Laba Prodia (PRDA) Merosot 82,31% di Kuartal I, Manajemen Ungkap Faktor Ini
JAKARTA, investortrust.id – PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) menutup kuartal I-2025 dengan penurunan pendapatan sebesar Rp 483 miliar, terkoreksi tipis 0,78% dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy).
Namun laba bersih perseroan merosot 82,31% (yoy) menjadi Rp 6,9 miliar sepanjang Januari-Maret 2025. Namun Direktur Keuangan Prodia Liana Kuswandi menyebutkan, hasil perseroan periode ini, mencerminkan kinerja keuangan yang tetap positif di tengah berbagai tantangan ekonomi.
Manajemen menyebutkan, ada tren kinerja yang serupa dengan tahun sebelumnya. Keberadaan momentum Ramadhan dan Idul Fitri mendorong pergeseran prioritas belanja masyarakat, sehingga pengeluaran untuk kebutuhan kesehatan belum menjadi prioritas di awal tahun.
Baca Juga
Prodia (PRDA) Kembali Bagi Dividen 60% dari Laba Bersih, Segini Nilainya
Kemudian, manajemen mengakui bahwa dinamika politik nasional memberi efek domino terhadap sentimen pasar, dan situasi ekonomi global turut memengaruhi nilai tukar Rupiah.
“Namun, kami tetap mampu memperlihatkan kinerja yang cukup baik dan optimistis fondasi keuangan yang dimiliki mampu mendukung pertumbuhan lebih lanjut di Kuartal II-2025.” ujar Liana yang dikutip pada Selasa (6/5/2025).
Dengan pondasi keuangan yang solid, Prodia optimistis dapat mendorong pertumbuhan kinerja yang lebih progresif pada kuartal berikutnya. Di Kuartal II-2025, Prodia akan meluncurkan serangkaian inisiatif terintegrasi yang bertujuan meningkatkan customer engagement, memperbaiki pengalaman pengguna, dan mendorong kesadaran akan kesehatan.
Strategi tersebut, khususnya dilakukan melalui U by Prodia, seperti program promosi bulanan, fitur Health Plan & Chronic Disease Management (CDM) yang dipercaya bisa menarik minat pelanggan.
Baca Juga
Ingin Pertahankan Pertumbuhan Kinerja, Begini Strategi Prodia (PRDA) pada 2025
Senada, Direktur Business & Marketing Prodia Indriyanti Rafi Sukmawati optimistis perseroan dapat bertumbuh, dengan strategi yang telah disiapkan. Di antaranya, pengembangan produk tes esoterik, optimalisasi transaksi digital melalui aplikasi U by Prodia, dan perluasan jaringan outlet Point-of-Care (POC).
Ada pula perluasan segmentasi layanan, khususnya bagi peserta BPJS Kesehatan, serta ekspansi segmen pelanggan baru melalui layanan segmented outlet. “Kami juga berkomitmen, mengupayakan perseroan menjadi laboratorium rujukan di kawasan Asia Tenggara (SEA Referrals),” sambung Indri.
Dia menjelaskan, tingkat akuisisi pelanggan baru Prodia melalui platform U by Prodia telah mencapai lebih dari 30% pada 2024, sehingga turut berkontribusi 13% terhadap pencatatan volume transaksi pembelian tes laboratorium perseroan.
“Kedepannya peningkatan volume transaksi dan tingkat akuisisi pelanggan baru, diharapkan dapat berkontribusi terhadap total revenue PT Prodia Widyahusada Tbk,” tegas Indri.
Baca Juga
Dikabarkan IPO 10% Saham, Anak Usaha Chandra Asri (TPIA) bakal Raup Dana Segini
Sebagai pemegang 39% saham PT Prodia Diagnostic Line (Proline) sejak 2024, Prodia juga menyambut baik pengembangan fasilitas produksi baru oleh Proline pada 25 April 2025. Hal ini menjadi langkah strategis dalam memperkuat industri alat kesehatan nasional.
Fasilitas produksi baru itu bertujuan meningkatkan kapasitas produksi secara signifikan di berbagai lini, termasuk kimia klinik, rapid test, instrumen diagnostik, dan biomolekuler. Peningkatan kapasitas ini ditargetkan untuk menjangkau lebih banyak fasilitas kesehatan di dalam negeri, termasuk puskesmas, serta memperluas penetrasi pasar ekspor hingga 20% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Saat ini, produk Proline telah digunakan oleh lebih dari 7.000 fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta di seluruh Indonesia.

