LPEI dan KBRI Den Haag Susun Strategi Ekspor ke Belanda
JAKARTA, investortrust.id - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan fungsi ekonomi KBRI Den Haag, Belanda, menyusun strategi untuk meningkatkan ekspor ke pasar Belanda. Strategi tersebut tertuang dalam buku berjudul Road to Rotterdam.
Ketua Dewan Direktur sekaligus Plt Direktur Eksekutif LPEI Sukatmo Padmosukarso mengatakan, buku Road to Rotterdam tersebut disusun untuk menyesuaikan strategi ekspor. Sebab, perekonomian global diwarnai ketidakpastian yang semakin tinggi akibat perang tarif.
“Upaya-upaya untuk memperluas pasar ekspor diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada pasar Amerika Serikat. Belanda menjadi salah satu pasar yang kita sasar bersama,” kata Sukatmo dalam keterangan di Jakarta, Kamis (15/05/2025).
Baca Juga
Saham Sektor Energi dan Perbankan Melesat hingga Dorong IHSG ke 7.040, Ini Alasannya
Melonjak 21,72%
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Kerajaan Belanda Mayerfas mengatakan, peran Belanda penting sebagai mitra dagang strategis Indonesia. Ekspor Indonesia ke Belanda mengalami peningkatan double digit pada 2024.
Mayerfas menjelaskan, 80% ekspor Indonesia ke Eropa masuk melalui Pelabuhan Rotterdam, Belanda. Pelabuhan terbesar di Eropa ini merupakan salah satu yang tersibuk di dunia.
Senior Economist LPEI Donda Sarah Hutabarat menjelaskan, Belanda memiliki posisi yang strategis karena merupakan eksportir terbesar ke-4 dan importir terbesar ke-9 di dunia. Beberapa produk RI yang saat ini terfokus ke pasar ekspor AS, misalnya pakaian jadi, alas kaki, ban pneumatik, dan produk kimia sebetulnya berpeluang masuk ke pasar Eropa melalui Pelabuhan Rotterdam.
Baca Juga
Donda mengatakan, Belanda dapat menjadi tujuan ekspor karena ditopang permintaan di dalam negeri yang baik, inflasi yang perlahan melandai, dan kekuatan mata uang euro. Selain itu, sovereign credit yang terjaga di level AAA dan risiko gagal bayar perusahaan Belanda relatif rendah.
Pada 2024, nilai ekspor Indonesia ke Belanda mencapai US$ 4,71 miliar, meningkat signifikan sebesar 21,72% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh kenaikan ekspor sejumlah komoditas, antara lain lemak dan minyak hewani/nabati yang naik 22,39% secara tahunan; alas kaki naik 45,76% secara tahunan, mesin dan perlengkapan elektrik naik 13,55% secara tahunan. besi dan baja melambung 298,04% secara tahunan; serta kayu dan furnitur yang naik 8,55% secara tahunan.
“Komoditas seperti produk kimia, lemak dan minyak nabati/hewani, alas kaki, residu industri makanan, serta mesin dan perlengkapan elektronik berpotensi besar untuk masuk pasar Belanda. Eksportir Indonesia dapat memanfaatka peluang ini untuk meningkatkan volume ekspor, mengisi celah pasar yang ada,” kata dia.

