Koalisi Goyah, Merz Gagal Raih Kursi Kanselir di Putaran Pertama Parlemen Jerman
BERLIN, investortrust.id – Ketidakpastian politik kembali membayangi ekonomi terbesar Eropa setelah Friedrich Merz, pemimpin blok konservatif CDU/CSU, gagal memperoleh mayoritas dalam pemungutan suara putaran pertama parlemen Jerman untuk posisi kanselir, Selasa (6/5/2025). Dalam perhitungan resmi yang diumumkan Presiden Bundestag Julia Kloeckner, Merz hanya memperoleh 310 suara, dari ambang mayoritas 316 yang dibutuhkan.
Baca Juga
Konservatif Deklarasikan Kemenangan dalam Pemilu Jerman, Friedrich Merz Diprediksi Jadi Kanselir
Kegagalan ini terjadi hanya sehari setelah CDU/CSU menyepakati aliansi pemerintahan dengan Partai Sosial Demokrat (SPD), mitra koalisi yang meraih hasil terburuk dalam sejarah pemilu pascaperang Jerman dengan hanya 16,4% suara. Sebagai pemenang pemilu federal bulan Februari dengan perolehan 28,5%, Merz membutuhkan mitra untuk membentuk pemerintahan mayoritas yang stabil.
Pasar keuangan regional mencermati ketidakpastian ini dengan hati-hati, mengingat Jerman adalah jangkar fiskal Uni Eropa. Ketidakjelasan arah kepemimpinan politik berisiko memperlambat respons fiskal terhadap tekanan ekonomi global dan kelanjutan agenda reformasi energi yang tengah berjalan.
“Saya menghentikan sidang sementara untuk memberi ruang bagi fraksi-fraksi melakukan konsultasi,” ujar Kloeckner di hadapan Bundestag, seperti dikutip Reuters. Ini menandakan bahwa pemungutan suara ulang bisa terjadi secepatnya dalam beberapa hari ke depan. Bundestag memiliki waktu hingga 14 hari untuk memilih kembali Merz atau mengajukan kandidat lain yang mampu memperoleh mayoritas mutlak.
Sinyal kegoyahan koalisi Merz-SPD juga memberi tekanan pada ekspektasi investor, terutama di pasar obligasi dan mata uang. Euro sempat melemah terhadap dolar AS di tengah spekulasi bahwa pemerintahan baru Jerman bisa tertunda atau bahkan mengalami reorientasi komposisi kekuasaan jika kebuntuan politik berlanjut.
Baca Juga
Dibayangi Ketdakpastian Tarif Trump, Ekonomi Jerman Kuartal I Tumbuh 0,2%
Jika dalam jangka waktu yang ditentukan Bundestag gagal memilih kanselir dengan mayoritas, maka Presiden Federal Jerman dapat menunjuk seorang kanselir minoritas atau membubarkan parlemen dan menyerukan pemilu baru—sebuah skenario yang dipandang berisiko tinggi oleh komunitas bisnis dan investor.
Investor kini akan mencermati dinamika politik Berlin dengan lebih seksama, mengingat kebijakan fiskal, energi, dan integrasi Uni Eropa sangat bergantung pada stabilitas pemerintahan Jerman.

