Pembantaian di Gaza Belum Selesai, Pemboman Israel Sebabkan Lebih dari 100 Orang Tewas
GAZA, Investortrust.id - Israel terus melancarkan serangan besar-besaran baru di Gaza, hingga menewaskan lebih dari 100 orang dalam gelombang serangan terbaru yang terjadi pada Jumat malam (16/5/2025). Fase serangan ini dinilai paling mematikan dari pemboman selama tiga terakhir.
Independent.co.uk melaporkan, setidaknya 300 orang telah tewas di Gaza sejak Kamis pagi (15/5/2025), seiring meningkatnya kekerasan akibat kegagalan gencatan senjata antara pasukan Israel dan Hamas yang dicanangkan pada Maret 2025.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyampaikan bahwa mereka telah melancarkan serangan besar dan mengerahkan pasukan untuk merebut wilayah strategis di Jalur Gaza, sebagai bagian dari tahap awal Operasi Kereta Kuda Gideon, dan perluasan serangan di Gaza. Langkah ini dilakukan untuk mencapai seluruh tujuan perang di Gaza.
Pengumuman ini muncul tak lama setelah Presiden AS Donald Trump meninggalkan kawasan Teluk, usai melakukan tur ke Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab pada hari Jumat (16/5/2025).
Dalam kesempatan kunjungannya ke kawasan Teluk, Trump mengakui krisis kelaparan yang memburuk di Gaza dan perlunya pengiriman bantuan. Namun ia tidak mengomentari blokade Israel atas pasokan makanan ke wilayah konflik.
"Kita juga harus membantu warga Palestina. Kalian tahu, banyak orang yang kelaparan di Gaza, jadi kita harus melihat dari kedua sisi," ujar Trumpsaat ditanya apakah ia mendukung rencana perang Israel. Trump mengatakan ia mengharapkan “hal-hal baik” dalam sebulan ke depan.
Sementara itu, badan pertahanan sipil Gaza menyatakan bahwa serangan pada hari Jumat 917/5/2025) telah menewaskan 108 orang, sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.
Baca Juga
Prabowo dan Puan Punya Sikap Berbeda soal Relokasi Warga Gaza? Ini Kata DPR
Serangan dan pemboman selama 72 jam terakhir telah menewaskan lebih dari 200 orang di Gaza, menurut sejumlah pejabat di wilayah Palestina seperti yang dilaporkan oleh The Guardian.
Dilaporkan pula tidak ada makanan yang masuk ke Gaza selama 75 hari terakhir, karena Israel memblokir bantuan internasional, termasuk makanan, air, dan pasokan lainnya. Sebagian besar dapur umum juga dilaporkan telah ditutup.
“Ini adalah fase paling mematikan dan paling merusak dari perang Israel di Gaza, namun dunia berpaling,” kata Bushra Khalidi, pemimpin Oxfam untuk kebijakan Israel dan wilayah Palestina. “Setelah 19 bulan kengerian, Gaza telah menjadi tempat di mana hukum internasional ditangguhkan, dan nilai-nilai kemanusiaan ditinggalkan,” ujarnya.
Serangan udara dan artileri pada hari Jumat difokuskan di bagian utara wilayah Gaza, di mana puluhan orang, termasuk perempuan dan anak-anak tewas, demikian juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Khalil al-Deqran. Ia juga menyebut serangan kerap dilakukan pada malam hari, saat orang-orang sedang tidur di dalam tenda mereka. Rumah Sakit Eropa, satu-satunya fasilitas yang masih memberikan perawatan kanker di Gaza, kini tidak lagi berfungsi.
Emily Tripp, direktur eksekutif Airwars, sebuah kelompok independen di London yang memantau konflik kepada Independent.co.uk mengatakan, jumlah korban tewas telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sejak hari-hari awal perang, ketika Israel membombardir Gaza dengan serangan udara pascaserangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

