UGM Sesalkan Informasi Sesat soal Ijazah Jokowi
JAKARTA, investortrust.id - Universitas Gadjah Mada (UGM) menyesalkan munculnya informasi sesat mengenai ijazah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
Hal itu disampaikan Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta menanggapi pernyataan mantan dosen dari Universitas Mataram, Rismon Hasiholan Sianipar yang menyangsikan keaslian ijazah dan skripsi Jokowi sebagai lulusan UGM.
Rismon dalam pernyataannya menyebut lembar pengesahan dan sampul skripsi menggunakan font Times New Roman yang menurutnya belum ada di era tahun 1980-an hingga 1990-an. Klaim Rismon ini membuat polemik dan perdebatan di kalangan warganet. Banyak yang menyangsikan informasi yang disampaikan, namun tidak sedikit pula yang percaya dengan narasi Rismon yang dibalut dengan analisis forensik digital.
Baca Juga
Kuasa Hukum Jawab Soal Isu Settingan dan Kriminalisasi di Polemik Ijazah Palsu Jokowi
Sigit menyesalkan informasi menyesatkan yang disampaikan Rismon. Apalagi, Rismon merupakan alumnus dari Prodi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
“Kita sangat menyesalkan informasi menyesatkan yang disampaikan oleh seorang dosen yang seharusnya bisa mencerahkan dan mendidik masyarakat dengan informasi yang bermanfaat,” kata Sigit, dalam keterangannya yang dikutip dari ugm.ac.id, Kamis (22/5/2025).
Sigit menyampaikan sebagai seorang dosen, Rismon seharusnya mendasarkan pada fakta dan metode penelitian yang baik dalam menyimpulkan suatu informasi. Rismon seharusnya tidak hanya menelaah ijazah dan skripsi Jokowi saja, tetapi juga membandingkannya dengan ijazah dan skripsi yang diterbitkan Fakultas Kehutanan UGM pada tahun yang sama.
Soal penggunaan font Times New Roman yang dituduhkan Rismon, Sigit menegaskan pada tahun itu sudah jamak mahasiswa menggunakan font Times New Roman atau huruf yang hampir mirip dengannya, terutama untuk mencetak sampul dan lembar pengesahan di tempat percetakan. Bahkan, di sekitaran kampus UGM itu sudah ada percetakan, seperti Prima dan Sanur (sudah tutup-red) yang menyediakan jasa cetak sampul skripsi.
“Fakta adanya mesin percetakan di Sanur dan Prima juga seharusnya diketahui yang bersangkutan karena yang bersangkutan juga kuliah di UGM,” tegasnya.
Diketahui, sampul dan lembar pengesahan skripsi Joko Widodo dicetak di percetakan, tetapi seluruh isi tulisan skripsinya setebal 91 halaman tersebut masih menggunakan mesin ketik.
“Ada banyak skripsi mahasiswa yang menggunakan sampul dan lembar pengesahan dengan mesin percetakan,” katanya.
Soal nomor seri ijazah Jokowi yang disebut hanya angka tanpa menggunakan klaster, Sigit menuturkan Fakultas Kehutanan memiliki kebijakan sendiri soal penomoran ijazah di masa itu. Saat itu, belum ada penyeragaman dari tingkat universitas. Penomoran tersebut tidak hanya berlaku pada ijazah Jokowi, tetapi juga berlaku pada semua ijazah lulusan Fakultas Kehutanan.
“Nomor tersebut berdasarkan urutan nomor induk mahasiswa yang diluluskan dan ditambahkan FKT, singkatan dari nama fakultas,” katanya.
Untuk itu, Sigit menyesalkan tuduhan Rismon melalui konten video yang meragukan ijazah dan skripsi Jokowi. Pernyataan Rismon seolah-olah menuding ijazah yang diterbitkan UGM adalah palsu.
