Rilis Stok AS Kejutkan Pasar, Harga Minyak Anjlok
NEW YORK, investortrust.id - Harga minyak turun pada Rabu (21/5/2025) setelah pemerintah Amerika Serikat merilis data terkait persediaan minyak mentah dan bahan bakar menjelang dimulainya musim berkendara musim panas di AS, periode dengan permintaan yang lebih tinggi.
Baca Juga
Sebelumnya, harga sempat naik sekitar 1% setelah muncul laporan bahwa Israel bisa jadi tengah bersiap menyerang fasilitas nuklir Iran, yang memicu kekhawatiran akan gangguan pasokan di Timur Tengah.
Minyak Brent turun 47 sen, atau 0,72%, dan ditutup pada $64,91 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 46 sen, atau 0,74%, menjadi $61,57 per barel.
Persediaan minyak mentah, bensin, dan distilat AS semuanya mengalami peningkatan mengejutkan dalam pekan yang berakhir 16 Mei, menurut data terbaru dari Badan Informasi Energi (EIA) pada hari Rabu.
Persediaan minyak mentah naik 1,3 juta barel, sementara stok bensin bertambah sekitar 800.000 barel dan stok distilat naik sekitar 600.000 barel.
“Laporan EIA menunjukkan kenaikan untuk minyak mentah, bensin, dan distilat - sesuatu yang tidak disukai oleh pelaku pasar,” ujar Giovanni Staunovo, analis di UBS, seperti dikutip CNBC.
Data tersebut membuat harga minyak berbalik melemah setelah sebelumnya sempat mendapat dukungan dari laporan bahwa intelijen AS mengindikasikan Israel sedang bersiap menyerang fasilitas nuklir Iran, menurut CNN pada hari Selasa, yang mengutip sejumlah pejabat AS. Belum jelas apakah para pemimpin Israel telah membuat keputusan akhir.
“Eskalasi semacam itu tidak hanya akan membahayakan pasokan dari Iran, tetapi juga dari sebagian besar wilayah lainnya di kawasan tersebut,” ujar para ahli strategi komoditas ING.
Mengingat Iran mengekspor lebih dari 1,5 juta barel per hari (bph), kekhawatiran akan gangguan pasokan telah mendorong harga naik, kata Staunovo dari UBS. Iran adalah produsen terbesar ketiga di antara negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), dan serangan Israel dapat mengganggu aliran minyak dari negara tersebut.
Ada juga kekhawatiran bahwa Iran dapat membalas dengan memblokir jalur pelayaran tanker minyak di Selat Hormuz, jalur ekspor minyak mentah dan bahan bakar utama bagi Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan Uni Emirat Arab.
“Jika ketegangan meningkat, kita kemungkinan akan melihat pergeseran perdagangan sementara atau gangguan pasokan sekitar 500.000 barel per hari — sesuatu yang bisa segera dikompensasi oleh OPEC+,” kata analis Rystad Energy, Priya Walia.
Amerika Serikat dan Iran telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan tahun ini terkait program nuklir Iran, sementara Presiden AS Donald Trump menghidupkan kembali kampanye sanksi yang lebih kuat terhadap ekspor minyak mentah Iran.
Terlepas dari diskusi tersebut, para pejabat AS dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyampaikan pernyataan pada hari Selasa yang menunjukkan bahwa kedua belah pihak masih jauh dari mencapai kesepakatan.
Baca Juga
Produksi Kazakhstan Capai Rekor, Harga Minyak Kembali Meredup
Sementara itu, produksi minyak Kazakhstan naik 2% pada bulan Mei, menurut sumber industri pada hari Selasa, bertentangan dengan tekanan OPEC+ untuk mengurangi produksi.

