Mantan Kepala BIN AM Hendropriyono Berulang Tahun Ke-80
JAKARTA, investortrust.id - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal TNI (HOR) (Purn) Abdullah Mahmud Hendropriyono atau AM Hendropriyono merayakan ulang tahun yang ke-80, Rabu (7/5/2025).
Di usianya yang sudah menginjak delapan dekade, pria dengan julukan The Master of Intelligence itu masih terlihat energik. Hal itu setidaknya tampak saat Hendropriyono hadir dalam halalbihalal purnawirawan TNI dan keluarga besar TNI-Polri bersama Presiden Prabowo Subianto di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (6/5/2025).
Baca Juga
Letjen (Purn) Kiki Syahnakri Pernah Parkir Tank di Monas Tapi "Lupa" Lapor Pangdam Hendropriyono
Dengan balutan batik bernuansa biru, Hendropriyono menjadi salah satu tokoh dan sesepuh TNI yang diajak Prabowo untuk naik ke atas panggung dan menyanyikan lagu "Hymne Taruna". Meski sudah berusia lanjut, Hendropriyono masih dapat mengimbangi sejumlah tokoh lain yang berusia jauh lebih muda, seperti Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti (AHY) dan Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya.
Dengan mengepalkan tangan kanan, mantan Panglima Kodam Jaya dan mantan Komandan Kodiklat TNI AD itu bersama-sama dengan Prabowo dan para tokoh lain menyanyikan lagu yang mengingatkan mereka semasa menjalani pendidikan di Akademi Militer (Akmil).
Saat menghadiri peluncuran buku Hingga Salvo Terakhir Bakti Prajurit TNI karya mantan Wakil Kasad Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnarkri, Sabtu (26/4/2025), Hendropriyono sempat menyampaikan pandangannya mengenai kondisi sosial bangsa.
Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan era Presiden ke-2 RI Soeharto itu menilai kebebasan yang didengungkan di era reformasi atau yang disebutnya transformasi sudah kebablasan. Dijelaskan, pada masa pemerintahan Soeharto, aspek sosial politik begitu keras. Namun, transformasi yang terjadi justru membawa Indonesia pada era liberal dan kebebasan di seluruh aspek kehidupan.
"Transformasinya sekarang liberal. Kebebasan di semua aspek kehidupan. Bukan hanya sosial. Jadi artinya disiplin sosial lebih makin lama makin tipis. Makin lama makin hilang. Yang penting kebebasan," katanya.
Baca Juga
Hadiri HUT Hendropriyono, Prabowo Apresiasi Replika Keraton Majapahit
Padahal, kata Hendropriyono, kebebasan seharusnya ada batasnya, yakni kebebasan orang lain. Namun, batasan itu seringkali dilanggar. Akibatnya, Indonesia menuju negara ultraliberal.
"Karena negara kita sudah liberal. Makin menuju ke ultra liberal. Paling bebas," katanya.
Untuk itu, Hendropriyono mengingatkan pentingnya menjaga nilai-nilai etika dan moral.
Profil Hendropriyono
AM Hendropriyono lahir di Yogyakarta pada 7 Mei 1945. Mertua dari mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa itu menempuh pendidikan dasarnya di SR Muhammadiyah, Kemayoran, Jakarta kemudian pindah ke SR Negeri Jalan Lematang, Jakarta, SMP Negeri V bagian B (Ilmu Pasti) di Jalan Dr. Sutomo, Jakarta dan menyelesaikan SMA Negeri II bagian B (Ilmu Pasti) di Jalan Gajah Mada, Jakarta.
Selanjutnya Hendropriyono melanjutkan pendidikan militer di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang (lulus 1967), Australian Intelligence Course di Woodside (1971), United States Army Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Amerika Serikat (1980), Sekolah Staf dan Komando ABRI (Sesko ABRI), yang lulus terbaik pada 1989 bidang akademik dan kertas karya perorangan dengan mendapat anugerah Wira Karya Nugraha.
Tak hanya pendidikan militer, Hendropriyono juga menempuh pendidikan umum. Kepala BIN pertama itu meraih gelar sarjana bidang administrasi dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara (STIA-LAN), sarjana hukum dari Sekolah Tinggi Hukum Militer (STHM), sarjana ilmu politik dari Universitas Terbuka (UT) Jakarta, sarjana teknik industri dari Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Bandung. Hendropriyono juga meraih gelar magister administrasi niaga dari University of the City of Manila, Filipina, mendapat gelar magister di bidang hukum dari STHM dan pada bulan Juli 2009 dan meraih gelar doktor filsafat di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dengan predikat cum laude.
Hendropriyono dikukuhkan sebagai guru besar ilmu filsafat intelijen pada 7 Mei 2014. Dengan pengukuhan ini, Hendropriyono menjadi satu-satunya dan pertama di dunia yang menjadi guru besar intelijen.
Baca Juga
Respons Forum Purnawirawan TNI, Hendropriyono: Sampaikan Aspirasi Boleh Dong
Karier militer Hendropriyono diawali sebagai komandan peleton dengan pangkat letnan dua infanteri di Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) yang kini bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD. Ia kemudian menjadi komandan Detasemen Tempur Para-Komando, asisten intelijen Komando Daerah Militer Jakarta Raya/Kodam Jaya (1986), komandan Resor Militer 043/Garuda Hitam Lampung (1988-1991), direktur Pengamanan VIP dan Objek Vital, direktur Operasi Dalam Negeri Badan Intelijen Strategis (Bais) ABRI (199I-1993), panglima Komando Daerah Militer Jakarta Raya dan komandan Kodiklat TNI AD.
Semasa menjabat sebagai Danrem 043/Garuda Hitam, Hendropriyono yang saat itu berpangkat kolonel mengeliminasi kelompok Warsidi di kawasan Talangsari, Lampung atau dikenal dengan nama Peristiwa Talangsari 1989.
Berbagai operasi militer yang diikutinya adalah Gerakan Operasi Militer (GOM) VI, dua kali terlibat dalam Operasi Sapu Bersih III dan dua kali dalam Operasi Seroja di Timor Timur (sekarang bernama Timor Leste).