“Perlu diketahui ijazah dan skripsi dari Joko Widodo adalah asli. Ia pernah kuliah di sini, teman satu angkatan beliau mengenal baik beliau, beliau aktif di kegiatan mahasiswa (Silvagama), beliau tercatat menempuh banyak mata kuliah, mengerjakan skripsi, sehingga ijazahnya pun dikeluarkan oleh UGM adalah asli,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Senat Fakultas Kehutanan, San Afri Awang. San Afri menyesalkan informasi sesat yang disampaikan oleh oknum dosen tersebut. San Afri mengaku punya pengalaman sendiri soal penggunaan font Times New Roman di sampul skripsi.
"Saya masih ingat waktu saya buat cover (skripsi), lari ke Prima. Di zaman itu sudah ada tempat cetak sampul yang terkenal, Prima dan Sanur. Soal diketik pakai mesin komputer, jangan heran di sekitar UGM juga sudah ada jasa pengetikan menggunakan komputer IBM PC. Saya sempat pakai buat mengolah data statistik,” kata kakak angkatan Jokowi itu.
Meski begitu, kata San Afri, tidak semua mahasiswa Fakultas Kehutanan memilih mencetak sampul di jasa percetakan. Ada juga mahasiswa yang memilih mencetak sampul dan lembar pengesahan menggunakan tulisan dari mesin ketik.
”Kawan saya yang secara ekonomi tidak mampu, banyak yang membuat lembar sampul dan pengesahan dengan mesin ketik,” kenangnya.
Untuk itu, San Afri Awang tidak habis pikir masih adanya kelompok atau pribadi yang menyerang institusi UGM yang menyebutkan ijazah dan skripsi Jolowi adalah palsu. Isu tersebut menurutnya semakin liar dengan ditambahkan analisis yang tidak sesuai fakta. Dan Afri Awang meyakini, pihak yang mengembuskan informasi hoax ini hanya untuk mencari sensasi semata.
“Dia (Joko Widodo) lulus dari sini dan buktinya ada kok,” katanya.
Frono Jiwo, salah satu teman seangkatan Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM, mengaku prihatin dengan informasi yang beredar di medsos tentang ijazah dan skripsi Jokowi yang dianggap palsu. Frono merupakan teman satu angkatan dengan Joko Widodo. Keduanya sama-sama masuk kuliah tahun 1980 dan wisuda bareng di tahun 1985.
"Kami seangkatan dengan Pak Jokowi, masuk tahun 1980,” katanya.
Selama kuliah, kata Frono, Jokowi termasuk mahasiwa yang pendiam. Namun, saat kumpul dengan temannya, Jokowi memiliki selera humor yang tinggi dan sering melontarkan candaan yang mengundang tawa teman dekatnya.
“Pak Jokowi orangnya pendiam, tapi kalau ngobrol selalu kocak, apa yang jadi pembicaraan selalu mengundang tawa,” kenangnya.
Frono mengamini Jokowi memiliki hobi naik gunung semasa menjadi mahasiswa. Bahkan beberapa gunung di Jawa dan Sumatera pernah didaki mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Hanya saja, Frono mengaku hanya sesekali naik gunung.
“Pak Jokowi sering naik gunung, tetapi saya jarang dan seingat saya, saya tidak pernah bareng naik gunung sama Pak Jokowi,” paparnya.
Soal ijazah, Frono mengaku tampilan ijazahnya sama dengan Jokowi. Menggunakan font yang sama, ditandatangani oleh Rektor Prof T Jacob dan Dekan Prof Soenardi Prawirohatmodjo. Hanya saja yang berbeda dari nomor kelulusan.
“Ijazah saya bisa dibandingkan dengan ijazahnya Pak Jokowi. Semua sama kecuali nomor kelulusan ijazah dari universitas dan fakultas,” ujarnya.
Sedangkan soal skripsi, Frono bercerita seluruh mahasiswa satu angkatannya menulis skripsi menggunakan mesin ketik. Sedangkan sampul, lembar pengesahan dan penjilidan hampir semuanya dilakukan di percetakan.
“Pembuatan skripsi semua pakai mesin ketik, walaupun sudah ada komputer tapi jarang sekali yang bisa. Kalau sampul, lembar pengesahan, penjilidan skripsi semua di percetakan,” katanya.
