main-logo
  • MARKET
  • MACRO
  • FINANCIAL
  • BUSINESS
  • NATIONAL
  • ESG
  • /assets/images/resources/dasawindu-indonesia-merdeka.png
  • INTERNATIONAL
  • FINANCIALTRUST
  • INDEPTH
  • LIFESTYLE
  • FOTO
logo datatrust
Pita Tracker By Trading View
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
  • ‌
    ‌
    ‌
  • ‌
    ‌
    ‌
  • ‌
    ‌
    ‌
  • ‌
    ‌
    ‌
  • ‌
    ‌
    ‌
The Convergence Indonesia, lantai 5. Kawasan Rasuna Epicentrum, Jl. HR Rasuna Said, Karet, Kuningan, Setiabudi, Jakarta Pusat, 12940.

FOLLOW US

KATEGORI
  • MARKET
  • MAKRO
  • FINANCIAL
  • BUSINESS
  • NATIONAL
  • ESG
  • INTERNATIONAL
  • FINANCIALTRUST
  • INDEPTH
  • LIFESTYLE
MEDIA
  • PHOTO
  • VIDEO
INFORMASI
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN KAMI
  • PUBLISHING
  • KONTAK
PUBLIKASI
  • BUKU

FOLLOW US

logo white investortrust
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor1188/DP-Verifikasi/K/III/2024
logo white investortrust
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor1188/DP-Verifikasi/K/III/2024
Bagikan
  1. Home
  2. indepth

Tak Ada dalam “Kerumunan Pesta” Saham-Saham BUMN, Telkom (TLKM) Segera Menyusul?

 

 

 

 

JAKARTA, investortrust.id - Sejumlah saham BUMN sedang “berpesta pora”. Seiring kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam beberapa pekan terakhir, saham-saham emiten pelat merah juga melesat. Namun, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) tak ada dalam “kerumunan pesta” tersebut.

 

Data BEI menunjukkan, selama tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak awal Januari hingga 23 Mei 2025, 20 saham BUMN yang tergabung dalam indeks IDX BUMN20 melonjak 7,77%. Dalam waktu bersamaan, IHSG menguat 1,9% ke level level 7.214. Namun, saham TLKM pada periode itu cuma naik 0,4%. Saham emiten halo-halo itu pada penutupan perdagangan Jumat (23/5/2025) bertengger di level Rp 2.690.

 

Ada 10 saham BUMN yang menguat signifikan selama tahun berjalan. Bahkan, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengalami kenaikan yang menakjubkan sebesar 115,86%, diikuti saham PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) yang melonjak 25,93%, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) menguat 18,333%, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) naik 8,77%, dan PT Timah Tbk (TINS) meningkat 8,29%.

 

Baca Juga

Saham Telkom (TLKM) Mendadak Melesat Jelang RUPST Besok, Ternyata Tiga Agenda Ini Penentu  

 

Kenaikan tertinggi selanjutnya dinikmati saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 3,33%, disusul PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) 6,72%, serta PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) yang masing-masing naik 5,97%, 9,94%, dan 1,85%.

 

TLKM Ketinggalan Gerbong?

 

Apakah itu berarti saham Telkom sudah “ketinggalan gerbong”? Sepertinya tidak. BRI Danareksa Sekuritas, misalnya, menaikkan target saham TLKM dari Rp 3.680 ke  Rp 3.900 dengan potensi upside 37,8% dari basis harga Rp 2.550.

 

“Kami mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga  yang lebih tinggi di level Rp 3.900 dari sebelumnya Rp 3.680,” kata analis BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis dalam risetnya yang dipublikasikan, baru-baru ini.

 

 

 

 

 

 

Di sisi lain, dari 50 sekuritas yang direkap Indopremier Sekuritas, sebanyak 35 perusahaan sekuritas merekomendasikan buy dan hanya 15 lainnya yang memilih netral. Tak ada yang merekomendasikan sell atau hold untuk saham emiten yang punya market cap Rp 266 triliun dan masuk top 10 market cap di BEI per 23 Mei 2025 tersebut.

