BSI (BRIS) Bidik Pembiayaan Tumbuh 16% Meski BI Pangkas Proyeksi Pembiayaan Perbankan Syariah 2025 Jadi 8-11%
JAKARTA, investortrust.id - Bank Indonesia (BI) merevisi target pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah pada 2025 menjadi 8-11%. Angka ini lebih rendah dari target sebelumnya yang sebesar 11-13%.
Merespons hal tersebut, SVP Corporate Secretary PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI Wisnu Sunandar mengungkapkan, BSI belum melakukan revisi terhadap target pembiayaan hingga saat ini. Menurut Wisnu, BSI optimistis dapat mendorong pertumbuhan pembiayaan di tengah penyesuaian target pertumbuhan pembiayaan syariah nasional oleh BI tersebut.
"Kalau pun nanti ada revisi akan kita umumkan setelah mendapatkan persetujuan dari regulator. Tapi sampai saat ini kita memang belum menurunkan target," ujar Wisnu dalam acara Press Conference BSI International Expo 2025 di Gedung The Tower Kantor Pusat BSI, Jakarta, Rabu (4/6/2025).
Wisnu menjelaskan, BSI tetap menargetkan pembiayaan Rp 310 triliun, tumbuh sekitar 16% jika dibandingkan posisi tahun 2024 yang sebesar Rp 266 triliun. Dikatakan Wisnu, strategi utama BSI untuk mencapai target tersebut salah satunya adalah melalui signature event tahunan BSI International Expo 2025.
Gelaran yang mengusung tema “Engaging Indonesia to the Global Halal Industry” atau “Melibatkan Indonesia dalam Industri Halal Global" ini akan digelar di Hall A & B Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, selama empat hari mulai Kamis (26/6/2025) hingga Minggu (29/6/2025) mendatang.
Lebih lanjut, Wisnu menyebut, BSI International Expo 2025 diharapkan menjadi ajang bussiness matching yang tidak hanya mempertemukan UMKM dengan calon mitra bisnis, tetapi juga membuka peluang pembiayaan, termasuk skala besar dan sindikasi pembiayaan korporasi. Terlebih menurut Wisnu, pembiayaan korporasi menjadi salah satu pendorong utama, yang mana saat ini komposisi pembiayaan nasional didominasi 70% pembiayaan ritel dan 30% pembiayaan wholesale atau korporasi.
“Strategi pembiayaan kita menjadikan pembiayaan korporasi itu menjadi door opener atau menjadi anchor untuk membuka masuknya pembiayaan ritel dan konsumer karena kita nge-grade itu bukan hanya satu perusahaannya tapi ekosistemnya dan value chain-nya,” jelas Wisnu.
Sebagai tambahan informasi, hasil bussiness matching di acara tahun lalu, BSI mencatat volume transaksi mencapai Rp 2,4 triliun, meliputi transaksi ritel, sindikasi, dan korporasi. Tahun ini, BSI berharap bisa mencatatkan transaksi yang lebih besar dan bahkan bisa mencapai pertumbuhan dua digit meski kondisi ekonomi dinilai menantang.
Sebelumnya diberitakan investortrust.id, Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Imam Hartono menuturkan, penyesuaian target pembiayaan syariah pada tahun ini menyesuaikan dengan proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional.
“Proyeksi dari pembiayaan syariah kita itu kita revisi menjadi antara 8 sampai 11%. Kemudian juga ini kan juga terkait dengan proyeksi PDB-nya yang bergerak jadi antara 4,6 sampai dengan 5,4,” kata Imam dalam Taklimat Media di Kantor BI, Jakarta, Rabu (4/6/2025).
Kemudian Imam juga mengatakan bank sentral turut memperhatikan situasi dan perkembangan global. Ia tidak menampik situasi global turut berpengaruh terhadap perekonomian domestik, termasuk sektor ekonomi syariah.
"Kalau dikatakan bahwa apakah ada dampak global? Sudah pasti. Artinya dampak global terhadap ekonomi ini sebenarnya sifatnya umum, baik itu berdampak kepada syariah maupun konvensional," jelasnya.
Sementara itu, Imam menjelaskan kini BI berupaya untuk menjaga pertumbuhan perbankan syariah melalui sejumlah langkah. Salah satunya adalah melalui penguatan literasi terhadap produk keuangan syariah.
“Sekarang ini kita bersama kementerian/lembaga terkait melalui simulasi itu mencoba melakukan disimulasi itu dari sisi pemahaman,” ungkapnya.
Ia mencontohkan saat ini BI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengembangkan produk baru bernama Shariah Restricted Investment Account (SRIA). Adapun SRIA adalah produk investasi syariah yang memungkinkan investor untuk menentukan batasan pengelolaan dana yang diinvestasikan untuk proyek atau segmen usaha tertentu.
Selain itu, BI bersama dengan OJK turut mendorong perbankan dapat mengembangkan unit usahanya menjadi syariah. Sehingga BI berharap konsumen memiliki alternatif pilihan perbankan syariah
"Kita pelaku usaha syariah kita harus diperkuat, diperkuat supaya saya bisa survive, supaya saya bisa berdaya saing,” sebutnya.

