Meski Melesat 94,84% dalam Sebulan, Potensi Saham Barito Pacifik (BRPT) masih Tinggi
JAKARTA, investortrust.id – Saham PT Barito Pacifik Tbk (BRPT) berhasil torehkan penguatan pesat dalam sebulan terakhir mengalahkan empat saham emiten lainnya yang dikendalikan Prajogo Pangestu. Kenaikan harga tersebut juga diikuti dengan derasnya aliran dana asing. Apakah penguatan harga ini bakal berlanjut?
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BRPT telah melesat sebanyak 94,84% menjadi Rp 1.510, bahkan pada perdagangan hari terakhir pekan ini melesat sebanyak 17,05% menjadi Rp 1.510. Sedangkan pembelian besih (net buy) saham BRPT mencapai Rp 151,74 miliar oleh investor asing dalam sebulan terakhir. Nilai net buy saham ini hanya berbeda dengan net buy saham TPIA sebanyak Rp 194,82 miliar.
Baca Juga
Dua Emiten Prajogo BRPT dan CUAN Melesat lebih dari 100% dalam Dua Bulan, Penguatan bakal Berlanjut?
Kenaikan harga yang pesat juga mengungguli saham emiten Prajogo Pangestu lainnya, seperti PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) naik 54,40% menjadi Rp 11.850, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) menguat 9,12% menjadi Rp 9.575, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) naik sebanyak 1,60% menjadi Rp 6.350, dan PT Petrosea Tbk (PTRO) stagnan level Rp 2.930.
Terkait penguatan harga ini, Sucor Sekuritas dalam riset yang diterbitkan di Jakarta beberapa waktu lalu mengungkap BRPT akan mencatatkan pertumbuhan pendapatan eksponensial. Pertumbuhan didukung tambahan pendapatan dari PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) setelah TPIA bersama Glencore resmi menuntaskan akuisisi saham Shell Singapore Pte. Ltd. (SSPL) di Shell Energy and Chemicals Park (SECP) yang kini menjadi Aster Energy and Chemicals Park, di Singapura. Sebagaimana diketahui BRPT merupakan pengendali dengan kepemilikan 34,63% saham TPIA.

Sumber: Sucor Sekuritas
Sucor Sekuritas menyebutkan bahwa SECP, kilang minyak dan perusahaan cracker etilena yang baru diakuisisi, diperkirakan mulai berkontribusi terhadap laba perseroan mulai kuartal II-2025. “Kami memperkirakan SECP akan menghasilkan pendapatan sebesar US$ 7 miliar dengan laba sebesar US$ 48 juta pada 2025. Setelah akuisisi tersebut, pendapatan TPIA diperkirakan meningkat hampir lima kali lipat pada 2025. Sedangkan laba TPIA bakal berpotensi naik menjadi US$ 36 juta–43 juta pada 2025–2026F,” tulis analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan dalam riset yang diterbitkan di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Tambahan kinerja keuangan BRPT akan datang dari anak usahanya bidang tenaga Listrik Indoraya Tenaga (IRT) yang 34% sahamnya dikuasai. IRT mulai komersial dan akan meningkatkan kapasitas pembangkit listriknya menjadi 2.000 MW tahun ini. “Kami memperkirakan Indo Raya Tenaga akan menghasilkan laba sebesar US$ 120 juta–150 juta dan berkontribusi sebesar US$ 8 juta–30 juta terhadap BRPT,” tulisnya.
Baca Juga
Saham Emiten Prajogo Melesat Dipimpin BRPT jelang RUPS, Ada Apa?
Dengan dua bisnis baru tersebut, Sucor Sekuritas menyebutkan, pendapatan dan laba bersih BRPT diproyeksikan melesat tahun 2025 dan 2026. Pendapatan diprediksi melesat menjadi US$ 11,11 miliar di 2025 dan US$ 12,23 miliar di 2206 dan laba bersih menjadi US$ 72 juta di 2025 dan US$ 135 juta di 2026.
Dengan target pertumbuhan pesat kinerja keuangan BRPT mulai tahun 2025, Sucor Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham BRPT dengan target harga Rp 3.500, dibandingkan harga penutupan akhir pekan ini Rp 1.510. “Kami percaya prospek pertumbuhan yang kuat dari anak perusahaan utama BRPT akan menjadi sentimen positif. Saham BRPT juga menjadi titik masuk yang lebih murah kesaham BREN dan TPIA,” tulisnya.
Perseroan juga akan mendapatkan dukungan dari rencadna IPO saham PT Chandra Daya Investasi (CDI), yaitu perusahaan yang bergerak di bidang investasi infrastruktur, khususnya listrik, air, dan pelabuhan. CDI adalah anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk dengan kepemilikan 70% saham.