                                                                     

Riset BRI Danareksa Sekuritas disusun dengan asumsi belanja modal (capital expenditure/capex) Telkom lebih rendah. “Target dan rekomendasi itu juga didasarkan atas kenaikan laba bersih fullyear 2025 dan forecast 2026,” tutur analis BRI Danareksa Sekuritas, Kafi Ananta dalam risetnya.

 

Dalam hitung-hitungan BRI Danareksa Sekuritas, laba bersih Telkom tahun ini dan tahun depan bakal jauh lebih mentereng. Nomine The Best Investortrust Companies 2025 yang bakal dihelat di Hotel Artotel, Jakarta, Selasa (27/5/2205) besok ini digadang-gadang bakal mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 5-6% pada 2025 dan 2026.

 

Tahun lalu, kinerja keuangan Telkom memang kurang moncer.  Emiten yang selalu masuk jajaran elite 45 saham paling likuid di bursa alias indeks LQ45 ini pada 2024 membukukan laba bersih Rp 23,64 triliun. Angka itu turun sekitar 3,71% secara tahunan (year on year/yoy) atau dibanding 2023 yang mencapai Rp 24,56 triliun.

 

Pendapatan Telkom dari sisi top line sebetunya  masih tumbuh 0,50% (yoy) menjadi Rp 149,96 triliun, meliputi pendapatan dari data, internet, dan jasa information technology (IT) sebesar Rp 90,53 triliun, diikuti IndiHome yang menyumbang pendapatan senilai Rp 26,26 triliun.

 

 

https://res.cloudinary.com/dzvyafhg1/image/upload/v1747716303/investortrust-bucket/images/1747716301375.jpg
 

 

Adapun pendapatan dari segmen SMS, fixed, dan cellular voice mencapai Rp 10,54 triliun, disusul pendapatan dari interkoneksi sebesar Rp 9,18 triliun serta jaringan dan jasa telko lainnya Rp 13,44 triliun.

 

Hanya saja, kenaikan pendapatan Telkom disertai peningkatan  beban yang  mencapai Rp 106,97 triliun, naik 2,05% dibanding Rp 104,83 triliun pada 2023. Alhasil,  laba usaha Telkom tahun silam turun 3,14% menjadi Rp 42,99 triliun (yoy).

 

Prospek Arus Kas

 

Memasuki tahun ini, Telkom juga menorehkan kinerja keuangan  yang kurang sedap.  Laba bersih Telkom turun sekitar 4% (yoy) menjadi  Rp 5,81 triliun pada kuartal I-2025 dibanding Rp 6,05 triliun pada kuartal I-2024. Pendapatan Telkom tercatat Rp 36,63 triliun dengan beban operasional turun tipis 1% menjadi Rp 26,15 triliun.

 

Rupanya, BRI Danareksa Sekuritas punya kaca mata berbeda tentang kinerja keuangan Telkom. Dalam pandangan sekuritas ini, capex yang lebih rendah dari ekspektasi justru membantu pengelolaan depresiasi dan amortisasi (D&A), sekaligus meningkatkan prospek free cash flow  yang lebih baik.

 

Baca Juga

Ini Strategi Telkom (TLKM) Perluas Pendapatan

 

Dengan begitu pula, Telkom mampu menjaga laba bersih inti tetap sejalan di tengah transisi fixed mobile convergence (FMC) yang dijalankan anak usaha, Telkomsel, saat ekonomi makro melemah.   

 

Sekadar tahu saja, FMC adalah  integrasi layanan telekomunikasi tetap dan seluler dalam satu paket yang memungkinkan pengguna beralih antara keduanya tanpa kehilangan koneksi. Telkomsel dan Indihome telah berintegrasi untuk menawarkan layanan FMC.

 

“Laba tahun fiskal 2024 mengungguli perkiraan kami, terutama karena belanja modal jauh lebih rendah, yang membantu menahan biaya D&A dan melindungi laba,” papar BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya, seraya mengingatkan bahwa daya saing makro dan topline yang lebih lemah merupakan risiko utama Telkom ke depan.

