Meski IHSG Memasuki Tekanan Jual, Analis Ungkap Sejumlah Saham Ini Layak Dilirik
JAKARTA, investortrust.id – Penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin bisa menjadi peluang bagi investor untuk mengakumulasi sejumlah saham, khususnya emiten berbasis tambang emas. Sedangkan kejatuhan indeks kemarin dipicu sejumlah faktor luar negeri dan domestic.
Analis Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, pelemahan indeks kemarin sebanyak 110,75 poin (1,54%) menjadi 7.065 dipicu atas sentimen dari domestik, yaitu tekanan data inflasi yang menunjukkan deflasi sebesar 0,37% secara bulanan. Ini merupakan deflasi ketiga sepanjang tahun ini.
Meskipun secara tahunan inflasi masih tercatat 1,60%, namun tren deflasi mengindikasikan adanya potensi pelemahan daya beli masyarakat, yang bisa menjadi sinyal buruk bagi kinerja konsumsi domestik ke depan.
Baca Juga
Dorong Kolaborasi Ekosistem Startup Kawasan Asia Pasifik, ATLAS Resmi Dilucurkan
"Ditambah lagi, data aktivitas manufaktur Indonesia (PMI) Mei kembali kontraksi di level 47,4, menunjukkan bahwa sektor industri belum sepenuhnya pulih, bahkan permintaan baru justru turun tajam—terdalam sejak Agustus 2021," kata Hendra kepada investortrust.id Senin, (2/6/2025).
Sementara dari sisi eksternal, Hendra berpandangan, pelemahan indeks juga dipengaruhi berita ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, seiring kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang memicu kekhawatiran global, termasuk dampak terhadap neraca perdagangan Indonesia yang anjlok menjadi hanya US$ 150 juta pada April 2025 dari US$ 4,3 miliar pada Maret.
Sektor utama pemberat indeks kemarin datang dari sama big cap seperti BBCA, BBRI, dan BMRI, yang mengalami tekanan jual besar. "Hal ini kemungkinan dipicu oleh kekhawatiran pasar atas prospek penyaluran kredit yang melambat di tengah lemahnya konsumsi, serta potensi risiko kualitas aset jika pertumbuhan ekonomi kehilangan momentum. Selain itu, aksi ambil untung pasca penguatan sektor keuangan dalam beberapa pekan terakhir juga memperburuk tekanan di sesi pertama hari ini," jelas dia.
Lebih lanjut, Hendra mengatakan, tekanan IHSG ini berpotensi berberlanjut dalam jangka pendek, terutama akibat belum adanya katalis kuat yang mampu untuk membalikkan sentimen secara menyeluruh. Dengan demikian, Menurut Hendra IHSG berpotensi menguji support psikologis di level 7.000, bahkan turun ke kisaran 6.950 dalam waktu dekat. Sedangkan level resisten terdekat kini berada di 7.200.
Sedangkan beberapa saham yang masih layak dicermati di tengah tekanan tersebut adalah MDKA direkomendasikan beli dengan target Rp 2.300. MDKA menjadi salah satu pilihan utama berkat eksposurnya terhadap komoditas emas dan tembaga, yang saat ini tengah diuntungkan oleh tren ketegangan geopolitik serta permintaan dari sektor energi transisi.
Baca Juga
Istana Restui Spin Off, BTN Syariah Siap Beroperasi sebagai Bank Syariah
"Dengan dukungan harga emas yang tinggi dan pengembangan proyek nikel di Konawe, MDKA tetap menjadi kandidat kuat dalam portofolio jangka menengah," ujar Hendra.
Rekomendasi beli juga diberikan untuk saham BRPT dengan target Rp 1.400. Hendra mengatakan, BRPT juga layak dilirik karena fundamentalnya yang kuat, terutama dari eksposur ke energi baru dan terbarukan lewat anak usahanya, BREN. Katalis jangka panjang dari transisi energi nasional dan global membuat saham ini menarik di tengah koreksi harga saat ini.
Sedangkan untuk investor yang lebih agresif, menurut Hendra, saham BUMI layak direkomendasikan beli dengan target Rp 150. "BUMI berpotensi rebound teknikal sekaligus transformasi bisnis pasca kuasireorganisasi," ungkapnya.
Profit Taking
Senada dengan Hendra, VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi berpandangan bahwa koreksi yang terjadi pada big bank disebabkan beberapa sentiment profit taking, seiring dengan IDXFIN masuk ke dalam area overbought.
"Selain itu, meningkatnya ketidakpastian pasar, pasca potensi tarif reciprocal Trump yang akan tetap berjalan dan bahkan tarif baru per 04/6 untuk impor baja menjadi 50% dan menekan pasar China. Hal ini dianggap melanggar kesepakatan Trade Truce di Zurich," ucap Audi saat dihubungi investortrust.id Senin, (2/6/2025).
Kemudian, Audi menyoroti para pelaku pasar shifting ke safe havens aset, di mana harga emas melonjak 2% ke level US$ 3.355 per troy ons. Hal ini menggambarkan pasar cenderung kembali memihak pada low risk aset.
Baca Juga
SMIL Borong 1.000 Unit Forklift Listrik Baru, Gelontorkan Dana Segini
"Kami berpandangan kondisi kinerja keuangan big bank masih tertekan di bulan keempat 2025, meski kami melihat akan mengarah kepada outlook positif seiring dengan pivot Fed yang dovish dan ekonomi dalam negeri yang stabil," ungkap dia.
Saat ini, menurut Audi investor cenderung beralih pada sektor yang defensive atau tematik, seperti kesehatan dan barang baku seiring dengan kenaikan komoditas logam. Dengan demikian, Audi merekomendasikan saham pilihan dalam jangka pendek yakni saham MDKA, buy on break dengan support Rp 1.950 dan resistance Rp 2.340. Sementara saham HRTA spec buy dengan support Rp 590 dan resistance Rp 730.

