PM Mongolia Lengser di Tengah Protes Publik atas Sorotan Gaya Hedonis Anaknya
JAKARTA, investortrust.id - Pemerintahan Mongolia memasuki masa ketidakpastian politik setelah Perdana Menteri Luvsannamsrai Oyun-Erdene mengundurkan diri dari jabatannya pada Selasa (3/6/2025), menyusul tekanan dari parlemen dan gelombang protes publik yang dipicu oleh gaya hidup mewah anaknya. Langkah ini menandai runtuhnya koalisi tiga partai yang baru dibentuk kurang dari setahun lalu.
Baca Juga
Skor Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2024 Naik 3 Poin Jadi 37
Oyun-Erdene yang baru menjabat sejak 2021, gagal mendapatkan dukungan mayoritas parlemen dalam mosi kepercayaan yang ia ajukan sendiri. Dari 126 anggota, hanya 44 yang memilih mendukungnya.
“Pemerintah tidak bisa lagi menggunakan kekuatannya,” ujar Oyun-Erdene dalam pernyataan pengunduran dirinya di depan parlemen. “Saya bangga telah melayani rakyat Mongolia,” tambahnya, menutup pidato singkatnya dengan nada rekonsiliasi.
Tekanan terhadap perdana menteri semakin kuat dalam beberapa pekan terakhir setelah laporan media lokal menyoroti gaya hidup anaknya yang dinilai tidak sensitif terhadap kondisi ekonomi masyarakat. Salah satu insiden yang menjadi pemicu kemarahan publik adalah saat sang anak diketahui menyewa hotel mewah untuk melamar kekasihnya. Aksi demonstrasi yang meluas kemudian memaksa parlemen dan elite politik untuk mengambil sikap.
Dilansir BBC, persepsi korupsi Mongolia terus memburuk. Transparency Internasional menyebut, Mongolia berada di posisi 114 dari 180 negara, pada tahun lalu.
Oyun-Erdene, 44 tahun, sebelumnya menjabat sebagai kepala sekretariat kabinet di bawah perdana menteri Ukhnaa Khurelsukh, yang kini menjabat sebagai Presiden Mongolia. Ia naik ke tampuk kekuasaan pada 2021 sebagai representasi generasi muda dalam Partai Rakyat Mongolia (MPP), partai dominan dalam politik Mongolia pasca transisi demokrasi.
Baca Juga
OECD Pangkas Proyeksi Ekonomi AS, Inflasi Bisa Melaju hingga 4%
Koalisi tiga partai yang terbentuk pada Juli 2024 kini berada di ujung tanduk. Sejumlah besar legislator dari partai koalisi secara terbuka meminta Oyun-Erdene untuk mundur, menandakan retaknya stabilitas politik yang dibangun setelah pemilu legislatif sebelumnya. Dalam pemilu tersebut, Partai Rakyat Mongolia berhasil mempertahankan mayoritas tipis, memaksa mereka berkoalisi dengan dua partai oposisi guna membentuk pemerintahan.
Mundurnya Oyun-Erdene membuka ruang spekulasi mengenai siapa yang akan ditunjuk untuk menggantikan dirinya dan arah koalisi politik ke depan menjelang tahun-tahun krusial bagi transisi ekonomi Mongolia yang berbasis sumber daya alam. Pelaku pasar akan mencermati arah kebijakan baru, termasuk potensi peninjauan kembali kontrak pertambangan dan stabilitas fiskal.

