Produksi Batu Bara 2025 Sulit Sentuh 800 Juta Ton? Ini Analisis APBI
JAKARTA, investortrust.id - Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) pesimistis produksi batu bara nasional pada 2025 bisa menyamai realisasi 2024 sebesar 836 juta ton. Bahkan, untuk menembus angka 800 juta ton saja dinilai sebagai sesuatu yang sangat sulit.
Plt Direktur Ekesekutif APBI Gita Mahyarani menyebutkan, ketidakyakinan ini muncul karena produksi batu bara pada triwulan I 2025 hanya mencapai 171,8 juta ton berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dia tidak memungkiri tekanan tehadap industri batu bara semakin besar setiap harinya.
Baca Juga
Pemerintah Klaim Ekspor Batu Bara RI Merosot karena Perang Dagang
“Kami memprediksi kalau bicara dengan angka dari 836 juta ton tahun lalu, tahun ini sepertinya tidak akan mencapai di angka tersebut lagi,” kata Gita dalam acara Investortrust Focus Group Discussion bertema "Batu Bara dan Kedaulatan Energi Nasional: Menjembatani Realitas Ekonomi dan Komitmen Iklim” di Jakarta, Rabu (28/5/2025).
Pada 2025, pemerintah sejatinya menurunkan target produksi batu bara menjadi 735 juta ton. Kalau untuk angka tersebut, Gita meyakini masih bisa tercapai.
“Apakah akan mencapai dengan target pemerintah? Bisa dikatakan masih memungkinkan untuk di angka segitu, tetapi kalau 800 (juta ton) kami rasa dengan empat bulan pertama yang cukup sulit, rasanya tidak akan mencapai ke angka seperti tahun lalu,” ucap dia.
Menurut dia, penurunan jumlah produksi yang signifikan ini terutama dipengaruhi permintaan dari China dan India yang sangat menurun. Padahal, kedua negara tersebut adalah langganan batu bara Indonesia.
Pada 2024, China mendominasi destinasi ekspor batu bara Indonesia dengan porsi 43,4% atau sebanyak 241,7 juta ton. Posisi kedua disusul India sebesar 27% atau sebanyak 110 juta ton.
“Karena di sana juga China sangat mem-boost produksi batu bara domestik mereka, dan ada pula data yang kami himpun bahwa stok mereka ini sangat anomali di tahun ini, mereka sepertinya sudah membaca tentang stok sehingga batu bara mereka itu sudah lebih banyak,” ungkap Gita.
Baca Juga
Dilarang Jemawa, 70% Cadangan Batu Bara RI Ternyata Berkalori Rendah
Bukan hanya China, Gita menyebut, India juga melakukan hal serupa dengan menggenjot produksi batu bara dalam negeri mereka sendiri. Meskipun tahun ini ada permintaan dari beberapa negara lain, tetapi jumlahnya tidak akan bisa menggantikan ekspor yang biasanya dikirim ke China dan India.
“Jadi saat ini permintaan domestik juga kami yakin tumbuh walaupun DMO (domestic market obligation)-nya mungkin belum sama, karena masyarakat setelah kebijakan Donald Trump, juga negara-negara lain masih wait and see sifatnya. Sekarang kan dengan tarif yang ditetapkan ini industri juga tidak banyak bergerak, ini juga mempengaruhi semua ke dunia,” papar Gita.

