'Buyback' Saham PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) Jadi Bentuk Apresiasi Karyawan dan Tingkatkan Kepercayaan Investor
JAKARTA, Investortrust.id - PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO), anak usaha Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang berfokus pada transformasi digital, akan melakukan aksi korporasi berupa pembelian kembali (buyback) saham dengan nilai maksimal Rp 20 miliar.
Rencana buyback ini akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 12 bulan setelah mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang akan digelar pada 25 Juni 2025.
Direktur Keuangan AGRO, Rustarti Suri Pertiwi, menyampaikan bahwa buyback ini tidak hanya menjadi bentuk optimisme manajemen terhadap prospek kinerja perusahaan, tetapi juga dirancang untuk memperkuat keterlibatan karyawan melalui program kepemilikan saham.
"Saham hasil buyback akan dimanfaatkan untuk peningkatan engagement dan ownership pekerja atas perseroan sebagai bagian dari skema remunerasi variabel," jelasnya dalam keterangan resmi Selasa (20/5/2025).
Menurut Rustarti, dengan memiliki saham perusahaan, diharapkan seluruh karyawan terdorong untuk memberikan kontribusi lebih optimal terhadap pencapaian target perusahaan. Langkah ini juga menjadi sinyal kuat kepada investor bahwa manajemen percaya pada prospek pertumbuhan jangka panjang Bank Raya.
“Buyback saham ini diharapkan meningkatkan keyakinan para investor terhadap nilai fundamental perseroan,” tambahnya.

Sekadar informasi, aksi buyback saham memiliki banyak sisi positif, terutama bagi emiten dan karyawannya. Bagi perusahaan, buyback merupakan strategi untuk meningkatkan rasio keuntungan per saham (earning per share/EPS), karena jumlah saham beredar akan berkurang sehingga meningkatkan nilai saham bagi pemegang yang tersisa.
Selain itu langkah buyback juga bisa menjadi sinyal kepercayaan manajemen atas valuasi perusahaan, yang diyakini sedang undervalued di pasar.
Baca Juga
Sementara itu bagi karyawan, terutama jika saham hasil buyback digunakan dalam skema kepemilikan saham karyawan (employee stock ownership plan/ESOP), bakal menciptakan rasa kepemilikan yang kuat.
Ketika karyawan menjadi bagian dari pemegang saham, mereka tidak hanya bekerja untuk perusahaan, tapi juga untuk pertumbuhan nilai investasinya sendiri, sehingga meningkatkan loyalitas dan semangat kerja.
Di sisi lain bagi investor ritel di Bursa Efek Indonesia, aksi buyback ini merupakan peluang positif. Secara umum, buyback juga berpotensi menaikkan harga saham di pasar. Selain itu, sinyal kepercayaan manajemen terhadap prospek jangka panjang perusahaan juga dapat meningkatkan sentimen positif di pasar. Hal ini penting bagi investor ritel sebagai acuan bahwa emiten dalam kondisi sehat dan memiliki potensi pertumbuhan ke depan.
Kinerja Solid Bank Raya Jadi Landasan Optimisme
Buyback ini juga tidak berdiri sendiri, tetapi didukung oleh kinerja keuangan Bank Raya yang terus menunjukkan tren positif. Pada kuartal I-2025, perseroan mencatatkan laba bersih sebesar Rp 16,92 miliar, melonjak 84,7% dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan laba tersebut ditopang oleh peningkatan pendapatan bunga sebesar 12,6% menjadi Rp 286,93 miliar, dengan kontribusi pendapatan bunga dari kredit yang tumbuh 17,35% menjadi Rp 203,98 miliar.
Direktur Utama Bank Raya, Ida Bagus Ketut Subagia, menegaskan bahwa pertumbuhan ini merupakan hasil dari strategi fokus pada bisnis digital. Outstanding kredit digital tercatat naik 78,5% mencapai Rp 2,36 triliun, sementara penyaluran kredit digital mencapai Rp 6,3 triliun atau tumbuh 63,9% (yoy). Adapun jumlah transaksi melalui aplikasi Raya App meningkat signifikan sebesar 57,1% menjadi 1,1 juta transaksi.
