main-logo
  • MARKET
  • MACRO
  • FINANCIAL
  • BUSINESS
  • NATIONAL
  • ESG
  • /assets/images/resources/dasawindu-indonesia-merdeka.png
  • INTERNATIONAL
  • FINANCIALTRUST
  • INDEPTH
  • LIFESTYLE
  • FOTO
logo datatrust
Pita Tracker By Trading View
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
  • ‌
    ‌
    ‌
  • ‌
    ‌
    ‌
  • ‌
    ‌
    ‌
  • ‌
    ‌
    ‌
  • ‌
    ‌
    ‌
The Convergence Indonesia, lantai 5. Kawasan Rasuna Epicentrum, Jl. HR Rasuna Said, Karet, Kuningan, Setiabudi, Jakarta Pusat, 12940.

FOLLOW US

KATEGORI
  • MARKET
  • MAKRO
  • FINANCIAL
  • BUSINESS
  • NATIONAL
  • ESG
  • INTERNATIONAL
  • FINANCIALTRUST
  • INDEPTH
  • LIFESTYLE
MEDIA
  • PHOTO
  • VIDEO
INFORMASI
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN KAMI
  • PUBLISHING
  • KONTAK
PUBLIKASI
  • BUKU

FOLLOW US

logo white investortrust
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor1188/DP-Verifikasi/K/III/2024
logo white investortrust
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor1188/DP-Verifikasi/K/III/2024
Bagikan
  1. Home
  2. macro

Perjanjian Perdagangan AS-Tiongkok Benar-Benar akan Tercapai?

 

 

Oleh Tri Winarno,
mantan Ekonom Senior
Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter
Bank Indonesia




INVESTORTRUST.ID - Gedung Putih mengumumkan pada hari Minggu bahwa Amerika Serikat dan Cina akan menangguhkan sementara kenaikan tarif impor yang mereka kenakan terhadap satu sama lain pada April, selama 90 hari. Penundaan ini sambil menunggu negosiasi lebih lanjut mengenai perjanjian perdagangan.

 

Semula, AS mengenakan tarif resiprositas yang berkali-kali dinaikkan hingga 145% atas produk RRT, yang dibalas Tiongkok memberlakukan tarif 125% atas produk pesaing utamanya itu. Kini, AS menurunkan sementara ke 30% dan Cina memangkas ke 10%. Kedua negara itu masing-masing merupakan kekuatan ekonomi terbesar dan kedua di dunia. 


Meski pengumuman tersebut menawarkan kelegaan yang telah lama ditunggu-tunggu bagi para pelaku bisnis dan telah meningkatkan keyakinan pasar, para investor sebaiknya menahan diri untuk tidak terlalu antusias.
Mengambil isyarat dari latar belakangnya dalam bisnis, Presiden AS Donald Trump menggunakan tarif sebagai alat tawar-menawar, dan tampaknya yakin bahwa eskalasi agresif akan memaksa mitra dagang AS menawarkan konsesi yang signifikan dan memungkinkannya untuk mendeklarasikan kemenangan politik yang besar. 

Namun, menegosiasikan perjanjian perdagangan tidak sama dengan mencapai kesepakatan real estat. Prosesnya lebih lambat, lebih berantakan, dan jauh lebih penting.

 

Baca Juga

Signal Genting Ekonomi Kuartal I, the Devil in the Details

 

https://res.cloudinary.com/dzvyafhg1/image/upload/v1747012116/investortrust-bucket/images/1747012118138.avif
Menteri Keuangan AS Scott Bessent (kanan) dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer di Jenewa. Keduanya menggelar konferensi pers di Jenewa pada 12 Mei 2025 untuk memberikan rincian mengenai kemajuan substansial setelah pertemuan tertutup selama dua hari antara pejabat tinggi AS dan Tiongkok, yang bertujuan mengakhiri perang tarif yang merugikan kedua ekonomi terbesar dunia itu. Foto: AP/Martial Trezzini.





Hal ini khususnya berlaku ketika AS bernegosiasi dengan Tiongkok, yang memiliki ekonomi yang besar sehingga memiliki daya ungkit yang substansial. Negeri komunis itu juga punya kepentingan yang kuat untuk menahan konsesi, karena menuruti tuntutan Trump dapat merusak kebanggaan nasional dan memicu reaksi keras dalam negeri.

