Bagikan

Laba Industri China Melonjak di Tengah Tekanan Tarif AS

 

BEIJING, investortrust.id – Laba industri China kembali mencatatkan pertumbuhan pada April, mempercepat laju ekspansinya di tengah tekanan eksternal seperti tarif tinggi dari Amerika Serikat dan tekanan deflasi domestik. Kebijakan stimulus dari pemerintah pusat dinilai menjadi bantalan utama bagi dunia usaha untuk tetap mencatat kinerja positif.

 

Baca Juga

Pertumbuhan Industri China Melambat, Ketidakpastian Tarif Masih Membayangi

 

Data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China (NBS) pada Selasa (27/5/2025) menunjukkan bahwa laba kumulatif perusahaan industri besar naik 3% secara tahunan pada April, meningkat dari pertumbuhan 2,6% yang tercatat pada Maret. Secara keseluruhan, laba industri sepanjang Januari hingga April tumbuh 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

 

Pendorong utama kenaikan laba datang dari sektor manufaktur peralatan dan teknologi tinggi, yang mencatat pertumbuhan signifikan. Industri manufaktur berteknologi tinggi, misalnya, membukukan kenaikan laba sebesar 9% dalam empat bulan pertama 2025, dengan kontribusi kuat dari segmen biofarmasi dan pembuatan pesawat.

 

“Pertumbuhan laba pada April lebih kuat dari ekspektasi, dan menjadi sinyal yang menggembirakan bahwa pelaku manufaktur mampu menjaga margin di tengah lingkungan eksternal yang lebih menantang,” kata Lynn Song, kepala ekonom kawasan Greater China di ING, seperti dikutip CNBC.

 

Kondisi tersebut terjadi meskipun hubungan dagang antara China dan Amerika Serikat sempat memanas. Bulan lalu, Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif hingga 145% atas impor dari China, memicu respons balasan dari Beijing yang secara efektif menyerupai embargo dagang. Namun, kesepakatan damai yang dicapai awal Mei di Jenewa membuat kedua negara sepakat menurunkan tarif secara bertahap.

 

Baca Juga

Terobosan Perang Dagang: AS-China Sepakat Pangkas Tarif Selama 90 Hari

 

Menurut Peterson Institute for International Economics, tarif AS terhadap produk China kini berada di level 51,1%, sementara tarif China atas produk AS turun ke 32,6%.

 

“Kinerja laba ini mencerminkan efektivitas intervensi kebijakan dalam menekan tunggakan pembayaran terhadap sektor swasta dan memastikan pembayaran tepat waktu bagi UKM,” ujar Bruce Pang, dosen tamu di CUHK Business School.

 

Baca Juga

PM Li Qiang: China Siap Berbagi Pertumbuhan dan Peluang Pembangunan dengan Indonesia

 

Data juga menunjukkan bahwa program subsidi penukaran barang elektronik dan peralatan rumah tangga lama dengan yang baru berdampak positif terhadap produsen perangkat rumah tangga, yang mencatat lonjakan laba lebih dari 15% dibandingkan tahun lalu.

 

Namun, tidak semua sektor mengalami penguatan. Industri pertambangan mencatat penurunan laba 26,8% secara tahunan dalam periode Januari-April. Di sisi lain, sektor manufaktur dan utilitas (listrik, pemanas, gas, dan air) mencatat pertumbuhan laba masing-masing sebesar 8,6% dan 4,4%.

 

Perusahaan milik negara justru mengalami kontraksi laba sebesar 4,4% selama empat bulan pertama tahun ini, sementara perusahaan swasta dan yang berinvestasi asing masing-masing mencatatkan kenaikan laba sebesar 4,3% dan 2,5%.

 

Weining Yu, ahli statistik senior di NBS, menyebutkan bahwa peningkatan laba mencerminkan “resiliensi dan ketahanan sektor industri terhadap guncangan,” meskipun ia mengingatkan bahwa masih terdapat kendala seperti lemahnya permintaan dan harga yang terus menurun.

 

Beberapa sektor menghadapi tekanan lebih tajam, seperti otomotif yang mengalami persaingan harga ketat dan industri pakaian yang diperkirakan kehilangan pangsa pasar karena pengalihan permintaan usai tarif baru. Laba industri otomotif turun 5,1%, sementara sektor tekstil dan garmen terkontraksi 12,7% dalam empat bulan pertama 2025.

 

Secara keseluruhan, penguatan laba industri ditopang oleh ekspansi output industri sebesar 6,1% pada April. Namun, pertumbuhan penjualan ritel yang melambat menjadi 5,1% menyoroti ketidakseimbangan struktural antara sisi penawaran dan permintaan di ekonomi terbesar kedua dunia tersebut.

 

China sebelumnya membalikkan tren kontraksi laba industri dengan mencatat pertumbuhan positif sebesar 0,8% di kuartal pertama 2025, setelah mengalami penurunan berturut-turut sejak kuartal ketiga tahun lalu.

The Convergence Indonesia, lantai 5. Kawasan Rasuna Epicentrum, Jl. HR Rasuna Said, Karet, Kuningan, Setiabudi, Jakarta Pusat, 12940.

FOLLOW US

logo white investortrust
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor1188/DP-Verifikasi/K/III/2024