Tidak hanya kuliah dan lulus di tahun yang sama, Frono dan Jokowi juga melamar pekerjaan di perusahaan yang sama di Aceh, PT Kertas Kraft Aceh (Persero). Namun, menurut Frono, Jokowi hanya bekerja selama dua tahun saja karena sang istri, Iriana Jokowi, tidak betah tinggal di tengah area hutan pinus yang berada di wilayah sekitaran Aceh Tengah.
“Kami bertiga, Pak Jokowi, saya dan almarhum Hari Mulyono (adik ipar Jokowi) bareng-bareng masuk kerja. Setelah Pak Jokowi menikah, Ibu Iriana kayaknya tidak betah karena basecamp berada di tengah hutan pinus di Aceh Tengah, Pak Jokowi resign dulu, tinggal saya dan almarhum Hari Mulyono yang masih bertahan,” kenangnya.
Guru Besar Hukum Pidana UGM, Marcus Priyo Gunarto, menilai tuduhan Rismon mengenai Jokowi telah melakukan tindakan pemalsuan ijazah dan skripsi harus bisa dibuktikan. Menurut Marcus, ada dua tindakan pemalsuan dalam ranah hukum pidana, yakni membuat palsu dan memalsukan. Membuat palsu, artinya dokumen asli tidak pernah ada namun pelaku membuat surat atau akta dalam hal ini ijazah, seolah-olah itu ada dan asli padahal sebelumnya tidak pernah ada.
“Itu namanya membuat palsu,” tegasnya
Soal tindakan memalsukan, dalam hal ini ijazah atau skripsi yang dulunya pernah ada, tetapi mungkin rusak atau hilang, kemudian membuat dokumen baru seolah-olah itu adalah asli.
"Dua-duanya adalah kejahatan, dan ada ancaman pidana. Ini (Rismon) tidak jelas yang dituduhkan, memalsukan atau membuat palsu,” katanya.
Dari kemungkinan dua tuduhan yang berpotensi dialamatkan ke Jokowi dan UGM, Marcus menilai tuduhan itu sangat lemah. Hal ini karena dokumen-dokumen yang dimiliki Fakultas Kehutanan UGM menunjukkan Jokowi pernah kuliah, pernah ujian, dan pernah ikut yudisium.
“Yang bersangkutan pernah wisuda, dan ada berita acara yang menunjukkan peristiwa tersebut, maka ijazah memang pernah ada. Bisa dibuktikan dan dapat ditemukan di Fakultas Kehutanan,” katanya.
Soal bukti fisik skripsi atau ijazah menggunakan huruf Times New Roman atau memiliki kemiripan dengan font tersebut, kata Marcus, seharusnya Rismon tidak hanya melihat dari skripsi atau ijazah milik Jokowi semata, tetapi membandingkannya dengan skripsi dan ijazah dengan lulusan Fakultas Kehutanan UGM lainnya. Bahkan, membandingkan skripsi yang diterbitkan di Fakultas Kehutanan di tahun-tahun sebelum kelulusan Joko Widodo.
"Apakah kemudian yang memiliki kemiripan, lalu dianggap palsu semua? Itu kesimpulan bukan seorang akademisi. Karena skripsi maupun ijazah banyak ditemukan di UGM dengan menggunakan huruf time new roman atau huruf yang hampir mirip dengannya,” katanya.
Baca Juga
Tanggapi Pernyataan Megawati soal Ijazah Palsu, Jokowi: Saya Sebetulnya Sedih
Marcus juga menyesalkan masih adanya pihak yang melontarkan isu dan menuduh UGM melindungi Jokowi terkait kepemilikan ijazah dan skripsi palsu. Tuduhan tersebut dianggapnya keliru.
"Jika kemudian ada dugaan bahwa UGM melakukan perlindungan atau perbuatan seolah-olah hanya untuk kepentingan Joko Widodo, itu sangat salah dan gegabah,” tegasnya.