Dan, sementara Trump memiliki rekam jejak mendeklarasikan kemenangan yang meragukan, akan sulit baginya untuk mengklaim keberhasilan dalam perang dagangnya dengan Tiongkok jika ia hanya mundur. Seperti kata pepatah Tiongkok, sekali Anda menunggangi harimau, sulit untuk turun.


Baca Juga

Harga Minyak Melonjak setelah Perang Dagang Mereda, Bisa Saja Pertamina Menaikkan Harga BBM


Seperti yang pernah kami tulis sebelumnya, perjanjian perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia akan sulit disusun dan hampir mustahil untuk ditegakkan. Kami melihat ini dengan jelas pada tahun 2018-2019.

Meski AS dan Tiongkok mencapai kesepakatan prinsip pada bulan April 2019, negosiasi akhirnya gagal, karena perbedaan pendapat mengenai kekhususan ketentuan. Sementara AS menuntut kontrak setebal 150 halaman yang merinci reformasi hukum yang akan diberlakukan melalui badan legislatif nasional Tiongkok, Cina menginginkan kerangka kerja yang lebih fleksibel dan berbasis prinsip yang dapat diimplementasikan melalui langkah-langkah regulasi yang kurang terlihat.

Baca Juga

AS-China "Berdamai" 90 Hari, BCA Tetap Waspada dan Genjot Kredit

 

https://res.cloudinary.com/dzvyafhg1/image/upload/v1743588279/investortrust-bucket/images/1743588279873.png

15 negara yang dinilai paling merugikan perdagangan AS. Infografis: Investortrust. 



Tantangan Penegakan Hukum

Kemudian ada tantangan penegakan hukum. Ketika AS dan Tiongkok menandatangani perjanjian dagang "tahap pertama" pada Januari 2020, Trump menyatakannya sebagai kemenangan bersejarah. Trump menggembar-gemborkan komitmen Tiongkok untuk meningkatkan pembelian barang dan jasa AS sebesar US$ 200 miliar selama dua tahun, bersama dengan konsesi lainnya.


Namun tidak seperti perjanjian dagang pada umumnya, kesepakatan tersebut tidak memuat mekanisme penegakan hukum pihak ketiga yang netral. Kesepakatan tersebut juga tidak menegakkan hukum sendiri, dengan kedua belah pihak memandang kepatuhan lebih bermanfaat daripada pembelotan. Jadi, ketika Tiongkok gagal memenuhi target pembeliannya, AS – yang saat itu dipimpin oleh Presiden Joe Biden – tidak memiliki banyak jalan keluar.

 

Saat ini, bahkan jika tarif akan dicabut dalam jangka pendek, Tiongkok tidak punya banyak alasan untuk percaya bahwa AS akan menghormati komitmennya atau melakukan penegakan hukum yang berarti, terutama mengingat ketidakpercayaan besar yang telah disebar Trump. Pada akhirnya, setiap kesepakatan perdagangan yang dinegosiasikan AS dan Tiongkok kemungkinan akan rapuh, terbatas cakupannya, dan rentan terhadap keruntuhan.

Oleh karena itu, bisnis dan investor harus siap menghadapi gangguan yang terus berlanjut di seluruh rantai pasokan global.
Faktanya, perang dagang Trump telah menimbulkan kerugian yang berkepanjangan pada rantai pasokan global.

Para pengecer berusaha keras untuk membatalkan pesanan. Produsen dan distributor juga bergegas untuk mengubah rute dan menimbun persediaan, dan bisnis telah beroperasi dalam iklim ketidakpastian yang meningkat.

Sekarang lebih jelas dari sebelumnya bahwa fluktuasi kecil dan jangka pendek dapat menyebabkan gangguan yang tidak proporsional dan berlangsung lama. Ini yang disebut oleh para ahli rantai pasokan sebagai "efek bullwhip".

Fenomena ini tercermin dalam prospek Natal tahun ini. Jika mainan buatan Cina biasanya disasar mencapai rak-rak toko di AS sebelum liburan, proses produksi harus dimulai cepat pada bulan Maret, saat perusahaan mainan menyelesaikan desain produk dan memesan. Manufaktur biasanya dimulai pada bulan April, dengan pengiriman barang dari pabrik-pabrik Tiongkok pada bulan Juli, sehingga barang-barang tersebut tiba di AS sebelum distribusi musim gugur. 

