AS dan China Bikin Pernyataan Bertentangan Soal Pembicaraan Dagang, Mana yang Benar?
WASHINGTON, investortrust.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa negosiasi tarif sedang berlangsung dengan China, tetapi Beijing membantah bahwa ada pembicaraan yang terjadi. Ini menjadi sinyal bertentangan terbaru terkait sejauh mana kemajuan yang dicapai dalam meredakan perang dagang yang mengancam pertumbuhan ekonomi global.
Baca Juga
Bantah Trump, China Sebut Tak Ada Pembicaraan Dagang yang Berlangsung dengan AS
Trump mengatakan kepada majalah TIME bahwa pembicaraan sedang berlangsung dan Presiden China Xi Jinping telah meneleponnya—pernyataan yang dia ulangi kepada wartawan saat meninggalkan Gedung Putih pada Jumat pagi menuju Roma untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus.
"China dan AS tidak sedang melakukan konsultasi atau negosiasi terkait #tarif," sanggah China melalui pernyataan dari kementerian luar negerinya yang diposting oleh Kedutaan Besar China di AS. "AS sebaiknya berhenti menciptakan kebingungan."
Trump, berbicara kepada wartawan di atas pesawat Air Force One kemudian pada hari Jumat, mengatakan bahwa akan menjadi kemenangan jika China membuka pasarnya untuk produk-produk AS dan bahwa tarif dapat mendorong hal itu terjadi.
"Buka China. Anda tahu, biarkan kami masuk dan beroperasi di China. Itu akan hebat. Itu akan jadi kemenangan besar, tapi saya bahkan tidak yakin akan memintanya karena mereka tidak menginginkannya terbuka," seru Trump, dikutip dari Reuters, Sabtu (26/4/2025).
Perdebatan bolak-balik ini menambah ketidakpastian besar terhadap arah kebijakan tarif Trump yang tidak menentu, tidak hanya terhadap China, tetapi juga terhadap puluhan negara lain yang sedang berlomba-lomba mencapai kesepakatan mereka sendiri untuk meringankan beban pajak impor tinggi yang telah diberlakukan sejak ia kembali ke Gedung Putih pada Januari.
Tim negosiator Trump sedang melakukan serangkaian pembicaraan dagang cepat dengan para pejabat asing yang membanjiri Washington pekan ini dalam rangka pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Kelompok Bank Dunia.
The Wall Street Journal, mengutip sumber anonim yang mengetahui masalah ini, melaporkan bahwa Perwakilan Dagang AS (USTR) bertujuan menyederhanakan proses dengan menetapkan kategori luas untuk negosiasi: tarif dan kuota; hambatan non-tarif seperti regulasi terhadap barang-barang AS; perdagangan digital; aturan asal-usul produk; serta isu keamanan ekonomi dan komersial lainnya. USTR juga berencana fokus pada daftar 18 negara yang telah mengajukan proposal tertulis.
Seorang pejabat USTR mengatakan kepada Reuters bahwa mereka "bekerja dalam kerangka yang terorganisir dan ketat serta bergerak cepat bersama mitra dagang yang bersedia." Pejabat tersebut mengatakan bahwa pemerintah telah menyampaikan tujuan AS secara jelas kepada negara lain dan memiliki "pemahaman yang sangat baik tentang apa yang masing-masing dapat tawarkan."
Namun, meskipun para pejabat Trump—termasuk Menteri Keuangan Scott Bessent—menyuarakan sinyal kemajuan cepat, banyak mitra mereka yang lebih berhati-hati, dan para menteri keuangan di IMF pulang dengan rasa urgensi baru untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh tarif.
"Saya meninggalkan pertemuan ini dengan pemahaman jelas tentang segala sesuatu yang dipertaruhkan dan risiko yang ada bagi pekerjaan, pertumbuhan, dan standar hidup di seluruh dunia. Pertemuan di sini, mengingatkan saya mengapa kita tidak boleh melewatkan satu peluang pun dalam beberapa minggu dan bulan mendatang untuk melihat bagaimana kita bisa mengurangi ketidakpastian tersebut." beber Menteri Keuangan Irlandia Paschal Donohoe kepada Reuters.
