Tren PHK Naik, Klaim Tunjangan Pengangguran AS Melonjak
WASHINGTON, investortrust.id – Indikator ketenagakerjaan Amerika Serikat menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Jumlah warga AS yang mengajukan klaim baru tunjangan pengangguran naik lebih besar dari perkiraan pekan lalu.
Departemen Tenaga Kerja melaporkan lonjakan tajam klaim pengangguran di negara bagian Michigan, pusat industri otomotif nasional, yang tengah terdampak langsung oleh kebijakan tarif. Total warga AS yang menerima tunjangan pengangguran per pertengahan Mei tercatat sebagai yang tertinggi dalam tiga setengah tahun terakhir.
Baca Juga
Tekanan ini diperparah oleh data terpisah dari Biro Analisis Ekonomi (BEA) yang mencatat bahwa laba perusahaan domestik non-keuangan mengalami penurunan tajam pada kuartal pertama, terutama akibat pukulan terhadap sektor manufaktur dan konsumsi.
“Ini pertanda bahwa retakan mulai muncul di fondasi ekonomi. Data klaim pengangguran tidak memberikan harapan, dan lonjakan pemutusan hubungan kerja bisa menjadi pertanda awal akan kondisi yang lebih parah,” ujar Christopher Rupkey, Kepala Ekonom di FWDBONDS, dikutip dari Reuters, Jumat (30/5/2025).
Klaim awal tunjangan pengangguran naik 14.000 menjadi 240.000 untuk pekan yang berakhir pada 24 Mei, jauh di atas konsensus ekonom yang memperkirakan 230.000. Secara tidak disesuaikan musiman, klaim di Michigan melonjak 3.329 akibat beban tarif 25% atas suku cadang otomotif. Kenaikan juga terlihat di Nebraska dan California.
Meskipun demikian, fenomena worker hoarding—praktik menahan pekerja meski beban biaya naik—masih menjadi penyangga pasar kerja, karena perusahaan enggan kehilangan talenta yang sulit dicari sejak pandemi.
Namun, tren PHK tetap menunjukkan arah naik. Menurut laporan Bank of America Institute, terjadi lonjakan tajam penerima tunjangan pengangguran dari rumah tangga berpendapatan tinggi dalam periode Februari hingga April dibandingkan tahun sebelumnya. Pola serupa juga terlihat di segmen pendapatan rendah hingga menengah, mengindikasikan tekanan yang merata.
Konferensi CEO oleh Conference Board juga mencerminkan pesimisme dunia usaha. Sebanyak 83% dari para pimpinan perusahaan memperkirakan resesi akan terjadi dalam 12–18 bulan mendatang. Meski begitu, mayoritas menyatakan tidak akan menambah atau mengurangi jumlah tenaga kerja selama satu tahun ke depan.
Baca Juga
Powell Sebut The Fed Hadapi Dilema, Antara Mengendalikan Inflasi dan Mendorong Pertumbuhan
“Ini meningkatkan risiko bahwa tingkat pengangguran bisa naik menjadi 4,3% dalam laporan ketenagakerjaan Mei,” beber Abiel Reinhart, ekonom di JP Morgan. Tingkat pengangguran saat ini berada di level 4,2%.