Para pengecer bergantung pada jadwal yang panjang namun terkoordinasi dengan ketat ini, untuk memenuhi permintaan musiman. Namun, tarif yang berfluktuasi sekarang mengganggu setiap tahap proses ini.

Menghadapi biaya yang tidak dapat diprediksi, para pengecer ragu untuk memesan. Pabrik menunda produksi dan pengiriman. 

Pemasok kemudian mengonfigurasi ulang jalur produksi untuk memanfaatkan peluang baru, yang berarti bahwa pembalikan tarif saja mungkin tidak cukup untuk mengembalikan produksi ke jalurnya. Jadi, bahkan jika penghapusan tarif menghidupkan kembali permintaan, kekurangan pasokan akan terus berlanjut, yang mendorong harga lebih tinggi – sebuah kemungkinan yang diakui Trump dengan acuh tak acuh pada rapat kabinet baru-baru ini.


Yang memperburuk keadaan, harga yang lebih tinggi dapat mengirimkan sinyal permintaan yang salah kepada pemasok, memperburuk masalah jangka panjang kelebihan pasokan yang seharusnya diatasi dengan tarif. Siklus osilasi ini – ciri khas efek bullwhip – menciptakan ketidakstabilan yang terus-menerus.

Bagaimanapun, bukan rata-rata yang membunuh Anda; melainkan volatilitasnya. Kami melihat versi dinamika ini selama pandemi Covid-19, ketika penutupan tiba-tiba memicu kekurangan dan berikutnya kelebihan pasokan yang berjenjang di seluruh rantai pasokan global, dengan dampak yang terasa selama bertahun-tahun.

Perbedaannya sekarang adalah kekacauan itu bukan akibat bencana alam atau krisis kesehatan masyarakat. Hal ini adalah hasil dari kebijakan yang disengaja.

 


Negosiator Indonesia Harus Jeli
Ketidakpastian mungkin berhasil bagi Trump dalam urusan bisnis pribadinya. Tetapi, ketika diterapkan pada perdagangan global, hal itu menimbulkan kekacauan yang luar biasa, karena rantai pasokan berkembang pesat berkat transparansi dan kepastian, bukan gertakan dan pembalikan kebijakan yang tiba-tiba.

Gangguan yang ditimbulkan oleh tarif Trump tidak akan berhenti di pasar saham. Gangguan itu akan bergema melalui pabrik, pelabuhan, dan etalase toko di seluruh dunia. Investor, pembuat kebijakan, dan konsumen belum sepenuhnya memperhitungkan konsekuensi dari tindakan Trump.

 

Mencermati fenomena tersebut, negosiator Indonesia harus hati-hati, jeli, dan strategis. Jangan mudah percaya pada komitmen timnya Trump. Kalau perlu buying time, karena kalau ekonomi AS mengalami stagflasi maka Trumponomic akan segera berantakan. ***

BERITA TERKAIT

  • Perjanjian Perdagangan AS-Tiongkok Benar-Benar akan Tercapai?

    13/05/2025, 23.00 WIB
  • Mendag Pastikan Perjanjian Perdagangan IEU CEPA Rampung 2025

    10/06/2025, 07.31 WIB
  • 60.806 Koperasi Merah Putih Lahir! Target 80.000 Sebelum Juli Bisa Tercapai?

    29/05/2025, 07.38 WIB
  • Mentan Optimistis Swasembada Beras Tercapai Tahun Ini, Lebih Cepat dari Target Prabowo

    02/06/2025, 12.15 WIB
  • Prabowo dan Macron Jadi Saksi, PP PORDASI Teken Perjanjian Strategis dengan Prancis

    29/05/2025, 09.55 WIB

ARTIKEL POPULER

  • Ecentio Tumbler Navy Selling
  • TEST DEV BERITA DATAWRAPPER UPDATED
  • TEST DEV BERITA DATAWRAPPER UPDATED
  • TEST DEV BERITA DATAWRAPPER UPDATED
  • TEST DEV BERITA DATAWRAPPER UPDATED
  • TEST DEV BERITA DATAWRAPPER UPDATEDssss