan, meski tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Sentimen pasar pun merespons cepat kabar pembicaraan ini. Indeks saham AS sempat bergerak fluktuatif Kamis pagi, sebelum kembali stabil.
Tiongkok mengonfirmasi bahwa panggilan itu terjadi atas permintaan Trump, dan menyampaikan kekesalan atas kebijakan terbaru AS yang dinilai merugikan. Termasuk di antaranya pembatasan visa pelajar, perluasan larangan ekspor chip, serta peringatan terhadap penggunaan semikonduktor asal Tiongkok.
Baca Juga
AS Batasi Ekspor Chip, China Balas Kritik Trump: Ini Perang Teknologi
Sejak awal 2024, hubungan dagang AS-Tiongkok kembali tegang setelah Trump menaikkan tarif atas produk Tiongkok menjadi 145%. Sebagai balasan, Beijing mengenakan tarif hingga 125% atas barang AS. Situasi ini memperburuk tekanan terhadap sektor manufaktur dan mendorong pelaku industri untuk mencari alternatif rantai pasok di luar kedua negara.
Menariknya, Trump menyebut bahwa Xi mengundangnya bersama Melania Trump untuk berkunjung ke Tiongkok, dan undangan tersebut telah ia balas.
Meski Trump sempat memuji Xi sebagai sosok yang ia “sukai sejak lama,” ia juga mengakui kerasnya karakter pemimpin Tiongkok tersebut: “Dia sangat keras, dan sangat sulit diajak bernego!” tulisnya sehari sebelum panggilan berlangsung.
Dengan nilai perdagangan bilateral yang mencapai hampir $600 miliar tahun lalu, keputusan kedua pemimpin untuk membuka jalur dialog kembali menjadi penentu arah tarif dan sentimen pelaku pasar global dalam beberapa bulan mendatang.

