Menperin Agus Bantah Deindustrialisasi di Indonesia, Beberkan Data Ini
JAKARTA, investortrust.id - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita kembali menegaskan bahwa Indonesia tak sedang memasuki fase deindustrialisasi. Hal ini dibuktikan sejumlah indikator dari berbagai lembaga dalam dan luar negeri.
“Dari dua faktor saja, yakni manufacturing value added (MVA) dan share terhadap PDB, belum berbicara mengenai kinerja capaian investasi dan ekspor, serta penyerapan tenaga kerja manufaktur, itu dengan sangat mudah bisa dipatahkan bahwa Indonesia tidak dalam fase deindustrialisasi,” ucapnya dalam keterangan tertulis, Kamis (8/5/2025).
Baca Juga
Ketum Kadin Anindya: TKDN Mau ditinjau, Kita Tak Ingin Deindustrialisasi
Berdasarkan data World Bank dan United Nations Statistics, dia mengatakan, nilai MVA Indonesia pada tahun 2023 menembus angka US$ 255,96 miliar. Data ini merupakan capaian yang tertinggi, dibandingkan sebelumnya yang pernah dicetak Indonesia.
“Nilai tersebut menempatkan Indonesia dalam 12 besar negara manufaktur dunia, serta yang terbesar ke-lima di Asia, di bawah China, Jepang, India, dan Korea Selatan. Di ASEAN, nilai MVA Indonesia tentunya menjadi yang tertinggi, jauh melampui nilai MVA negara-negara ASEAN, termasuk Thailand dan Vietnam,” ungkapnya.
Menperin Agus menjelaskan, tren MVA Indonesia terus meningkat sejak tahun 2019, kecuali saat pandemi Covid-19. Dengan meningkatnya MVA ini, Indonesia setara dengan beberapa negara industri maju seperti Inggris, Rusia, dan Prancis.
“Rata-rata MVA dunia adalah US$ 78,73 miliar, sementara Indonesia mencatatkan rerata historis sebanyak US$ 102,85 miliar. Pencapaian ini mencerminkan struktur industri manufaktur nasional yang kuat dari hulu ke hilir,” papar Agus Gumiwang.
Baca Juga
Gobel: Pemerintah Mestinya Bentuk Task Force PHK dan Deindustrialisasi
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, sektor industri pengolahan nonmigas mengalami peningkatan dalam kontribusinya terhadap perekonomian nasional, yang tercermin dari catatan pada triwulan I tahun 2025 sebesar 17,50%.
Capaian ini naik dibanding periode yang sama pada tahun 2024 sebesar 17,47%, dan lebih tinggi dari sumbangsih sepanjang tahun 2024 yang berada di angka 17,16%. Begitu juga dengan dibandingkan dengan triwulan II-2022 pasca-Covid 19 melanda Indonesia, kontribusi ekonomi industri pengolahan nonmigas memiliki tren meningkat sampai dengan triwulan I-2025 ini.
“Jadi, patut dipertanyakan alasan para pengamat yang mengatakan bahwa Indonesia sedang masuk atau sudah masuk ke dalam tahap deindustrialisasi. Itu salah, karena kita bisa lihat dari data yang ada, kinerja industri manufaktur masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi,” tutur Menperin.
Baca Juga
Bayar Utang dan Perkuat Rupiah, Cadangan Devisa RI Melorot Jadi US$ 152,5 Miliar
Adapun, Menperin Agus mengatakan, industri manufaktur masih antusias merealisasikan investasinya di Indonesia sepanjang triwulan I tahun 2025 yang mencapai Rp 179,7 triliun. Penanaman modal sektor manufaktur ini memberikan kontribusi 38,6% terhadap total nilai investasi seluruh sektor yang mengalir di Indonesia sebesar Rp 465,2 triliun pada triwulan I-2025.
“Ini menandakan bahwa Indonesia masih menjadi negara tujuan utama bagi para investor dari sektor industri manufaktur. Oleh karenanya, kami sebagai pembina sektor industri turut memastikan bahwa investasi mereka dapat berjalan baik,” kata Menperin.

