'Dihajar' Trump dan The Fed, BI Gelontorkan Rp 33 Triliun Selamatkan Rupiah
JAKARTA, investortrust.id - Bank Indonesia (BI) mencatat pada April 2025 cadangan devisa nasional berada di posisi US$ 152,5 miliar (Rp 2.510 triliun) atau turun US$ 4,6 miliar (Rp 75 triliun) dibandingkan bulan Maret 2025. Turunnya cadangan devisa karena pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Kepala Ekonom Senior Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) Fithra Faisal Hastiadi, mengatakan, intervensi BI di pasar valuta asing (valas) yang mencapai US$ 2 miliar (Rp 33 triliun) pada April 2025, sebagai langkah membatasi volatilitas rupiah.
Baca Juga
“Rupiah kembali mengalami tekanan (depresiasi) akibat penguatan dolar AS, kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS), dan ketidakpastian pasar yang meningkat imbas ancaman tarif Presiden AS Donald Trump,” kata Fithra, melalui keterangan resminya, Jumat (9/5/2025).
Fithra mengatakan, intervensi yang dilakukan otoritas moneter mencerminkan sikap proaktif BI menahan ekspektasi inflasi, terutama ketika risiko inflasi impor kembali muncul.
“Dengan inflasi tahunan yang meningkat ke 1,95% pada April 2025, didorong permintaan musiman saat Lebaran dan kenaikan harga impor, BI diperkirakan akan terus mempertahankan rupiah tanpa mengubah suku bunga acuan,” ucap dia.
Sementara itu, akademisi dari Universitas Andalas Sumatera Barat Syafruddin Karimi mengatakan, tekanan eksternal semakin kuat seiring konflik India–Pakistan, ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed, dan ancaman tarif dagang Presiden Donald Trump.
Baca Juga
Rupiah 'Ketar-Ketir' Lagi, Dolar AS Naik Gara-gara Trump Bikin 'Deal' Baru dengan Inggris
“Dalam konteks ini, intervensi aktif menjadi pilihan logis untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan menghindari inflasi impor yang dapat memperburuk daya beli,” jelas Syafruddin.
Syafruddin mengatakan, stabilitas nilai tukar penting untuk melindungi harga pangan, energi, dan barang konsumsi rumah tangga. Dalam situasi yang tak pasti, bank sentral harus bersikap tegas tanpa selalu menaikkan suku bunga.
“Strategi mempertahankan suku bunga sambil melakukan pelonggaran makroprudensial seperti yang dilakukan BI saat ini merupakan langkah cerdas untuk menahan pelemahan tanpa membunuh kredit dan pertumbuhan,” ujar dia.

