Fakta di Balik Pengalihan Impor Minyak dari Singapura ke AS
JAKARTA, investortrust.id - Analis komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan, rencana Pemerintah Indonesia mengalihkan impor minyak dari Singapura ke Amerika Serikat (AS) dinilai sebagai suatu hal yang bagus. Menurutnya, hal ini bisa mengurangi potensi korupsi.
Dia menerangkan, minyak yang akan diimpor dari AS ini adalah minyak mentah (crude oil). Dengan demikian, Indonesia masih harus mengolah minyak tersebut agar sesuai bahan bakar minyak (BBM) yang dipakai di dalam negeri, seperti Pertalite (RON 90) dan Pertamax (RON 92) misalnya.
Baca Juga
Peresmian Produksi Perdana Lapangan Minyak Forel dan Terubuk Perkuat Ketahanan Energi Nasional
“Kalau beli langsung dari Singapura itu yang RON 92, yang diblended, itu memang berpotensi dijadikan sebagai tempat untuk korupsi, kan? Sehingga lebih baik adalah langsung dari Amerika, langsung minyak mentah,” kata Ibrahim saat dihubungi Investortrust, dikutip Senin (19/5/2025).
Ibrahim menilai, Indonesia cukup mampu untuk bisa mengolah minyak mentah tersebut secara mandiri. Menurutnya, kilang minyak, seperti di Pekanbaru dan Cilacap dapat dimanfaatkan.
“Indonesia juga sudah ada kok produksi, dari minyak mentah dunia berubah menjadi Avtur, berubah menjadi Pertalite, kemudian Petamax, itu sudah ada semua di Pekanbaru. Di sana juga ada kilang minyak, kemudian di Cilacap sudah ada,” ucap dia.
Sebelum ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan, Indonesia akan menambah porsi impor minyak mentah dan LPG dari Amerika senilai di atas US$ 10 miliar.
“Crude oil kita di Amerika itu tidak lebih dari 4%, ini kita naikkan menjadi 40% lebih. Nanti detilnya setelah saya melakukan pembahasan dengan tim teknis dan Pertamina,” ujar Bahlil.
Baca Juga
Harga Minyak Ambles Setelah Trump Isyaratkan Kesepakatan Nuklir Iran
Bahlil menerangkan, upaya ini dilakukan merespons penerapan tarif timbal balik (reciprocal tariff) sebesar 32% terhadap Indonesia yang dikeluarkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Dia menjelaskan, permasalahan Indonesia dengan Amerika adalah soal surplus neraca perdagangan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia terhadap AS sebesar US$ 14,6 miliar.
“Tujuannya neraca perdagangan kita seimbang, maka atas arahan Bapak Presiden Prabowo Subianto kepada kami, coba mengecek komoditas apalagi yang bisa kita beli di Amerika,” kata Bahlil.

