Bansos Zaman 'Now' Pakai Teknologi AI dan Bisa Hemat Rp 100 Triliun
JAKARTA, investortrust.id - Pemerintah menargetkan penerapan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam sistem bantuan sosial (bansos) mulai Agustus 2025.
Menurut Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan, penggunaan teknologi pengenalan wajah (face recognition) dalam proses verifikasi penerima bansos berpotensi menghemat anggaran negara hingga Rp 100 triliun.
“Nanti yang menerima atau tidak bisa dari face recognition. Dengan begitu akan menghemat Rp 100 triliun. Jadi dengan digitalisasi kita akan menghemat banyak sekali dana-dana ke depan,” kata Luhut saat peluncuran Sahabat AI di Museum Nasional, Jakarta, Senin (2/6/2025).
Baca Juga
Belanja Bansos Alami Perlambatan, Efek Perbaikan Data Penerima
Luhut menyebut, Presiden Prabowo Subianto sudah memberikan arahan agar digitalisasi penyaluran bansos bisa diimplementasikan tepat pada bulan kemerdekaan Agustus mendatang. Meski waktunya mepet, pemerintah telah memulai tahapan awal persiapan sistem.
“Presiden pengen ini diluncurkan pada Agustus, tentu itu untuk menyelesaikan semua masih butuh beberapa waktu lagi ke depan. Namun, kita sudah mulai proses,” jelasnya.
Digitalisasi bansos merupakan bagian agenda besar transformasi teknologi pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Luhut memproyeksikan, adopsi teknologi secara konsisten dapat menyumbang tambahan nilai ekonomi Indonesia hingga US$ 2,8 triliun pada 2040.
Baca Juga
Dedi Mulyadi Bantah Soal Kebijakan Vasektomi Jadi Syarat Bansos
Ketua DEN menyebut bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% di akhir dekade ini juga masih realistis jika reformasi digital berjalan sesuai rencana. “Transformasi teknologi memiliki peran penting dalam mendorong ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Luhut menjabarkan lima pilar utama yang harus diperkuat untuk mendorong transformasi teknologi nasional, yakni (1) infrastruktur dan institusi inovasi yang mapan, (2) pemahaman nilai bisnis teknologi, (3) alih teknologi dan pendampingan teknis, (4) solusi teknologi berbiaya rendah, serta (5) tenaga kerja yang memiliki literasi digital tinggi. “Tenaga kerja yang melek teknologi, strategi transformasi digital dapat mewujudkan visi Indonesia 2045,” tutupnya.