Dana pihak ketiga (DPK) Bank Raya juga tumbuh 3,9% menjadi Rp 8,36 triliun, dengan kontribusi besar dari digital saving yang melonjak 55,03% menjadi Rp 1,4 triliun. Dari sisi profitabilitas, Net Interest Margin (NIM) meningkat 58 basis poin menjadi 4,87%, sementara Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) masing-masing naik menjadi 0,52% dan 2,11%.
Dari sisi kualitas aset dan manajemen risiko, Bank Raya berhasil memperbaiki rasio kredit bermasalah (NPL) gross menjadi 3,70% dan NPL net menjadi 1,40%, jauh membaik dari periode sebelumnya. Total aset perseroan juga tumbuh 9% secara tahunan menjadi Rp 13,35 triliun, ditopang oleh pertumbuhan kredit sebesar 8,7% menjadi Rp 7,34 triliun.
Bank Raya juga menjaga rasio likuiditas di atas ketentuan minimum regulator, dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 87,78%, Liquidity Coverage Ratio (LCR) 351,18%, dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) 153,44%.
Berikutnya Rustarti menegaskan bahwa aksi buyback ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Bank Raya dalam memperkuat fundamental keuangan. “Ini menjadi bukti komitmen Bank Raya untuk membangun fundamental keuangan yang sehat, tumbuh secara berkelanjutan, dan mencapai profitabilitas jangka panjang,” ujarnya.
Dengan fondasi kinerja yang kuat dan strategi buyback yang menyasar penguatan internal serta sinyal positif ke pasar, Bank Raya menegaskan dirinya sebagai emiten yang layak dipertimbangkan, baik oleh investor institusi maupun ritel.
Baca Juga
Hadirkan Layanan Prima, Bank Raya Kembali Torehkan Prestasi di Industri Bank Digital
Tingkatkan Layanan lewat Saku Bisnis
Bicara soal layanannya pada para nasabah, khususnya para pelaku usaha menengah kecil dan mikro, Bank Raya punya layanan unggulan dengan nama Saku Bisnis. Saku Bisnis adalah fitur unggulan dari PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) yang dirancang khusus untuk membantu pelaku usaha, terutama UMKM, dalam mengelola keuangan bisnis secara digital melalui aplikasi Raya.
Dalam Saku Bisnis tersedia fitur utama pemisahan keuangan pribadi dan bisnis, yang memungkinkan pengguna memisahkan dana pribadi dan operasional bisnis, dengan membuat hingga lima Saku Bisnis tambahan dalam satu akun.
Nah, soal layanan Bank Raya lewat Saku Bisnis, baru-baru ini perseroan kembali menambah pengembangan fitur di Saku Bisnis, yaitu fitur Kasir yang akan memudahkan pengelolaan bisnis secara digital.
Fitur Kasir memudahkan pemilik pelaku usaha ataupun karyawan yang memiliki akses untuk memantau transaksi bisnis seperti misalnya pembayaran melalui QRIS secara realtime dari Raya App.
Disampaikan Direktur Bisnis AGRO, Kicky Andrie Davetra Fitur Kasir melengkapi ragam solusi pengelolaan keuangan bisnis digital, sehingga dapat menstimulasi pelaku usaha untuk naik kelas dari segala sisi bisnis, demikian kata Kicky dalam keterangnnya baru-baru ini.
Sekadar informasi saja, Saku Bisnis sejak diluncurkan pada November 2023 lalu telah telah mencatatkan sejumlah dampak positif. Salah satunya adalah peningkatan penggunaan fitur tersebut sebesar 204 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada 2024.
Performa positif juga terlihat dari peningkatan frekuensi transaksi QRIS Bisnis yang tercatat pada Desember 2024, dengan lebih dari 380 ribu transaksi dan volume transaksi mencapai Rp6,1 miliar.
Tak hanya itu, QRIS Bisnis dari Bank Raya telah digunakan oleh pelaku usaha di 23 kota di seluruh Indonesia, dengan total lebih dari 5.000 merchant aktif.
