Berdampak ke Daya Beli dan Ekonomi, PHK Massal Ancam Rupiah
JAKARTA, investortrust.id - Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) Erwin Gunawan Hutapea menyebut tren pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat berimplikasi terhadap ketahanan kurs rupiah. Sebab, PHK berdampak pada ambruknya daya beli masyarakat.
“Pastinya daya beli terpengaruh dan ini akan mengganggu pertumbuhan ekonomi di tengah ekspor yang lemah,” kata Erwin, saat taklimat media di kantor pusat BI, Jakarta, Rabu (7/5/2025).
Baca Juga
Bayar Utang dan Perkuat Rupiah, Cadangan Devisa RI Melorot Jadi US$ 152,5 Miliar
Perlambatan daya beli sangat berpengaruh terhadap penopang utama perekonomian Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan konsumsi rumah tangga berperan 55% bagi produk domestik bruto (PDB).
Dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi, Erwin khawatir, stabilitas nilai tukar rupiah akan terganggu. Sebab, meski tidak berdampak secara langsung, data pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator yang dilihat investor atau pelaku pasar keuangan lainnya.
“Jadi stabilitas itu punya konteks terkait pertumbuhan, karena stabilitas itu membuat perencanaan kegiatan ekonomi lebih mudah sehingga orang lebih berani mengambil keputusan ekonomi,” jelas dia.
BPS menyebut jumlah pengangguran per Februari 2025 mencapai 7,28 juta orang. Angka ini bertambah 83.450 orang. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2025, tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 4,76%.
Jika dilihat pendidikan yang berhasil ditamatkan lulusan SMA/SMK dan diploma IV, Strata-1 (sarjana S1), S2, dan S3 mendominasi. Pengangguran yang berasal dari lulusan SMA sebesar 6,35%, SMK 8%, dan diploma hingga S3 yaitu 6,23%.
Baca Juga
BI Santai Saja! Pertumbuhan 4,87% Masih Oke, Rupiah 'Malah' Makin Keren
Pada kondisi seperti ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,87% per kuartal I-2025. Angka ini di bawah capaian laju pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2024 sebesar 5,02% dan kuartal I-2024 yang sebesar 5,11%.
Kepala Ekonom Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani menjelaskan akan sulit bagi pemerintah mencapai pertumbuhan 5% hingga akhir tahun dengan kondisi seperti ini. Pertumbuhan ekonomi mengalami tekanan karena masing-masing faktor pertumbuhan mengalami kontraksi.
Alasannya, daya beli masyarakat mengalami penurunan. Gelombang PHK yang terjadi sejak awal tahun menjadi indikator yang perlu diwaspadai agar tidak berkelanjutan. “Apindo mencatat lebih dari 40.000 tenaga kerja mengalami PHK sejak awal tahun,” kata Ajib.

