Bumi Resources (BUMI) Cetak Pendapatan US$ 349 Juta per Kuartal I-2025
JAKARTA, investortrust.id – PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencetak pendapatan US$ 348,77 juta pada kuartal I-2025 atau Rp 5,77 triliun berdasarkan kurs Jisdor 27 Maret 2025, naik 12,1% dari US$ 311 juta pada kuartal I-2024.
Pencapaian tersebut merupakan kinerja keuangan perseroan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 111 tentang joint venture accounting yang mengonsolidasikan Arutmin, namun tidak dengan Kaltim Prima Coal (KPC) sebagai anak usaha.
Dalam laporan yang sama, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Bumi Resources periode tersebut, turun 73,6% (yoy) menjadi US$ 17,9 juta atau Rp 295,97 miliar.
Sedangkan laporan kinerja keuangan BUMI yang mencantumkan KPC dalam tiga bulan pertama tahun ini, mencatatkan total pendapatan US$ 1,17 miliar yang turun 18,3% (yoy).
“BUMI sebagai penyuplai batu bara terbesar untuk kebutuhan domestik, seperti listrik, semen, dan pupuk dengan harga yang telah ditentukan oleh pemerintah turut menurunkan pendapatan dan margin,” jelas manajemen Bumi Resources dalam keterangan resmi yang dikutip pada Jumat (2/5/2025).
Baca Juga
Bumi Resources (BUMI) Raih 2 Penghargaan Bergengsi di Asia Tenggara
Secara operasional, kinerja perseroan secara konsolidasi meliputi Arutmin dan KPC telah menjual batu bara 16,7 juta metrik ton (MT) sepanjang Januari-Maret 2025 yang turun 9% (yoy). Sedangkan total batu bara yang ditambang pada periode sama adalah 17,2 juta MT atau turun 12% (yoy).
Sementara itu, aktivitas pemindahan tanah atau overburden removal mencatatkan jumlah 143,4 juta bank cubic meter (bcm) pada kuartal pertama tahun ini. Di akhir Maret 2025, Bumi Resources pun memiliki sisa stok batu bara sebanyak 1,4 juta MT yang turun 29% (yoy).
Dari operasional konsolidasi meliputi Arutmin dan KPC, beban usaha perseroan turun 8% (yoy) menjadi US$ 51,9 juta pada kuartal I-2025. Penyebab turunnya jumlah pendapatan dan laba pun manajemen jelaskan, akibat harga jual rata-rata batu bara yang turun 14% (yoy) menjadi US$ 64,9 per ton.
“Pendapatan turun 18,3%. Strip ratio turun 8% mencerminkan efisiensi,” demikian keterangan manajemen.

