Donald Trump Buka Peluang Berunding Langsung dengan Xi Jinping Soal Tarif
RIYADH, Investortrust.id - Presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa ia bisa saja berunding secara langsung dengan mitranya dari Tiongkok, Xi Jinping, untuk menyelesaikan rincian akhir dari kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok.
"Ya, kemungkinan bisa saja terjadi. Maksud saya, saya tidak yakin apakah itu akan diperlukan, tapi itu pernah terjadi dengan Inggris," kata Trump kepada Sean Hannity dari Fox News Channel, yang dikutip Anadolu, Selasa (13/5/2025). Sebelumnya perundingan tarif dengan Inggris, Donald Trump memang melakukan pertemuan secara langsung dengan PM Inggris, Keir Starmer.
Dalam kesempatan tersebut ia juga menegaskan bahwa ia selalu memiliki hubungan baik dengan Jinping , yang ia sebut sebagai sosok yang sangat ia hormati.
"Salah satu hal yang menurut saya paling menarik bagi kami dan juga bagi China adalah, bahwa kami sedang berusaha mengeksplorasi China. Karena seperti yang Anda tahu, bertahun-tahun lalu, kami membuka AS. Sekarang saatnya China terbuka, dan itu adalah bagian dari kesepakatan kami, dan kami akan membuka Tiongkok," kata Trump.
Baca Juga
Harga Minyak Naik Tajam karena Sinyal Positif Inflasi AS dan Pemangkasan Tarif
Artinya, Trump ingin agar Jinping memberi akses lebih luas bagi perusahaan AS untuk masuk dan berbisnis di China, sebagaimana negara lain mendapat akses ke pasar AS. Dia menyebut ini sebagai bagian paling menarik dari kesepakatan karena berpotensi besar bagi pertumbuhan ekonomi kedua negara.
"Dan itu akan seperti membuka dunia yang benar-benar baru, dan saya pikir itu akan menjadi sesuatu yang bahkan lebih baik bagi China," tambahnya.
Seperti diberitakan, AS dan Tiongkok menyelesaikan negosiasi dagang intensif di Jenewa, Swiss, akhir pekan lalu. Pembicaraan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk secara signifikan mengurangi tarif selama periode awal 90 hari, dengan AS menurunkan tarif atas impor dari Tiongkok dari 145% menjadi 30%, sementara Tiongkok akan menurunkan bea masuk atas barang-barang dari AS menjadi 10% dari sebelumnya 125%.
Negosiasi yang digambarkan sebagai "konstruktif" oleh kedua belah pihak ini merupakan terobosan setelah berbulan-bulan hubungan memburuk akibat kenaikan tarif besar-besaran yang diberlakukan Trump awal tahun ini.

