Tiga Sentimen Positif Ini Jadi Penopang Gerak Saham MTEL Jangka Pendek
JAKARTA, investortrust.id - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel menyimpan tiga sentimen positif pengerek harga sahamnya dalam pekan depan. Ketiga sentimen itu adalah rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), pembagian dividen, dan efektif masuk dalam perhitungan indeks MSCI.
Berdasarkan pengumuman resmi MTEL disebutkan pelaksanaan RUPST pada pekan depan, tepatnya pada pada 28 Mei 2025. Rapat tersebut membahas sejumlah agenda penting, seperti persetujuan dan pengesahan laporan tahun buku 2024, penetapan penggunaan laba bersih tahun 2024 atau pembagian dividen, hingga perubahan susunan pengurus MTEL.
Yang paling menarik dari deretan agenda tersebut tentu saja soal pembagian dividen. Mitratel (MTEL) tercatat sebagai emiten yang konsisten membagikan dividen sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2021. Rasio dividen yang ditawarkan juga terbilang tinggi berada di atas 70% dari total laba bersih.
Baca Juga
Masuk Indeks MSCI, Saham Mitratel (MTEL) Diburu Investor Asing dan Target Harga Jadi Segini
Hal ini dapat dilihat dari nilai dividen MTEL tahun buku 2021-2023, yakni senilai Rp 1,51 triliun atau Rp 18,2 per saham. Nilai dividen tersebut mencerminkan payout ratio sebanyak 75% dari pencapaian laba Rp 2,01 triliun.
Mitratel juga pernah membagikan dividen dengan rasio 99% dari laba bersih tahun 2022 total Rp 1,78 triliun. Dividen tersebut terdiri atas dividen tunai 70% atau Rp 1,24 triliun dan dividen special 29% atau Rp 517,66 miliar, sehingga total dividen per saham mencapai Rp 21,38.
Begitu juga dengan dividen MTEL tahun buku 2021 mencapai Rp 966,7 miliar atau Rp 11,57 per saham. Rasio dividen yang dibagikan mencerminkan 70% dari keuntungan tahun itu dengan total Rp 1,38 triliun.
Dengan perolehan laba bersih tahun 2024 senilai Rp 2,10 triliun dan asumsi rasio dividen dipertahankan sebanyak 70%, nilai dividen bisa mencapai Rp 1,47 triliun atau Rp 18,2 per saham. Nilai dividen tersebut merefleksikan yield dividen lebih dari 2,8% dengan mengacu harga penutupan saham MTEL Rp 650 per saham.
Baca Juga
Kinerja Kuartal I Sesuai Estimasi, Saham Mitratel (MTEL) Dipertahankan Rekomendasi Ini
Berdasarkan data beberapa tahun terakhir, rasio dividen MTEL tercatat paling tinggi dibandingkan dua perusahaan menara besar lainnya, seperti PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). Sebelumnya, TOWR hanya membagikan dividen senilai Rp 800 miliar atau Rp 15,9 untuk tahun buku 2024. Dividen tersebut terdiri atas dividen final Rp 9,9 dan interim Rp 6 per saham.
Dengan total dividen Rp 800 miliar, rasio dividen TOWR tahun buku 2024 mencapai 42% dari total laba tahunan Rp 3,33 triliun. Dividen tersebut merefleksikan yield dividen 2,65% dengan asumsi harga sahamnya Rp 600 per unit.
Sedangkan TBIG belum menggelar RUPST tahun buku 2024 yang rencananya digelar pada 10 Juni 2025. Salah satu agendanya adalah persetujuaan penggunaan laba bersih atau pembagian dividen. Berdasarkan data dividen tahun lalu, TBIG hanya membagikan dividen Rp 683,62 miliar untuk tahun buku 2023. Angka ini merefleksikan rasio 43,78% dari total keuntungan Rp 1,56 triliun.
Masuk MSCI
Selain RUPST dan peluang pembagian dividen dengan yield menggiurkan, sentimen positif pergerakan harga saham MTEL akan datang dari Morgan Stanley Capital Internasional (MSCI) yang menyebutkan saham MTEL dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) akan resmi masuk perhitungan MSCI Global Small Cap Indexes mulai 30 Mei 2025.
MSCI dalam pengumuman resminya, Selasa (13/4/2025), juga mengungkap pengeluaran empat saham dari MSCI Global Small Cap Indexes, yaitu PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
Analis Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, masuknya saham Mitratel (MTEL) dan Merdeka Battery (MBMA) dalam MSCI Indonesia Small Cap Index untuk periode efektif 2 Juni hingga 1 September 2025 membawa angin segar bagi keduanya, baik dari sisi teknikal maupun sentimen pasar.
Baca Juga
“Pengumuman ini secara langsung mendorong aksi beli dari investor institusi global yang mengelola dana berbasis indeks, terutama ETF dan fund manager yang mengikuti benchmark MSCI. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan harga kedua saham tersebut sejak penguman,” terangnya.
Usai resmi menjadi penghuni MSCI, dia mengatakan, tidak hanya akan meningkatkan visibilitas secara global, tetapi berpotensi menciptakan rerating valuasi berkat ekspektasi pertumbuhan kinerja dan arus dana asing yang konsisten terhadap kedua saham tersebut.
Secara keseluruhan, Hendara mengatakan, inclusion MTEL dan MBMA ke dalam indeks MSCI menjadi katalis positif yang memperkuat momentum teknikal jangka pendek sekaligus validasi fundamental jangka menengah. Keduanya layak dikoleksi dalam portofolio dengan pandangan optimistis terhadap sektor infrastruktur digital dan hilirisasi mineral strategis Indonesia.

