main-logo
  • MARKET
  • MACRO
  • FINANCIAL
  • BUSINESS
  • NATIONAL
  • ESG
  • /assets/images/resources/dasawindu-indonesia-merdeka.png
  • INTERNATIONAL
  • FINANCIALTRUST
  • INDEPTH
  • LIFESTYLE
  • FOTO
logo datatrust
Pita Tracker By Trading View
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
‌
  • ‌
    ‌
    ‌
  • ‌
    ‌
    ‌
  • ‌
    ‌
    ‌
  • ‌
    ‌
    ‌
  • ‌
    ‌
    ‌
The Convergence Indonesia, lantai 5. Kawasan Rasuna Epicentrum, Jl. HR Rasuna Said, Karet, Kuningan, Setiabudi, Jakarta Pusat, 12940.

FOLLOW US

KATEGORI
  • MARKET
  • MAKRO
  • FINANCIAL
  • BUSINESS
  • NATIONAL
  • ESG
  • INTERNATIONAL
  • FINANCIALTRUST
  • INDEPTH
  • LIFESTYLE
MEDIA
  • PHOTO
  • VIDEO
INFORMASI
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN KAMI
  • PUBLISHING
  • KONTAK
PUBLIKASI
  • BUKU

FOLLOW US

logo white investortrust
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor1188/DP-Verifikasi/K/III/2024
logo white investortrust
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor1188/DP-Verifikasi/K/III/2024
Bagikan
  1. Home
  2. macro

IQI Global: Tren Investasi ke Emas dan Properti

 

JAKARTA, investortrust.id - Chief Economist IQI Global Shan Shaeed mengungkapkan, fenomena ramainya masyarakat berburu membeli emas sebelumnya sudah diprediksi jauh-jauh hari. Ia mengatakan, ke depan, tren investasi masyarakat akan bergeser ke komoditas tangible asset, seperti emas dan real estate.

"Jadi, kita kembali ke era 1970-an. Orang membeli real estate, emas, karya seni, dan mereka berinvestasi dalam minyak dan gas," katanya saat ditemui di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Senin (28/04/2025).

Menurut Shan, penelitian oleh IQI Global menangkap kecenderungan masyarakat lebih mempercayai komoditas tangible asset sebagai instrumen safe-haven. Oleh karena itu, lanjut dia, tidak heran apabila ke depan investasi pada emas lebih diminati masyarakat ketimbang instrumen lain seperti saham hingga bitcoin.

"Kita hanya percaya yang tangible asset, kita percaya bahwa ketika orang-orang ingin menyelamatkan harta kekayaan, mereka akan berinvestasi dalam tangible asset ini. Karena Anda bisa menyentuh lantai rumah anda, Anda bisa menyentuh emas, Anda bisa melihat minyak dan gas, (sedangkan) bitcoin ada di udara," tandasnya.

Ia menjelaskan, ketidakstabilan global akhirnya membuat masyarakat cenderung lebih menyukai tangible asset sebagai instrumen investasi pilihan. Kini, kata Shan, sejarah berulang dengan kecenderungan masyarakat memilih investasi yang lebih safe-haven seperti emas, real estate, bangunan, karya seni, hingga minyak dan gas.

"Di saat yang sulit, lukisan bisa memberikan anda return yang besar karena mereka memiliki nilai. Harga rumah tidak akan turun, karena semua orang membutuhkan rumah, populasi berkembang, dan penawaran terbatas sementara permintaan tinggi. Jadi, harga akan terus naik," tandasnya.


https://cloudinary-a.akamaihd.net/dzvyafhg1/image/upload/v1745840825/investortrust-bucket/images/1745840824014.jpg
Chief Economist at IQI Global Shan Shaeed, dalam media briefing tentang Outlook Ekonomi Indonesia 2025 di The Ritz-Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Senin (28/04/2025). Foto: Investortrust/Farhan Nugraha. 

Baca Juga

3 Tingkat Melindungi Diri dari Ketidakpastian Global



Emas Melonjak Tembus US$ 3.400/Troy Ounce
Harga emas dunia kini melonjak tajam hingga menembus US$ 3.400 per troy ounce pada April 2025. Angka ini menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah. Sementara di dalam negeri, harga emas batangan PT Antam Tbk juga ikut terbang, menembus Rp 2 juta per gram, atau naik lebih dari 31% sejak awal tahun ini.

Riset Kiwoom Sekuritas menilai kenaikan ini bukan sekadar lonjakan musiman atau efek euforia sesaat. Hal itu adalah hasil dari perpaduan faktor fundamental yang solid, tekanan makroekonomi global, serta sentimen pasar yang semakin waspada, namun tetap mencari peluang lindung nilai di tengah ketidakpastian yang tinggi belakangan ini.

“Bahkan, beberapa lembaga keuangan besar memproyeksikan harga emas bisa mencapai US$ 4.000 per troy ounce dalam waktu dekat,” tulis riset tersebut dikutip Kamis (24/04/2025).




Baca Juga

30 April, Batas Penukaran Empat Uang Kertas Emisi 1979, 1980, dan 1982


Lonjakan harga logam mulia ini tidak hanya dipicu oleh faktor teknikal pasar, tetapi juga oleh kondisi geopolitik yang memanas, dan kebijakan moneter global yang lebih dovish (sekalipun di bawah tekanan terbaru Presiden AS Donald Trump terhadap Chairman The Fed Jerome Powell). Selain itu, faktor demand yang meningkat dari negara-negara Asia dan bank sentral dunia.

ARTIKEL POPULER

      BERITA TERKAIT

      • IQI Global: Tren Investasi ke Emas dan Properti

        28/04/2025, 11.48 WIB
      • IQI Global: Tiga Tahun Lagi RI Bisa Rasakan Manfaat Bergabung dalam BRICS

        28/04/2025, 08.36 WIB
      • Investasi Emas Belum Jadi ‘Anak Emas’ di Indonesia

        27/05/2025, 15.53 WIB
      • Strategi BNI Jaga Likuiditas dan Dorong Pertumbuhan Kredit di Tengah Tren Suku Bunga Rendah

        27/05/2025, 04.06 WIB
      • Masyarakat Euforia Investasi Emas! Ini 5 Alternatif Investasi Menjanjikan Lainnya

        20/05/2025, 09.20 WIB