Efek Trump Tumbangkan Oposisi, Albanese Menang Telak dalam Pemilu Australia
SYDNEY, investortrust.id - Perdana Menteri Australia Anthony Albanese secara resmi mengeklaim kemenangan dalam pemilu nasional pada Sabtu (3/5), mencetak sejarah sebagai perdana menteri pertama dalam dua dekade yang memenangkan dua masa jabatan berturut-turut. Kemenangan ini tak lepas dari meningkatnya kekhawatiran publik terhadap pengaruh gaya politik Presiden AS Donald Trump, yang turut membayangi kampanye oposisi konservatif.
Baca Juga
Presiden Prabowo dan PM Albanese Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Strategis Indonesia-Australia
Peter Dutton, pemimpin Partai Liberal konservatif, mengakui kekalahan dan kehilangan kursi parlemen yang telah ia pegang selama dua dekade. Kekalahan ini mencerminkan tren serupa yang dialami Partai Konservatif Kanada beberapa hari sebelumnya—dua-duanya dikaitkan dengan sentimen penolakan terhadap Trump.
Di markas Partai Buruh di Sydney, para pendukung bersorak dan berpelukan saat Albanese menyampaikan pidato kemenangan. Ia menegaskan bahwa pemerintahannya akan berpegang pada nilai-nilai khas Australia dan tidak akan meniru kebijakan luar.
"Pemerintahan kami akan memilih jalan Australia, karena kami bangga atas siapa diri kami dan apa yang telah kami bangun bersama di negara ini. Kami tidak perlu memohon, meminjam, atau menyalin dari negara lain," ujar Albanese.
Dengan sekitar 90% tempat pemungutan suara telah dihitung, Komisi Pemilihan Umum Australia memproyeksikan Partai Buruh akan memenangkan 80 kursi dari total 150 kursi di DPR. Proyeksi ABC bahkan menunjukkan potensi 85 kursi, cukup untuk membentuk pemerintahan mayoritas secara stabil.
Albanese menegaskan bahwa rakyat telah memilih keadilan, keberanian dalam menghadapi kesulitan, dan kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan.
Gagalnya Strategi Konservatif
Peter Dutton sebelumnya sempat unggul dalam jajak pendapat hingga Februari. Namun, perbandingan yang terus-menerus dengan Donald Trump mulai merusak citra publiknya. Beberapa kebijakan kontroversialnya, termasuk wacana pelarangan kerja dari rumah bagi PNS, menuai kritik luas dan memperkuat persepsi bahwa Partai Liberal tengah meniru langkah-langkah keras ala Trump.
"Kami tidak tampil cukup baik dalam kampanye ini. Itu jelas malam ini, dan saya bertanggung jawab penuh atas hasil ini," ujar Dutton dalam pidato yang disiarkan televisi nasional.
Senator Jacinta Nampijinpa Price, yang sebelumnya menyuarakan slogan "Make Australia Great Again", menyalahkan narasi media dan oposisi atas keterkaitan berlebihan dengan Trump. "Kalian menjadikan ini semua tentang Trump," ujarnya di ABC. Ia menyebut kekalahan Dutton sebagai kerugian besar.
Senator James Paterson dari Partai Liberal juga mengakui bahwa Trump factor memiliki dampak signifikan terhadap hasil pemilu. "Efeknya sangat terasa di Kanada, dan tampaknya juga terjadi di sini," katanya.
Reaksi Pasar dan Dunia
Dari sisi geopolitik dan aliansi strategis, sejumlah pemimpin dunia langsung menyampaikan ucapan selamat. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan bahwa Australia adalah “sekutu, mitra, dan sahabat yang sangat dihargai” oleh AS. PM Inggris Keir Starmer menyatakan bahwa kerja sama pertahanan dan dukungan terhadap Ukraina akan diperkuat. PM India Narendra Modi menyebut kemenangan ini sebagai “mandat tegas atas kepemimpinan Albanese.”
Baca Juga
Analis pasar melihat hasil ini sebagai sinyal stabilitas politik yang dinanti investor. Kebijakan ekonomi yang lebih moderat, komitmen terhadap energi bersih, dan arah hubungan luar negeri yang pragmatis diharapkan dapat menjaga kepercayaan pasar dalam jangka pendek.
"Kemenangan ini memberikan kejelasan politik dan memperkuat posisi Australia sebagai jangkar stabilitas di Asia Pasifik. Investor akan mengalihkan perhatian pada sikap pemerintah terhadap perang dagang global dan strategi fiskal pasca-pandemi," beber Hannah Keel, analis makro Asia-Pasifik di Resolute Strategies, seperti dikutip Reuters.
Jim Chalmers, Menteri Keuangan Partai Buruh, menyebut kemenangan ini sebagai "salah satu yang paling luar biasa dalam sejarah politik Australia". Ia mengakui bahwa pemerintah menghadapi tekanan berat pada akhir 2024, namun berhasil bangkit berkat kinerja kampanye Albanese dan respons konkret terhadap isu biaya hidup.
Di tengah sorak sorai dan air mata, seorang pendukung Partai Buruh, Melinda Adderley (54), menyebut kemenangan ini sebagai hasil dari perjuangan panjang. "Ini benar-benar luar biasa," katanya dengan suara bergetar.