 

Strategi Rasio Capex

 

Manajemen Telkom memang punya strategi tersendiri soal capex. Hingga tiga tahun ke depan, emiten bersandi saham TLKM ini bakal menurunkan rasio capex. Namun, penurunan itu bukan karena laba Telkom bakal lebih banyak disetorkan sebagai dividen ke Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

 

Dalam capex guidance Telkom, rasio capex terhadap pendapatan perseroan dalam tiga tahun ke depan menurun. “Jika pada 2024 rasionya berkisar 22-24% maka pada 2028 turun menjadi 17-19%,” kata Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah menjawab investortrust.id pada acara Executive Media Gathering dengan para pemimpin redaksi media massa nasional di Jakarta, beberapa waktu lalu.

 

 

https://res.cloudinary.com/dzvyafhg1/image/upload/v1741418332/investortrust-bucket/images/1741418334995.jpg
Estimasi kinerja PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Sumber: Telkom
 

 

 

Rasio capex terhadap pendapatan Telkom tahun lalu (hingga kuartal III) mencapai 15,6% dengan nilai Rp 17,5 triliun. Angka itu turun dibandingkan perode sama tahun sebelumnya yang mencapai 19,9% senilai Rp 22,1 triliun.  Capex Telkom hingga kuartal III-2024 dialokasikan untuk lini bisnis  connectivity sebesar 85,8%, platform 7,3%, services 6,2%, dan legacy 0,7%.

 

Tetapi penurunan rasio capex itu bukan karena laba Telkom bakal lebih banyak disetorkan sebagai dividen ke Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Penurunan rasio capex semata-mata dilakukan karena belanja modal Telkom diupayakan seefisien mungkin.

 

“Sejauh ini tidak ada instruksi kepada kami dari Danantara untuk mengurangi capex karena setoran dividen akan diperbesar,” tandas Ririek.

 

Rupanya, lini bisnis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan data center yang menjadi sumber pendapatan baru Telkom membutuhkan capex besar. Itu sebabnya, meski dalam capex guidance ada penurunan, capex Telkom tetap dibuat fleksibel.

 

“Kalau nanti harus bagi dividen dalam jumlah besar tapi kami butuh capex tambahan, ya diupayakan dapat tetap terpenuhi,” ujar Direktur Finance and Risk Management Telkom, Heri Supriadi.

 

Baca Juga

Telkom (TLKM) Catat Laba Rp 5,8 Triliun di Q1 2025, Fokus Perkuat Bisnis Digital dan Infrastruktur

 

Efisiensi capex terus dilakukan Telkom, di antaranya melalui pembelian peralatan yang sesuai kebutuhan. “Kami beli alat produksi sesuai kebutuhan aja. Kami juga melakukan ekspansi sesuai demand. Misalnya kami sekarang tidak terburu-buru  membangun tanpa tahu bagaimana demand ke depan,”  ucap Heri Supriadi. 

 

Strategi 5 Bold Moves 

 

Yang pasti, Telkom terus berupaya memperluas pendapatan di luar segmen mobile (non-mobile), salah satunya melalui strategi 5 Bold Moves (5BM) secara konsisten, meliputi Fixed Mobile Convergence (FMC), InfraCo, Data Center Co (DC Co), B2B Digital IT Services Co, dan DigiCo.

 

Dalam strategi FMC, emiten pelat merah itu  mengintegrasikan layanan fixed broadband (seperti IndiHome) dan mobile broadband (seperti Telkomsel) untuk menciptakan pengalaman konektivitas yang seamless bagi pelanggan, baik di rumah maupun saat bergerak. Langkah ini meningkatkan efisiensi operasional dan memperkuat penetrasi pasar.

 

 

https://res.cloudinary.com/dzvyafhg1/image/upload/v1741428616/investortrust-bucket/images/1741428608989.jpg
Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, Ririek Adriansyah. Foto: ist.  

