Bidik Pasar Timur Tengah, Ini Strategi Malindo Feedmill (MAIN) Genjot Kinerja di 2025
JAKARTA, investortrust.id - Di tengah tekanan daya beli dan stagnasi permintaan domestik, PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) tancap gas dengan strategi ekspansi terintegrasi. Emiten pakan dan unggas ini mengincar pertumbuhan kinerja melalui penetrasi pasar ekspor, pembangunan feedmill baru, dan investasi ke energi terbarukan.
Meski tak mudah, manajemen MAIN cukup optimistis dapat melalui tahun 2025 dengan hasil yang baik. “Kami melihat 2025 sebagai momentum pemulihan jangka menengah, sehingga ekspansi harus dikawal dari berbagai lini,” ujar Rewin Hanrahan, Direktur Malindo Feedmill, dalam paparan publik, Kamis (22/5/2025).

Diversifikasi Pasar Internasional
Setelah berhasil menembus Jepang, Singapura, dan Oman, MAIN kini membidik pasar ekspor baru, khususnya Uni Emirat Arab (UEA) yang diproyeksikan akan terealisasi pada kuartal III/2025.
Langkah ini bukan tanpa alasan. Pasar protein olahan di UEA dan Timur Tengah dinilai sangat menjanjikan. Permintaan tinggi, daya beli kuat, dan Indonesia punya nilai tambah lewat produk halal bersertifikasi.
Rewin mengakui, kontribusi ekspor terhadap total pendapatan masih terbatas saat ini. Namun, ekspansi ke pasar ekspor diharapkan bisa menjadi penopang margin saat pasar domestik lesu.
“Program ekspor ini juga memberi multiplier effect ke mitra peternak kami di hulu. Kalau ekspor tumbuh, peternak ikut hidup,” tambahnya.
Pabrik Baru
Dari sisi operasional, MAIN memulai kembali pembangunan feedmill di Lampung dengan target kapasitas 300.000 metrik ton per tahun. Proyek senilai Rp350–400 miliar ini akan dimulai pada kuartal III/2025 dan rampung dalam 12 bulan.
“Proyek ini sempat tertunda sejak 2020. Sekarang kami siap lanjutkan karena struktur permintaan mulai pulih di area Sumatra dan Kalimantan,” jelas Rudy Hartono Husin, Direktur Malindo Feedmill.
Tak hanya soal kapasitas, MAIN juga masuk ke ranah energi terbarukan dengan investasi panel surya senilai Rp 80 miliar dalam beberapa tahun mendatang. Langkah ini dinilai strategis untuk menekan biaya listrik dan mendukung transisi energi bersih.
“Target kami bukan cuma efisiensi. Kami ingin kontribusi nyata dalam pengurangan karbon sektor agribisnis,” ucap Rudy.
Tekanan Daya Beli
Namun, optimisme ekspansi tetap dibayangi oleh pelemahan daya beli masyarakat. Laporan keuangan kuartal I/2025 mencatat penurunan penjualan 2,16% yoy menjadi Rp 3,17 triliun. Laba bersih bahkan terkontraksi 28,24% menjadi Rp 62,89 miliar dari Rp 87,65 miliar.
Tren konsumsi masih terkoreksi akibat inflasi pangan dan penyesuaian subsidi. Permintaan ayam broiler menurun, meskipun harga jagung pakan cukup stabil.
Meski begitu, manajemen tetap menargetkan hasil sebanding 2024, dengan fokus menjaga pendapatan dan margin laba tetap solid.
“Kami realistis tapi optimistis. Harapan kami kontribusi ekspor dan efisiensi operasional bisa menopang bottom line,” kata Rudy.
Dividen dan Prospek Saham
MAIN menunjukkan komitmen kepada pemegang saham dengan membagikan dividen Rp 145 miliar, setara dengan 29,71% dari laba bersih 2024. Dengan jumlah itu, pemegang saham akan menerima Rp65 per saham, menyusul lonjakan laba bersih 2024 sebesar 670,11% yoy menjadi Rp488,02 miliar.
Analis menilai saham MAIN bisa menarik dalam jangka menengah jika ekspansi feedmill dan ekspor berhasil mengangkat margin. Sentimen positif bisa muncul kalau proyek Lampung on-track dan volume ekspor naik signifikan. Namun, investor perlu mencermati tekanan daya beli dan harga input global.

