Bisnis CCS Bisa Dorong Pertumbuhan Ekonomi
TANGERANG, investortrust.id - Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ariana Soemanto menyampaikan, bisnis teknologi penangkapan karbon (carbon capture storage/CCS) kian menjanjikan. Bahkan, bisnis CCS bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Dia menerangkan, pemerintah telah mengambil inisiatif mendorong bisnis CCS dengan menyiapkan berbagai regulasi pendukung. Investasi hulu migas tanpa menyertakan teknologi CCS pun sudah sangat besar.
"CCS akan membutuhkan investasi sangat besar. Selama ini migas mendukung pertumbuhan ekonomi karena hasilkan multiplier effect-nya tidak sedikit," ujar Ariana dalam sesi Plenary Session CCS for Upstream Decarbonization and Beyond di ICE BSD, dikutip Kamis (22/5/2025).
Baca Juga
Investasi untuk Pengembangan CCS di Indonesia Sudah Masuk US$ 38 Miliar
Menurut Ariana Soemanto, sudah ada beberapa proyek CCS yang tengah berjalan, yakni di lapangan Sukowati yang dikerjakan Pertamina. Kemudian proyek CCS dalam rencana pengembangan proyek Sunda Asri antara Pertamina dan ExxonMobil. Ada pula lapangan Masela yang digarap Inpex Masela Ltd.
Selanjutnya ada blok Sakakemang yang digarap Repsol serta blok Tangguh yang digarap BP. “Khusus untuk Tangguh bahkan Final Invesment Decision (FID) sudah selesai dengan total tambahan investasi mencapai US$ 7 miliar,” tutur dia.
Tidak hanya itu, kata Ariana, sudah ada tiga proyek CCS mandiri yang diusulkan kepada pemerintah. "Ada tiga proyek stand alone sudah diusulkan ke kami. Kami menunggu arahan pak Menteri," ungkap dia.
Sementara itu, Kepala Pengembangan Bisnis CCUS BP, Daniel Fletcher menyebutkan, Indonesia punya modal sangat bagus untuk ikut mendorong bisnis CCS, dari kondisi reservoir, geologi, maupun regulasi.
Baca Juga
Daniel Fletcher menjelaskan, Indonesia sudah memiliki Peraturan Menteri ESDM No. 2 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon, serta Penangkapan, Pemanfaatan dan Penyimpanan Karbon pada Kegiatan Usaha Hulu Migas. Regulasi ini mengatur kegiatan CCS yang mencakup penangkapan, pengangkutan, dan penyimpanan emisi karbon secara aman dan permanen.
"Kesuksesan proyek CCS dipengaruhi beberapa faktor. Pertama yaitu sumber daya baik dan reservoir bagus. Indonesia memiliki itu. Harus ada regulasi. Kami lihat progress-nya bagus. Bahkan, BP pada 2024 mampu realisasikan proyek CCS di United Kingdom dan Indonesia (Tangguh)," papar dia.
Daniel berharap pemerintah segera menerbitkan regulasi tambahan untuk bisnis CCS, terutama agar bisa mengimplementasikan penyimpanan karbon antarnegara. Jika kepastian regulasi sudah ada, dengan sendirinya ekosistem bisnis CCS akan tumbuh dan mendapat dukungan lembaga finansial.
"Kami harap proyek CCS bisa mendukung dekarbonisasi. Insentif pemerintah dan regulasi bisa memicu dukungan finansial," ucap dia.

