Begini Upaya PHE Terapkan Operasional Berbasis ESG
JAKARTA, investortrust.id - Pertamina Hulu Energi (PHE) terus berkomitmen menjalankan prinsip environmental, social, and governance (ESG) di seluruh lini operasional. Corporate Secretary PHE Arya Dwi Paramita mengungkapkan, di tengah kebutuhan terhadap energi primer yang masih tinggi, pihaknya tetap berupaya menjaga keberlanjutan lingkungan dan sosial.
“Prinsipnya adalah energi primer itu masih dibutuhkan menjadi yang utama. Di 2024 kemarin kita dapat sekitar 652 juta barel standar setara minyak itu kita discovered. Rencananya itu pasti menjadi sustainability dari produksi dan untuk memenuhi konsumsi ke depan,” ujarnya, dalam Podcast Konvergensi yang dipandu Primus Dorimulu di The Convergence Indonesia, Jakarta, Rabu (7/5/2025).
Menurut Arya, dalam mengejar ketahanan energi, PHE juga berkomitmen pada dekarbonisasi dan operasional yang ramah lingkungan. Salah satu upaya konkret yang dilakukan adalah mengurangi praktik flare gas atau pembakaran gas buang.
“Upaya-upaya yang kita lakukan adalah, pertama, mengurangi flare gas. Jadi flare gas kita reduce atau kurangi untuk bisa dimanfaatkan menjadi energi di operasional,” katanya.
“Kemudian penggunaan energi baru terbarukan seperti solar panel dan lain-lain untuk mendukung operasional juga kami terapkan,” sambung Arya.
Dan yang tak kalah penting, kata dia, adalah efisiensi energi. Saat ini kita tidak bisa memusuhi sumber daya energi, sebab masih dibutuhkan. Tapi yang menjadi fokus adalah bagaimana mengelola emisinya.
“Itulah kenapa kita berbicara huruf E dalam ESG yang berarti environmental. Sederhananya gitu, nah emisinya ini yang kita tekan. Dan alhamdulillah tahun 2024 kita dapat mengurangi sampai 1.186.873 ton CO2e (ekuivalen) dari target 789.181 ton CO2e,” ucap Arya.
PHE juga sadar bahwa sebagian besar wilayah operasionalnya berada di kawasan hutan, sehingga upaya konservasi juga menjadi bagian penting dalam penerapan ESG. “Artinya di wilayah-wilayah tersebut kami harus melakukan pelestarian itu. Konservasi hutan, konservasi satwa flora dan fauna itu menjadi program di sisi environment,” ujar dia.
Sementara dari aspek sosial, PHE juga menyoroti pentingnya tumbuh bersama masyarakat sekitar. Jika dulu operasional migas jauh dari pemukiman, kini masyarakat berada di sekeliling wilayah kerja karena faktor semakin padatnya penduduk.
“Kami mempunyai pendekatan community involvement development yang kita jalankan ini menggunakan sebuah pendekatan yang kami rancang khusus untuk extractive,” kata Arya.
Menurutnya, pendekatan tersebut berbasis pada tiga pilar utama, yaitu licence to operate, mitigasi risiko, dan reputasi. Kombinasi itu biasa disebut acceptance, deterrence, dan prominence, yang lebih sesuai dengan karakteristik extractive.