Belum jelas apakah benar-benar ada kesepakatan yang tercapai untuk menghindari penerapan tarif yang lebih tinggi pada awal Juli, tapi ada beberapa tanda de-eskalasi.
China membebaskan beberapa impor AS dari tarif tinggi setelah kelompok bisnis mengatakan bahwa Beijing telah mengizinkan beberapa produk farmasi buatan AS masuk ke negara tersebut tanpa membayar tarif sebesar 125% yang dikenakan awal bulan ini sebagai balasan atas tarif 145% yang dikenakan Trump terhadap impor China.
Selain itu, daftar 131 kategori produk yang dikabarkan sedang dipertimbangkan untuk pembebasan beredar di kalangan beberapa pelaku usaha dan kelompok dagang. Reuters tidak dapat memverifikasi daftar tersebut, yang mencakup vaksin, bahan kimia, dan mesin jet, dan pihak China belum mengumumkan secara terbuka soal hal ini.
Pemerintahan Trump juga dalam beberapa hari terakhir mengisyaratkan ingin meredakan ketegangan dengan China, dengan Bessent menyatakan bahwa kedua pihak melihat situasi saat ini sebagai hal yang tidak bisa dipertahankan.
Sementara itu, Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa ia sangat dekat dengan kesepakatan dengan Jepang. Analis melihat hal ini sebagai "kasus uji coba" untuk perjanjian dagang bilateral lainnya, meskipun negosiasi diperkirakan tidak mudah. Beberapa pihak memperkirakan Perdana Menteri Shigeru Ishiba dan Trump akan mengumumkan pakta ketika mereka bertemu di KTT G7 di Kanada pada bulan Juni.
Trump juga mengatakan kepada TIME bahwa ia telah membuat "200 kesepakatan" yang akan diselesaikan dalam tiga hingga empat minggu, meskipun ia menolak memberikan rincian. Ia mengatakan akan menganggap itu sebagai "kemenangan total" jika tarif masih berada di kisaran 20% hingga 50% setahun dari sekarang.
Trump berpendapat bahwa jaringan hambatan perdagangan yang ia ciptakan akan menghidupkan kembali industri manufaktur AS yang selama ini terkikis oleh persaingan global.
Namun para ekonom secara umum memperingatkan bahwa kebijakan itu akan menyebabkan kenaikan harga bagi konsumen AS dan meningkatkan risiko resesi.
Saham AS ditutup lebih tinggi pada hari Jumat, meskipun masih turun sekitar 10% sejak Trump kembali menjabat pada Januari, tertinggal dari indeks di negara-negara lain, sementara nilai dolar jatuh pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga
Wall Street Reli: S&P 500 Menguat Empat Hari Beruntun, Catat Kenaikan 4,6% dalam Sepekan
Kebijakan tarif Trump mendominasi pembahasan dalam pertemuan IMF pekan ini, di mana para menteri keuangan berusaha mendapatkan pertemuan satu lawan satu dengan menteri keuangan AS.
Bessent menyebut pembicaraan awal dengan Korea Selatan "sangat sukses" pada hari Kamis, yang oleh Seoul disebut sebagai "awal yang baik." Diskusi lanjutan dijadwalkan berlangsung minggu depan.
Swiss juga menyatakan puas dengan pertemuan awalnya dengan Bessent. Kantor perdagangan AS menyatakan bahwa pihaknya "terus berkomunikasi" dengan Jepang dan negara lainnya, tetapi menyebut bahwa keputusan akhir apakah pembicaraan akan dilanjutkan berada di tangan Trump.
Baca Juga
IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Global dan Sejumlah Negara Akibat Tarif Tinggi AS
Hingga kini, belum tampak adanya kemajuan nyata dengan negara-negara lain, meskipun Direktur IMF Kristalina Georgieva sebelumnya memperingatkan bahwa kebijakan ini bisa menyebabkan perlambatan parah dalam pertumbuhan ekonomi global.

