Analis Ungkap Alasan Lompatan Harga Saham BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI dalam Dua Hari Ini
JAKARTA, investortrust.id – Harga enam saham perbankan menunjukkan kenaikan signifikan dalam dua hari perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI). Kenaikan tersebut menjadi motor penggerak laju indeks harga saham gabungan (IHSG) sebanyak 3,04% menjadi 7.040 sepanjang 14-15 Mei.
Berdasarkan data BEI, penguatan tertinggi dicatatkan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebanyak 11,64% menjadi Rp 5.325, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebanyak 11,20% menjadi Rp 4.270, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebanyak 9,76% menjadi Rp 4.500, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) sebanyak 7,83% menjadi, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) sebanyak 4,32% menjadi Rp 2.900, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebanyak 3,06% menjadi Rp 9.275.
Tak hanya naik, pemodal asing terpantau agresif memborong atau net buy saham bank dalam dua hari transaksi terakhir, yaitu pembelian bersih saham saham BBRI mencapai Rp 2,15 triliun, BMRI sebanyak Rp 1,09 triliun, BBCA bernilai Rp 613,34 miliar, dan BBNI sebanyak Rp 424,08 miliar.
Baca Juga
Dana Asing Rp 2,15 Triliun Masuk BRI (BBRI) Dua Hari, Seberapa Besar Prospek Sahamnya?
Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama Kiswoyo Adi Joe menjelaskan, lompatan harga saham bank dalam dua hari ini sejalan dengan euphoria penurunan tensi perang dagang tersebut. Kenaikan harga saham perbankan sejak Rabu (15/5/2025) memicu lompatan IHSG hingga tembus level di atas 7.000.
“Backbone IHSG adalah (saham) perbankan. Sedangkan IHSG sendiri merupakan gambaran ekonomi negara dalam enam bulan ke depan. Dengan demikian, kenaikan IHSG menggambarkan optimisme pelaku pasar modal pada ekonomi Indonesia enam bulan ke depan,” papar Kiswoyo kepada Investortrust.id, Kamis (15/5/2025).
Optimisme investor sudah terlihat jelas, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia masih melambat di bawah 5% pada awal 2025 dan sejumlah perusahaan dikabarkan mengurangi karyawan. “Tetapi jangan lupa kita (Indonesia) besar di ekspor komoditas, seperti CPO, nikel, timah, batu bara,” tegasnya.
Dengan pelemahan Rupiah bersamaan dengan penguatan mata uang negara tujuan ekspor Indonesia, dia mengatakan, pendapatan eksportir akan meningkat. Peluang pertumbuhan pendapatan juga didukung tren penguatan harga komoditas dunia.
Baca Juga
IHSG Hari Ini bisa Lanjut Naik ke Resistance 7.125, Tiga Saham Ini Direkomendasikan Beli
“Ekonomi kita baik-baik saja, meski sejumlah perusahaan manufaktur tutup, efek cepat atau lambat. Tetapi, IHSG pulih karena pemerintah berkomitmen melawan ormas (organisasi masyarakat) yang telah mengganggu iklim investasi,” sambung Kiswoyo.
Gebrakan tersebut diperkirakan membuat investor yakin bahwa satuan tugas (satgas) mulai bekerja dan mengamankan bisnis sektor manufaktur, sehingga IHSG naik lebih dahulu.
Direktur PT Rumah Para Pedagang itu juga menegaskan, saham perbankan masih jadi motor penggerak IHSG karena keuntungan usahanya tetap besar, meski terbuka potensi penurunan laba. Berkurangnya laba bersih emiten perbankan pun dianggap wajar, karena masih-masing perusahaan punya strategi untuk mencadangkan kerugian kredit macet (NPL) di periode tertentu.
“Kalau tidak dicadangkan, NPL tinggi. BRI sudah biasa di awal tahun (laba bersihnya) digusur untuk mencadangkan NPL. Sedangkan BTN pencadangan kerugian di kuartal keempat. Tetapi aslinya mereka masih untung besar semua,” jelas Kiswoyo.
Paling Untung di Dunia
Dia meyakini, bisnis perbankan Indonesia paling kuat di dunia dengan net interest margin (NIM) tertinggi di ASEAN. Level terendah bank-bank Indonesia, sebut Kiswoyo, di kisaran 5% dan tertinggi sekitar 6-7%, dibandingkan dengan dunia luar berkisar 3%.
Prospektif cerah bisnis bank di Tanah Air, turut dibuktikan dengan minat beberapa perusahaan bank asing yang membeli bank-bank Indonesia, meski bank yang dibeli terbilang kecil karena memang perusahaan bank yang besar tidak dijual. “Kenaikan fundamental kuat, spread tinggi, NIM menunjukan untung besar, CAR 20%, harga saham masing murah-murah, mirip saat pandemi,” tambah Kiswoyo.
Baca Juga
The Fed Waspadai Era Baru Suku Bunga Tinggi, Powell: 'Guncangan Pasokan' Jadi Tantangan Besar
Bisnis perbankan yang menjanjikan, hingga keseriusan satgas penanganan premanisme dan ormas pengganggu investasi pun, dipercaya dapat mengerek PDB Indonesia kembali ke level 5%.
“Satgas tidak hanya Polisi, TNI juga turun tangan. IHSG naik duluan artinya pelaku pasar menandakan ada optimisme lah. Sementara, komoditas masih unggulan. Rupiah melemah justru ekspor komoditas diuntungkan,” jelasnya.
Kiswoyo turut berharap, tren penurunan harga saham perbankan dapat berakhir. Hal ini dimungkinkan, saat IHSG mampu bertahan di atas level psikologis 7.000. Dengan begitu, harga saham Bank BCA (BBCA) ditargetkan menuju level Rp 11.500 pada akhir tahun.
Sedangkan saham Bank Mandiri (BMRI) dipercaya bisa menyentuh harga Rp 7.000-7.500 tahun ini, dan Bank BRI (BBRI) mampu meningkat sampai ke harga Rp 6.500. Terakhir, Bank BNI (BBNI) dan Bank Syariah Indonesia (BRIS), masing-masing diproyeksi dapat menutup tahun 2025 dengan harga Rp 5.200-5.500 dan Rp 3.200-3.500. “Bunga bullion bank kan cukup besar, jadi bisa mendongkrak saham mereka (BRIS),” pungkasnya.


