Bos Nvidia Ketar-ketir Kehilangan Pasar China Imbas Kebijakan Ekspor AS
LAS VEGAS, investortrust.id - CEO Nvidia Jensen Huang memperingatkan bahwa pasar kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) China bisa mencapai US$ 50 miliar (sekitar Rp 8.000 triliun) dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Namun, ia khawatir kehilangan akses ke pasar ini akibat kebijakan ekspor Amerika Serikat (AS), yang akan menjadi bumerang bagi industri teknologi Negeri Paman Sam.
Dalam wawancara dengan CNBC di ajang ServiceNow Knowledge 2025 di Las Vegas, Huang menegaskan pentingnya fleksibilitas dalam menghadapi kebijakan pemerintah.
Meski demikian, Huang tetap optimistis. Ia menekankan bahwa membuka pasar China akan mengembalikan pendapatan, memperbesar kontribusi pajak, dan menciptakan banyak lapangan kerja di AS.
Dalam pernyataan sebelumnya pekan lalu, milyuner yang pernah berkunjung ke Indonesia itu juga menyebut bahwa China 'tidak tertinggal' dalam pengembangan AI dan memuji rival utama Nvidia, Huawei sebagai salah satu perusahaan teknologi paling tangguh di dunia.
Hingga Mei 2025, saham Nvidia tercatat telah turun sekitar 15%, setelah mencatat lonjakan hampir tiga kali lipat sepanjang 2023. Perusahaan dijadwalkan merilis laporan keuangan pada 28 Mei mendatang, dengan ekspektasi pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 65% menjadi US$ 43,1 miliar.
Kendati pertumbuhan masih tinggi, angka tersebut menunjukkan perlambatan signifikan dibanding tahun lalu saat Nvidia mencatat lonjakan pendapatan lebih dari 260%. Tekanan geopolitik dan ketergantungan pasar global terhadap chip AI menjadi tantangan nyata bagi Nvidia di masa depan. (C-13)
Dalam wawancara dengan CNBC di ajang ServiceNow Knowledge 2025 di Las Vegas, Huang menegaskan pentingnya fleksibilitas dalam menghadapi kebijakan pemerintah.
“Apapun kebijakan pemerintah, selama itu untuk kepentingan terbaik negara, kami akan dukung. Tapi kita harus tetap gesit,” ujarnya dilansir dari CNBC, Rabu (7/5/2025).
Diketahui, Nvidia yang kini menjadi pemasok utama GPU (graphics processing units) di dunia, terdampak langsung oleh larangan ekspor chip AI terbaru ke China. Chip H20 milik mereka, yang dirancang khusus agar sesuai dengan aturan ekspor sebelumnya, kini juga memerlukan izin ekspor dari AS.
Imbas dari pembatasan tersebut, Nvidia memperkirakan akan mencatat beban hingga US$ 5,5 miliar dalam satu kuartal. Sejumlah analis memprediski bahwa pertumbuhan historis Nvidia mulai menghadapi tantangan serius akibat tensi dagang antara AS dan China.
Diketahui, Nvidia yang kini menjadi pemasok utama GPU (graphics processing units) di dunia, terdampak langsung oleh larangan ekspor chip AI terbaru ke China. Chip H20 milik mereka, yang dirancang khusus agar sesuai dengan aturan ekspor sebelumnya, kini juga memerlukan izin ekspor dari AS.
Imbas dari pembatasan tersebut, Nvidia memperkirakan akan mencatat beban hingga US$ 5,5 miliar dalam satu kuartal. Sejumlah analis memprediski bahwa pertumbuhan historis Nvidia mulai menghadapi tantangan serius akibat tensi dagang antara AS dan China.
Baca Juga
Meski demikian, Huang tetap optimistis. Ia menekankan bahwa membuka pasar China akan mengembalikan pendapatan, memperbesar kontribusi pajak, dan menciptakan banyak lapangan kerja di AS.
“Dunia sangat lapar terhadap AI. Mari kita keluarkan AI Amerika ke dunia sekarang juga,” ujarnya.
Baca Juga
Bos Nvidia Lobi Jepang Tambah Pasokan Listrik untuk Kebutuhan AI
Dalam pernyataan sebelumnya pekan lalu, milyuner yang pernah berkunjung ke Indonesia itu juga menyebut bahwa China 'tidak tertinggal' dalam pengembangan AI dan memuji rival utama Nvidia, Huawei sebagai salah satu perusahaan teknologi paling tangguh di dunia.
Hingga Mei 2025, saham Nvidia tercatat telah turun sekitar 15%, setelah mencatat lonjakan hampir tiga kali lipat sepanjang 2023. Perusahaan dijadwalkan merilis laporan keuangan pada 28 Mei mendatang, dengan ekspektasi pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 65% menjadi US$ 43,1 miliar.
Kendati pertumbuhan masih tinggi, angka tersebut menunjukkan perlambatan signifikan dibanding tahun lalu saat Nvidia mencatat lonjakan pendapatan lebih dari 260%. Tekanan geopolitik dan ketergantungan pasar global terhadap chip AI menjadi tantangan nyata bagi Nvidia di masa depan. (C-13)

