Indeks Dolar Terus Melemah, Bagaimana Nasib Kurs Rupiah?
JAKARTA, investortrust.id – Kendati indeks dolar Amerika Serikat masih melemah, kurs rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS pada perdagangan valas di pasar spot Rabu (04/06/2025) pagi. Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.22 WIB, nilai tukar mata uang Garuda melemah tipis 0,80 poin ke Rp 16.309,5 per dolar AS.
"Indeks dolar AS (DXY) melemah seiring prospek ekonomi AS yang terus memburuk," kata Head of Research sekaligus Chief Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto dalam keterangan, di Jakarta, Rabu pagi.
Baca Juga
Asing Keluar dari BEI
Sementara itu, ketidakpastian global berdampak mendorong arus modal asing keluar dari pasar saham Indonesia. "IHSG pun mengalami penurunan seiring aksi jual saham Indonesia oleh investor asing selama dua hari berturut-turut. Kemarin, IHSG turun sebesar 0,3% ke level 7.044,8, dengan investor asing mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 736,2 miliar," ujar Rully.
Beberapa saham emiten berkapitalisasi besar seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Astra International Tbk (ASII) juga mengalami penurunan selama dua hari berturut-turut.
"Sementara itu sejak pekan lalu, nilai tukar rupiah tetap relatif stabil di bawah level Rp 16.300 per dolar AS, dan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun bertahan di bawah 6,9% dalam beberapa minggu terakhir. Faktor utama yang menopang stabilitas rupiah sejak pekan lalu adalah sentimen global yang mendorong pelemahan indeks dolar AS, seiring prospek ekonomi AS yang terus memburuk," ujarnya.
Baca Juga
Emas Antam Naik Tajam Tembus Rp 1,94 Juta, Apa yang Sedang Terjadi?
Kemarin, OECD juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS, kini hanya memperkirakan pertumbuhan 1,6% pada 2025 dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 2,2%. OECD juga memperkirakan perlambatan lebih lanjut, dengan pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan hanya 1,5% pada 2026.
Organisasi internasional antarpemerintah yang bertujuan mempromosikan kebijakan ekonomi yang lebih baik tersebut juga memangkas proyeksi pertumbuhan global menjadi 2,9% untuk 2025 dan 2026. Ini turun dari perkiraan sebelumnya masing-masing 3,1% dan 3,0%.
"Revisi ke bawah ini tidak terlalu mengejutkan mengingat perkembangan ekonomi global saat ini. Alasan utama penurunan proyeksi adalah eskalasi tarif (impor), ketegangan perdagangan, dan ketidakpastian kebijakan yang masih berlangsung. Ketidakpastian ini diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia," paparnya.

