Lewati Drama Pemungutan Suara, Merz Akhirnya Terpilih Jadi Kanselir Jerman
BERLIN, investortrust.id – Friedrich Merz dari partai konservatif CDU akhirnya terpilih menjadi Kanselir Jerman pada putaran kedua pemungutan suara parlemen hari Selasa (6/5/2025), mengamankan 325 suara, hanya sembilan lebih banyak dari batas mayoritas absolut. Keberhasilan ini tercapai setelah kekalahan memalukan di putaran pertama, yang menyoroti keretakan awal dalam koalisi barunya dengan Partai Sosial Demokrat (SPD).
Baca Juga
Koalisi Goyah, Merz Gagal Raih Kursi Kanselir di Putaran Pertama Parlemen Jerman
Ketegangan internal koalisi dan respons pasar terhadap arah kebijakan fiskal Merz menjadi perhatian pelaku pasar dan analis. Dalam kampanyenya, Merz menjanjikan disiplin anggaran, namun justru mendorong paket pinjaman besar di akhir masa jabatan parlemen sebelumnya—sebuah langkah yang dinilai sebagai pembelokan arah oleh sebagian anggota legislatif konservatif.
“Beberapa anggota CDU/CSU tampaknya menggunakan pemungutan suara pertama untuk menyampaikan ketidakpuasan terhadap perubahan sikap fiskal Merz,” ujar Carsten Brzeski, Kepala Makro Global di ING Research, seperti dikutip Reuters. Ia menambahkan bahwa meski krisis dapat dihindari, ketidakstabilan politik tetap menjadi risiko jangka pendek bagi prospek ekonomi Jerman.
Prioritas
Dalam pernyataan perdananya, Merz menekankan dua prioritas utama: menjaga kebebasan nasional dan memulihkan daya saing ekonomi Jerman. Koalisi baru telah menyusun agenda ekonomi yang mencakup penurunan pajak korporasi dan subsidi harga energi, yang diharapkan dapat memulihkan pertumbuhan setelah tekanan bertubi-tubi dari pandemi, krisis energi pasca-invasi Rusia ke Ukraina, serta ancaman tarif tinggi dari AS.
Baca Juga
Dibayangi Ketdakpastian Tarif Trump, Ekonomi Jerman Kuartal I Tumbuh 0,2%
Namun demikian, investor masih menanti implementasi konkret dari kebijakan-kebijakan ini, terutama di tengah tantangan hubungan dagang dengan Washington. Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan tarif luas pada awal tahun, meningkatkan tekanan terhadap sektor ekspor Jerman yang tengah lesu.
Kekisruhan pemungutan suara membuka ruang bagi partai Alternatif untuk Jerman (AfD), yang kini menduduki posisi kedua secara nasional. “Kepercayaan publik terhadap institusi politik tengah berada dalam tekanan,” kata Manfred Guellner dari lembaga survei Forsa. Momentum politik sayap kanan ini menjadi perhatian tersendiri bagi pelaku pasar, mengingat potensi gangguan terhadap kebijakan pro-Eropa dan pasar terbuka.
Kabinet Merz mencerminkan pergeseran menuju teknokrasi, dengan penunjukan sejumlah menteri berlatar belakang sektor swasta. Hanya Menteri Pertahanan Boris Pistorius yang dipertahankan dari kabinet sebelumnya—suatu sinyal konsistensi dalam kebijakan pertahanan di tengah tensi Eropa Timur.
Ekspektasi Pasar
Di level internasional, pasar akan memantau sinyal konkret dari Merz terkait integrasi Eropa dan kerja sama transatlantik. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan Presiden Prancis Emmanuel Macron sama-sama menyuarakan harapan atas kepemimpinan Merz di panggung Eropa. Dalam beberapa hari ke depan, Merz dijadwalkan mengunjungi Prancis dan Polandia, serta berbicara langsung dengan Presiden Trump sebelum pertemuan NATO pada akhir Juni.
Dengan kekuasaan tipis dan dukungan internal yang belum sepenuhnya solid, Merz akan menghadapi ujian awal dalam menjaga kohesi politik dan mengeksekusi agenda ekonomi yang ambisius. Investor akan mencermati apakah pemerintahan baru ini mampu mengarahkan kembali Jerman sebagai jangkar stabilitas fiskal dan motor pertumbuhan Eropa.