“Kami terus mendorong peningkatan akuisisi QRIS Bisnis Bank Raya, karena di samping terintegrasi dengan Saku Bisnis yang membantu pelaku usaha mengelola keuangan lebih baik, Saku Bisnis juga dapat mengintegrasikan fitur manajemen karyawan dalam satu aplikasi,” imbuh Kicky.
Dalam kesempatan yang sama Kicky juga menyampaikan bahwa Bank Raya berkomitmen terus memberikan solusi yang efektif dan efisien bagi operasional bisnis para pelaku usaha. Harapannya, semakin banyak pelaku usaha yang dapat terhubung dengan pelanggan dan melakukan transaksi keuangan dengan lebih praktis, sehingga meningkatkan produktivitas usaha mereka.
Adapun, saat ini, Saku Bisnis telah dilengkapi dengan menu mass transfer, yang memungkinkan nasabah melakukan transfer ke sepuluh rekening sekaligus secara real-time. Fitur ini sangat membantu pelaku usaha dalam melakukan transaksi payroll atau pembayaran kepada pemasok.
Selain itu, pengguna juga dapat memisahkan bujet usaha dengan membuat hingga lima Saku Bisnis yang berbeda, dan memantau mutasi rekening secara rinci untuk mengelola keuangan operasional dengan lebih baik.
Baca Juga
Laba Bank Raya (AGRO) Melonjak 84,7% di Q1-2025, Kredit Digital Tumbuh 78,5%
“Kami akan terus memperkuat peran Saku Bisnis untuk membantu pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya dan mengelola keuangan dengan lebih baik, sekaligus mendukung penuh program pemerintah dalam mengakselerasi pertumbuhan pelaku usaha di Indonesia,” kata Kicky.
Sementara itu Equity Research Analyst BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano dalam analisisnya baru-baru ini memaparkan bahwa kinerja Bank Raya menunjukkan tren positif menyusul akselerasi penyaluran digital loan dan efisiensi operasional.
Jika dibandingkan dengan bank konvensional, valuasi AGRO memang relatif lebih tinggi, terutama dari sisi Price to Book Value (PBV), meskipun Return on Investment (ROI) masih tertinggal. Hal ini dinilai wajar karena ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan bank digital jauh lebih tinggi dibanding bank konvensional.
Dari sisi efisiensi, cost of credit AGRO berada di level 2,1%, termasuk yang rendah di antara bank digital lainnya, kecuali Bank Aladin dan Bank Saku. Sementara itu, rasio biaya terhadap pendapatan atau cost to income ratio (CIR) tercatat 71%.
Meski masih cukup tinggi, angka ini dinilai wajar mengingat biaya operasional bank digital cenderung agresif dalam promosi dan akuisisi nasabah.
Secara valuasi, PBV AGRO saat ini berada di sekitar 1,5 kali, lebih rendah dibanding rata-rata PBV bank digital dua tahun terakhir yang mencapai 1,9x. Namun, lanjut Victor, valuasi AGRO telah membaik dibanding posisi terendahnya yang sempat menyentuh minus 2 standar deviasi. Valuasi saham AGRO masih berada pada minus 1 standar deviasi dari rata-rata secara historikal.
“PBV AGRO masih tergolong undervalued dibanding historinya, namun tren mulai membaik dalam beberapa pekan terakhir. Potensinya masih terbuka,” katanya dalam analisisnya yang dikutip 21 Mei 2025.
Dengan net profit yang terus mengalami tren positif sejak dua tahun terakhir dan didukung transformasinya menjadi digital attacker BRI Group, maka Bank Raya dinilai memiliki ruang bertumbuh lebih besar ke depan.
Terkait kinerjanya yang ciamik pula, maka tak heran para juri ajang The Best Investortrust Companies 2025, yang terdiri atas para tokoh pasar modal terkemuka ikut kepincut pada Bank Raya, dan memasukkannya dalam nominasi emiten yang layak mendapat penghargaan.
Adapun para juri The Best Investortrust Companies 2025 adalah Prof Roy Sembel, Prof Sidharta Gautama, Amir Abadi Yusuf, Lily Wijaya, serta mantan ketua ADPI Suheri.

