Bitcoin Sudah Tembus ATH Berkali-kali, CEO Triv: Belum Terlambat Beli!
JAKARTA, investortrust.id — Bitcoin (BTC) tembus ke puncak tertinggi sepanjang masa alias all time high (ATH) di US$ 112.000 pada Jumat (23/5/2025) pukul 00.25 WIB. Lonjakan harga ini menjadi perhatian para investor global, termasuk para pelaku pasar kripto di Indonesia.
Meski telah naik signifikan sejak awal tahun, CEO Triv Gabriel Rey menilai masih belum terlambat untuk membeli Bitcoin. Menurutnya, tren bullish ini masih panjang, bahkan harga Bitcoin berpotensi naik lebih dari dua kali lipat menuju US$ 250.000 dalam beberapa tahun mendatang.
"Kalau melihat dari tren sekarang, kita masih dalam fase awal bull run. Target jangka panjang saya tetap di US$ 250.000, apalagi setelah halving berikutnya," ujar Rey kepada Investortrust di sela-sela Bitcoin Pizza Day, Jakarta, Kamis (22/5/2025).
Bitcoin Halving adalah peristiwa ketika imbal hasil untuk menambang transaksi bitcoin dipotong setengahnya atau 50%. Sederhananya, Bitcoin Halving adalah saat imbalan bagi penambang Bitcoin dipotong setengahnya. Tujuannya yakni untuk menjaga nilai BTC dan mengontrol jumlah BTC yang beredar. Peristiwa ini terjadi setiap empat tahun sekali. Berdasarkan data histori, Bitcoin Halving pertama kali terjadi pada 28 November 2012 dan naik hingga 9.800-an persen pada level tertinggi sepanjang masa pada tahun 2013, lalu terakhir di April 2024 dan selanjutnya akan berlangsung di tahun 2028.
Rey menyebut bahwa lonjakan harga Bitcoin saat ini bukan sekadar euforia sesaat. Ia menyoroti beberapa indikator teknikal dan fundamental yang menunjukkan kekuatan reli harga kali ini, termasuk peningkatan volume order block yang naik dua kali lipat dari kondisi normal.
"Ini strong pump. Bukan pump buatan, tapi yang didukung volume besar. Artinya ada permintaan riil yang signifikan," jelasnya.
Baca Juga
Menurut Rey, harga Bitcoin saat ini belum menyentuh puncak. Ia memproyeksikan bahwa koreksi wajar bisa saja terjadi ke level US$ 101.000 sebagai batas bawah, tetapi hanya jika ada sentimen negatif besar seperti konflik geopolitik atau krisis global.
"Kalau tidak ada berita buruk, seperti perang besar atau krisis keuangan, sangat kecil kemungkinan Bitcoin turun di bawah US$ 100.000. Semua indikator mendukung tren naik," ucap ia.
Lebih jauh, Rey menyampaikan bahwa dari sisi biaya produksi Bitcoin, saat ini berada di kisaran US$ 107.000 per BTC. Setelah halving berikutnya, biaya tersebut diperkirakan naik menjadi US$ 200.000 per BTC, yang secara otomatis akan mendongkrak harga dasar Bitcoin di pasar.
"Basis cost mining setelah halving bisa tembus US$ 200.000. Maka harga pasar wajar jika mengikuti di atas itu. Target US$ 250.000 itu realistis," ujarnya.
Salah satu faktor fundamental yang menurut Rey dapat mempercepat lonjakan harga Bitcoin adalah rencana Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang sedang membahas proposal pembelian 1 juta Bitcoin dalam lima tahun ke depan. Proposal ini sedang digodok di DPR AS dan mendapat perhatian luas dari komunitas kripto global.
"Kalau rencana pembelian 1 juta BTC itu disetujui, itu akan jadi dorongan besar. Sekarang sedang dibahas oleh DPR AS yang dikuasai Partai Republik, jadi peluang disetujui cukup besar," kata Rey.
Ia menilai bahwa langkah tersebut akan memperkuat legitimasi Bitcoin sebagai aset strategis nasional dan bisa memicu adopsi besar-besaran dari institusi keuangan lainnya.
Baca Juga
Peringati Bitcoin Pizza Day, Triv Bagi-Bagi Pizza Gratis
Belum Punya Bitcoin?
Bagi masyarakat atau investor ritel yang belum sempat membeli Bitcoin, Rey menekankan bahwa saat ini masih merupakan momen yang baik untuk masuk. Terutama bagi mereka yang memiliki horizon investasi jangka panjang 3–4 tahun ke depan.
"Masih bisa masuk. Kalau kamu berpikir untuk investasi jangka panjang, 3–4 tahun, ini masih momentum yang sangat bagus. Kita belum masuk fase akhir bull run," jelasnya.
Untuk investor pemula yang merasa telah "terlambat" karena tidak membeli di harga US$ 60.000–80.000 beberapa bulan lalu, Rey menegaskan bahwa ketertinggalan itu belum berarti kehilangan seluruh potensi keuntungan.
"Saya sudah bilang sejak harga US$ 67.000 harusnya beli. Tapi kalau belum sempat, sekarang belum terlambat. Jangan cuma jadi penonton," katanya.
Berani Ambil Risiko
Rey juga memberikan pesan khusus bagi generasi muda, terutama mereka yang berusia di bawah 25 tahun dan belum memiliki banyak tanggungan. Menurutnya, usia muda adalah waktu terbaik untuk berinvestasi agresif.
"Kalau kamu masih umur 20-an, belum punya anak, belum punya tanggungan, all in di crypto itu sah-sah saja. Ini aset dengan risiko tinggi tapi potensi return juga paling tinggi," tegas Rey.
Namun, ia mengingatkan bahwa keputusan investasi tetap harus disesuaikan dengan kondisi keuangan pribadi. Bagi mereka yang sudah memiliki tanggungan keluarga, pendekatan lebih konservatif mungkin lebih tepat.
"Kalau sudah punya istri, anak, cicilan, ya jangan agresif-agresif amat. Tapi untuk anak muda yang modalnya masih kecil, lebih baik mencoba kripto daripada hanya simpan di tabungan atau emas, reksa dana yang pertumbuhannya lambat," pungkasnya.

