Ancaman Tarif Trump Guncang Wall Street, Dow Anjlok Lebih dari 250 Poin
NEW YORK, investortrust.id - Pasar saham Amerika Serikat ditutup melemah pada Jumat waktu setempat atau Sabtu (24/5/2025) WIB. Presiden Donald Trump kembali meningkatkan ketegangan dagang, dengan mengancam Apple dan merekomendasikan tarif lebih tinggi terhadap Uni Eropa.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 256,02 poin atau 0,61% ke level 41.603,07. S&P 500 terkoreksi 0,67% menjadi 5.802,82, sedangkan Nasdaq Composite anjlok 1% ke 18.737,21. Ini merupakan penurunan harian keempat berturut-turut bagi S&P 500, menandai sentimen pasar yang kembali tertekan oleh retorika proteksionis Gedung Putih.
Baca Juga
Wall Street Loyo, Investor Waspadai Lonjakan Yield Obligasi AS
Saham Apple Inc. merosot 3% setelah Trump menulis di Truth Social bahwa semua iPhone yang dijual di AS harus diproduksi di dalam negeri. “Jika tidak, Apple harus membayar tarif minimal 25%,” tulis Trump. Ini menjadi ancaman pertama yang secara eksplisit ditujukan kepada satu perusahaan dalam gelombang kebijakan tarif Trump tahun ini.
Trump juga mengatakan bahwa negosiasi perdagangan dengan Uni Eropa “jalan di tempat” dan merekomendasikan tarif langsung sebesar 50% terhadap seluruh impor dari blok tersebut, yang rencananya berlaku mulai 1 Juni 2025.
Baca Juga
Negosiasi Alot, Trump Ancam Kenakan Tarif 50% untuk Uni Eropa
Pasar Reaktif
Saham sempat bergerak liar, tapi sedikit pulih setelah pihak eksekutif menilai komentar Trump masih dalam kerangka komunikasi politik, bukan keputusan final.
Pernyataan Trump muncul di tengah harapan investor akan meredanya ketegangan dagang global. Sebelumnya, presiden telah memberlakukan tarif untuk sebagian besar negara pada April, yang sempat mengguncang pasar dan hampir menyeret S&P 500 ke wilayah pasar bearish.
Trump menunda sebagian tarif tersebut selama 90 hari dan mengumumkan kesepakatan awal dengan Inggris dan Tiongkok, yang membuat pasar sempat pulih dan S&P 500 kembali mencatat kinerja positif secara tahunan pada pekan lalu.
“Kita telah menikmati momentum positif selama sekitar enam minggu, salah satu periode terbaik dalam 75 tahun terakhir bagi pasar saham,” ujar Ross Mayfield, analis strategi investasi di Baird, kepada CNBC. “Namun retorika perang dagang yang kembali memanas bisa mengancam semua itu. Saya tidak melihat pasar akan kembali ke titik terendah sebelumnya, kecuali eskalasinya meningkat signifikan. Tapi jelas, ini langkah yang tidak diinginkan dari perspektif pasar.”
Saham Baja Melonjak
Di tengah tekanan tersebut, saham United States Steel justru melesat 21% setelah Trump menyatakan perusahaan tersebut akan membentuk “kemitraan” dengan Nippon Steel, menyusul kegagalan akuisisi sebelumnya yang diblokir oleh otoritas AS.
Namun secara mingguan, ketiga indeks utama mencatat pelemahan lebih dari 2%, mencerminkan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap arah kebijakan perdagangan ke depan.
Rick Wedell, Presiden dan Chief Investment Officer di RFG Advisory, memperingatkan bahwa fluktuasi tajam akibat de-eskalasi dan re-eskalasi ketegangan tarif kemungkinan akan menjadi ciri tetap dalam periode kepemimpinan Trump yang kedua.
“Investor harus menyadari bahwa isu perdagangan ini kemungkinan besar akan terus berlanjut sepanjang masa pemerintahan ini. Jadi saya hanya ingin mengingatkan investor agar tidak lengah, baik dalam euforia maupun pesimisme,” ujarnya.

