UOB Indonesia: Serangan Siber Mengarah ke Ekosistem
JAKARTA, investortrust.id - Direktur Technology & Operations UOB Indonesia Paul Raifuly mengungkapkan, eskalasi ancaman siber yang semakin kompleks sekarang ini tidak hanya menyasar dari sisi teknologi saja, tapi juga melalui ekosistem yang rentan.
Ia menyatakan, ada empat faktor utama yang menjadi penyebab serangan siber, antara lain ransomware, phishing dan social engineering, malware stealer, serta serangan DDoS.
“Ransomware yang pertama karena dari segi dampak adalah yang paling besar. Nomor dua yaitu phishing dan social engineering, memanfaatkan threat dari kelemahan manusia dalam hal ini bisa nasabah maupun staff kita,” ujarnya, dalam sebuah webinar, Kamis (5/6/2025).
Paul melanjutkan, adapula malware jenis stealer yang kini berkembang pesat dengan konsep malware as a service, memudahkan pelaku kejahatan melakukan serangan. Sementara serangan DDoS juga semakin sering digunakan untuk melumpuhkan layanan, seperti yang terjadi saat penukaran uang baru pada Maret 2025 lalu.
Baca Juga
Kaspersky Ingatkan Serangan Siber Berkedok DeepSeek Abal-abal
Ia juga menyoroti bagaimana pelaku kejahatan semakin canggih dalam melakukan social engineering atau rekayasa sosial. Misalnya, penipuan lewat SMS dengan tampilan kredibel yang seolah-olah dikirim dari bank resmi.
“Sehingga customer pergi ke website dengan bank terkemuka tadi, setelah itu fraudster bisa mengambil kredensial, bisa mengambil OTP dan juga fraudster men-trick klien atau nasabah,” katanya.
Dalam konteks perlindungan, lanjut Paul, UOB Indonesia menerapkan strategi berlapis (multi layer defense) dengan pendekatan end to end terhadap keamanan siber.
“Multilayer defense itu berarti kita tidak cuma mencegah ke satu tipe pertahanan untuk suatu serangan. Lalu, kita juga terapkan pertahanan secara lebih komprehensif atau end to end, bisa dilihat dari segi data, dan lainnya,” ucapnya.
Baca Juga
OJK Institute Ungkapkan Empat Isu Strategis Terkait Keamanan Siber