 

 

Sedangkan dalam strategi InfraCo, Telkom membentuk  PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) untuk mengelola dan mengoptimalkan aset infrastruktur jaringan fiber milik TelkomGroup. InfraCo bertujuan membuka peluang kolaborasi dengan mitra eksternal dan meningkatkan produktivitas aset jaringan.

 

Dalam strategi DC Co, Telkom mengembangkan bisnis pusat data melalui NeutraDC, termasuk pembangunan hyperscale data center di Cikarang dan Batam. Inisiatif ini mendukung kebutuhan penyimpanan data yang terus meningkat dan memperkuat kapabilitas digital Telkom.

 

Adapun dalam strategi B2B Digital IT Services Co, Telkom fokus pada penyediaan layanan teknologi informasi untuk segmen bisnis ke bisnis (B2B), termasuk cloud, cybersecurity, dan solusi digital lainnya. Telkom memperkuat kapabilitas ini melalui sedikitnya 1.500 sertifikasi di bidang terkait.

 

Sementara itu, dalam strategi DigiCo, Telkom membentuk entitas digital baru untuk mengembangkan layanan digital inovatif yang berorientasi pada konsumen, seperti platform hiburan, gaya hidup, dan layanan digital lainnya. DigiCo bertujuan memperluas portofolio bisnis digital Telkom dan meningkatkan nilai tambah bagi pelanggan.

 

Baca Juga

Yakin Prospek Kuat Jangka Panjang, Telkom (TLKM) Buyback Saham Rp 3 Triliun  

 

“Kami akan menerapkan strategi 5BM secara konsisten,” tutur Ririek Adriansyah.

 

Apakah strategi manajemen Telkom sudah bisa dianggap berhasil sehingga berimbas signifikan ke pasar saham sebagaimana telah dialami 10 saham  BUMN lainnya? Bisa ya, bisa pula tidak.

 

Yang jelas, para investor begitu antusias mengambil posisi beli menjelang rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) Telkom, Selasa (27/5/2025) besok, yang antara lain mengagendakan pembagian dividen, perombakan susunan pengurus perseroan, dan persetujuan pembelian kembali (buyback) saham. 

 

Tak pelak, saham TLKM pun “menyala”. Pada penutupan perdagangan sesi I  hari ini (Senin, 26/5/2025), saham TLKM melejit 110 poin (4,1%) ke level 2.800. Dengan market cap Rp 277,37 triliun, TLKM kini memiliki price to earning ratio (PER) 11,87 kali (annualized) dan earning per share (EPS) Rp 235,91. Pesta baru dimulai atau baru saja usai?  *** 

 

 

Disclaimer: Tulisan ini bukan ajakan untuk membeli, menjual, atau menahan saham tertentu. 

ARTIKEL POPULER

  • Ecentio Tumbler Navy Selling
  • TEST DEV BERITA DATAWRAPPER UPDATED
  • TEST DEV BERITA DATAWRAPPER UPDATED
  • TEST DEV BERITA DATAWRAPPER UPDATED
  • TEST DEV BERITA DATAWRAPPER UPDATED
  • TEST DEV BERITA DATAWRAPPER UPDATEDssss

BERITA TERKAIT

  • Tak Ada dalam “Kerumunan Pesta” Saham-Saham BUMN, Telkom (TLKM) Segera Menyusul?

    26/05/2025, 05.47 WIB
  • Menyusul Pemberhentian Kasus Binance, SEC Sebut Ada Kabar Baik Lainnya untuk Pasar Kripto

    29/05/2025, 22.24 WIB
  • Sembilan Tewas Akibat Pria Tabrakkan Mobilnya ke Kerumunan Festival di Kanada

    27/04/2025, 11.50 WIB
  • Cum Dividen Telkom (TLKM) Hari Ini, Intip Yield dan Dividen Danantara

    09/06/2025, 22.43 WIB
  • Saham Telkom (TLKM) Mendadak Melesat Jelang RUPST Besok, Ternyata Tiga Agenda Ini Penentu  

    26/05/2025, 04.46 WIB